Ara mengetuk pintu kerja ayahnya sambil membawa secangkir kopi ditangannya.
"Ayah, ini Ara."
"Masuk, Ra."
Setelah dipersilahkan masuk, Ara membuka pintu kerja ayahnya. Terlihat ayahnya sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkas kantor di tangannya. Saat akan meletakkan kopi di atas meja ayahnya, Ara tidak sengaja menumpahkan kopi dan mengenai berkas ayahnya yang berada di atas meja.
BRAK!
Ayah Ara menggebrak meja dengan keras, hingga membuat Ara kaget.
"Kamu gimana sih, Ra? Hati-hati dong. Ini berkas penting Ara!" kesal Zevan, pria itu menatap tajam ke arah anak perempuannya.
"Maaf yah, Ara nggak sengaja." Ara menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.
"Sudahlah, kamu itu emang nggak bisa jadi kaya mama kamu! "
"Ara buatin yang baru ya, yah?" Ara mencoba menawarkan ayahnya untuk dibuatkan kopi yang baru.
"Nggak perlu!" Ayah Ara pergi ke luar meninggalkan ruang kerjanya. Ara memandangi punggung ayahnya yang perlahan menghilang dari balik pintu. Ini yang Ara benci ketika ayahnya marah karena kecerobohannya. Beliau selalu berkata bahwa Ara tidak bisa seperti Almh mamanya.
"Hiks... Ara belum bisa jadi kaya mama. Ayah selalu bilang gitu kalau lagi marah," Isakkan Ara terdengar pilu bersamaan dengan lelehan kristal bening yang mengalir di pipinya.
Terkadang, Ara bingung dengan sifat ayahnya. Hal yang harus Ara hindari, membuat ayahnya marah.
"Ini Ara bukan Mama," Ara bergumam sambil menyeka air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Teen FictionLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...