Sinar mentari pagi menjadi tanda awal dimulainya hari. Sinarnya menghangatkan jiwa manusia. Namun, ada satu jiwa yang saat ini tidak tersentuh oleh hangatnya sinar Sang Mentari. Remaja itu terus mengikuti langkah kakinya yang entah akan membawanya kemana. Sesekali dia menendang-nendang batu kerikil di jalanan.
Netra seseorang di dalam mobil tidak lepas memandang remaja perempuan itu. Ia membuka pintu mobilnya lalu berjalan menghampiri remaja tersebut.
"Hai" sapanya
Ara menghentikan langkahnya mendengar ada orang yang menyapanya. Seorang pemuda berdiri dihadapannya, pemuda itu tersenyum tipis.
"Hallo, Kak"
Manik mata keduanya bertemu, Galen menaikkan alisnya melihat bekas luka yang terlihat samar di wajah Ara. Ia penasaran siapa yang telah membuat luka di wajah Ara, ingin bertanya, namun ia memilih mengurungkan niatnya karena melihat wajah Ara sepertinya tidak bersahabat.
"Lo mau kemana?"
"Aku nggak tau"
Galen menghela nafasnya, jadi tadi Ara berjalan namun belum ada tempat yang dituju olehnya.
"Mau ikut gue nggak?"
Melihat Ara diam, Galen menggandeng tangan kanan Ara. Gadis itu tersentak, dia mengikuti langkah Galen. Galen membuka pintu mobil miliknya, menyuruh Ara masuk ke dalam mobilnya. Setelah Ara masuk, Galen menutup pintu mobil, dia berjalan membuka pintu bagian kemudi, ia masuk ke dalam mobil lalu mulai melajukan mobilnya.
Tidak ada yang membuka obrolan, Ara memandangi jalan dari kaca mobil. Dia penasaran Galen akan membawanya ke mana. Di kursi belakang, terlihat banyak snack dan mainan.
"Kita mau pergi ke mana, Kak?"
"Ke tempat yang pastinya lo akan merasa senang"
.
.
.Galen memberhentikan mobilnya di depan sebuah bangunan. Mereka berdua membuka pintu mobil lalu turun, dengan kedua tangan Galen membawa paper bag yang berisi snack dan mainan.
Kedua mata Ara memandangi bangunan di hadapannya , dia membaca papan nama yang terpasang di depan.
Panti Asuhan Lentera Senja
Bibir Ara terangkat ke atas, Galen yang melihat perubahan raut wajah Ara ikut tersenyum tipis.
"Ayo kita masuk"
Kedua remaja itu berjalan masuk ke dalam panti asuhan tersebut. Terlihat anak-anak yang sedang bermain di taman samping. Ara melihat ada dua orang anak laki-laki yang berlari ke arah mereka.
"Kak Alen!" keduanya berlari ke arah galen
Galen berjongkok lalu merentangkan kedua tangannya, kedua anak tersebut berlari lalu memeluk Galen. Di belakang mereka, ada seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri Ara dan Galen.
"Nak Galen, akhirnya dateng ke sini lagi. Anak-anak udah kangen katanya"
Galen melepaskan pelukannya, ia berdiri lalu menyalami ibu panti, Ara ikut menyalami ibu panti tersebut.
"Maaf ya Bu, Galen banyak tugas sekolah soalnya"
" Iya gapapa, ibu paham. Ouh ya ini siapa? Pacarmu ya?" ibu panti tersenyum menggoda
Galen dan Ara saling menatap, Ara menggelengkan kepalanya sedangkan Galen menganggukkan kepalanya.
"Loh ini yang bener siapa? jadi kalian pacaran atau nggak?"
"Nggak/ Iya" ucap ara dan galen serempak
Ibu panti tertawa melihat tingkah kedua remaja itu.
"Sudah-sudah, jadi siapa namamu Nak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Teen FictionLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...