epilog...

129 8 2
                                    


" Gak mau San,gak enak" aku merengek
" Cobain dulu Aluna,kamu kan belum tau rasanya,masa udah bilang gak mau" bujuk taesan
Tapi aku tetep menggelengkan kepala,menolak suapan dari taesan.
Sudah dua hari ini,aku tak enak badan
Pusing dan lemas...

Bahkan syalu sampai harus di tinggal dirumah mamah,dan taesan bahkan tak pergi ke kantor karna mengurusi aku yang manja.

Taesan memijit pelipisnya pusing,bubur yang berada di genggaman nya ia simpan kembali di atas nakas samping tempat tidur.
" Ya udah gak usah makan,gak usah minum obat dan gak usah sembuh" taesan beranjak dari duduknya
Aku yang mendengar itu pun merasa sakit hati,ku tundukan wajah ku yang kini sudah memerah dan mengeluarkan air mata
Akhir akhir ini aku jadi sensitif dan manja,aku gak tau apa yang terjadi dengan ku.
Mendengar ku menangis,taesan kembali duduk di bangkunya
" Jadi maunya apa ???"
Aku menggeleng kepala,sebagai jawaban atas pertanyaan taesan.
Yang membuatnya menghela nafas panjang
Tapi kemudian aku bangun dari baringan ku,segera berlari ke kamar mandi,karna gejolak yang ada di perut ku.

Hoek....Hoek... Hoek....

Aku memuntahkan semua isi perutku,yang hanya berisi air Karna sudah beberapa hari ini aku jarang makan dengan benar.
Taesan memijit belakang leherku,membantuku agar mengeluarkan semuanya dengan cepat.
" Makannya kamu harus makan Aluna,biar gak masuk angin"
Setelah mencuci mulutku dengan air,aku segera berbalik menghadap taesan yang berdiri di belakangku.
" Bisa keluar dulu gak???" Pintaku pada taesan
Alisnya terangkat satu,mungkin dia bingung dengan permintaan ku.
" Mau ngapain ???" Tanyanya curiga.
" Sebentar aja,mau pipis" rengek ku
" Ya udah aku tungguin aja"jawabnya kekeh.
" Keluar dulu taesan" aku mendorong pelan dadanya
Membuatnya menghela nafas berat lagi,dengan terpaksa akhirnya dia pun keluar kamar mandi.

Di dalam,aku terdiam...
Pikiran ku berkecamuk,apakah aku hamil ???? Sudah beberapa bulan ini aku tidak pernah memakan lagi pil itu..
Demi menghilangkan rasa penasaran ku,aku pun membuka laci yang berada di kamar mandi,meraih benda persegi panjang itu lalu memakainya.

Jantungku berdetak kencang sambil menunggu hasil yang akan keluar dari benda tersebut.
Setelah sekitar tiga menit,aku mengecek hasil nya ternyata....

Aku terdiam setelah melihat hasilnya...
Apakah harus bahagia atau harus sedih ????
Rasanya ketakutan ku saat hamil syalu dulu membuatku sedikit trauma menghadapi kehamilan lagi

" Aluna,are you ok ????" Teriak taesan dari luar kamar mandi.
Namun aku masih terdiam sambil memandangi benda tersebut.
Hingga taesan pun membuka pintu yang memang tidak aku kunci itu, menghampiri ku yang berdiri di samping wastafel
" Hei kenapa ???" Dia meraba punggungku
Aku berbalik,sambil memberikan benda itu pada taesan..
Membuatnya mengerutkan kening,namun tetap menerimanya.
Butuh waktu beberapa saat hingga taesan menyadarinya.
" Aluna kau...." Dia langsung memeluk ku erat.
" Terimakasih,sudah mau mewujudkan keinginan ku"
Ku balas pelukan taesan,ada sedikit rasa lega didalam hati ini,benarkah dia senang dengan kehamilan ku ????






Selama masa kehamilan ku,taesan menjaga ku dengan baik,rasa trauma ku menghadapi kehamilan hilang sudah.
Dan entah kenapa selama kehamilan ini aku jadi lebih manja dan selalu merepotkan taesan..
Seperti malam ini,taesan harus mencari penjual rujak malam malam begini.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya dia pulang dengan membawa sebuah cap yang berisi buah buahan,tapi anehnya buah buahan nya tidak biasa di buat rujak.
Bayangkan didalam nya ada melon,semangka,apel dan jeruk.
Bukan kah itu pantas bikin salad buah bukan rujak.

" Kok begini rujak nya ???" Aku mendesah kecewa saat membuka box berisi rujak yang taesan bawa.
" Itu rujak Aluna,kamu cobain dulu deh"
Meski dengan tidak yakin,Aluna mencoba menyolek buah apel itu pada bumbu rujak yang di cap terpisah.
Enak...
Hanya saja bukan itu yang Aluna mau,tapi seperti mangga yang belum masak,kedondong misalkan.
" Enak kan ???"taesan tak sebar menunggu reaksi ku
" Ini mah pasti buatan mamah kan ???" Aku menyimpan kembali apel yang sempat aku gigit,lalu menggeser box buah ke harapan taesan.
" Ini jam sepuluh malam,dan yang jualan buah gak ada Aluna,makan ini aja sekarang,besok aku beliin"
" Buat kamu aja,aku gak mau"
Taesan memegang kepalanya " Aluna"
" Kamu yang makan taesan,aku maunya kamu yang makan" rengek ku,membuat taesan menatap ku lelah
" Ok,fine aku makan" finalnya lalu langsung memakan buah yang memang buatan mamah itu dihadapan aku.
" Enak ???" Tanyaku sambil tersenyum
" Iya enak" aku tau dia kesal,namun dia tetap tersenyum walau terpaksa.








adik pacarku | Han Taesan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang