💫(^~^)💫
Galen manuruni anak tangga menuju ruang keluarga dimana papa, bunda, dan adeknya sedang berkumpul. Ia menghampiri mereka dan mendudukkan dirinya di samping papanya.
"Abang gimana sekolahnya?" tanya papa Galen.
"Lancar kok, pa."
"Kalau adek gimana?"
"Adek juga lancar papa. Tapi, kadang tugasnya banyak, adek pusing."
"Baru kelas tiga SD aja udah ngeluh."
"Abang diem deh, Fara ngomong sama papa bukan sama abang!"
Ditya dan Lisya menggelengkan kepalanya melihat kedua anaknya. Jika sedang berkumpul, pasti abangnya itu membuat Fara kesal karena ucapannya.
"Ouh ya, papa tau nggak? Kemarin abang bawa kakak cantik ke rumah tau."
Galen menatap tajam ke arah Fara. Bisa-bisanya adeknya ini ngadu ke papanya. Sedangkan yang ditatap malah memeletkan lidahnya. Galen menghela nafasnya. Ia tau apa yang akan terjadi setelahnya.
"Wah... Beneran dek? Abangmu ini bawa cewek ke rumah?"
"Iya, kalau nggak percaya tanya aja ke bunda."
"Beneran, bun?"
"Bener pa, ceweknya cantik lho. Dia adek kelasnya abang."
"Lain kali ajak ke sini lagi dong bang, papa pengin lihat. Siapa tau jadi calon mantu."
Tebakannya benar, pasti papanya itu heboh dan akan menggodanya. Ingatkan Galen untuk memberi pelajaran kepada Fara.
"Papa nggak usah menghayal."
"Gapapa menghayal, siapa tau jadi kenyataan. Setuju nggak bun?"
"Setuju dong!"
Sudahlah, Galen lelah. Sekarang bundanya malah ikut-ikutan menggodanya. Galen beranjak dari duduknya. Sebelum pergi, ia kembali menatap tajam ke arah adeknya.
"Awas kamu! Jangan minta beliin es cream ke abang!"
"Gapapa wle, adek bisa minta ke papa."
Galen pergi meninggalkan ruang keluarga. Pemuda itu menaiki anak tangga kembali masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan papa,bunda dan Fara tertawa karena puas menjahili Galen.
❤(◍•ᴗ•◍)❤
"Ayah mau kemana? Kok bawa koper?"
"Ayah ada kerjaan di luar kota."
"Berapa lama?"
"Seminggu. Kamu bisa menelfon temanmu untuk menemanimu di rumah."
Ara menganggukkan kepalanya. Dia mengantar ayahnya sampai ke depan pintu rumahnya.
"Hati-hati yah," ucap Ara sambil menyalimi tangan ayahnya.
"Hm, ayah berangkat."
Ayah Ara menuju ke mobilnya. Ayah masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya ke luar gerbang. Ara memandangi mobil ayahnya sambil menghela nafasnya. Dia kembali masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintunya.
"Huh... Padahal malam ini pengin ngobrol banyak sama ayah. Malah jadinya ditinggal sendiri di rumah."
Akhir-akhir ini Ara merasa ayahnya sibuk dengan kerjaannya. Biasanya, ayahnya masih bisa meluangkan waktunya hanya untuk sekedar mengobrol. Ini bukan seperti ayahnya.
"Aku harap ayah tidak berubah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Fiksi RemajaLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...