Bagian 18

55 6 0
                                    

Malam berganti pagi, sang mentari hadir memberikan kehangatan bagi penduduk bumi. Tampak seorang remaja sedang sibuk berkutat dengan alat dapur. Dia sangat bersemangat di hari minggu ini. Senyuman terpatri di wajahnya.

Hari ini, ayahnya akan pulang setelah seminggu di luar kota untuk mengurus pekerjaan. Ara berinisiatif untuk membuat masakan spesial untuk ayahnya. Setelah beberapa menit, akhirnya masakan yang ara buat sudah matang. Ara meletakkan masakannya di piring dan menatanya di meja makan. Dia duduk di meja makan sambil menunggu ayahnya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara mesin mobil milik ayahnya. Ara bergegas menuju ruang tamu membuka pintu rumah untuk menyambut kedatangan ayahnya.

Dia melihat ayahnya keluar dari mobil diikuti oleh seorang wanita seumuran ayahnya dan satu anak perempuan seumuran dengannya. Ketiga orang itu berjalan menuju pintu rumah. Ara menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. Saat ayahnya sudah di depan pintu, Ara langsung memeluk ayahnya.

"Ayah... Ara kangen! Akhirnya ayah pulang juga."

Zevan membalas pelukan anaknya. Ara mendongak menatap kedua bola mata ayahnya. Zevan mengerti arti tatapan ara yang seolah meminta penjelasan darinya.

"Kita masuk dulu, nanti ayah jelaskan."

 Mereka masuk ke dalam rumah lalu duduk di ruang tamu. Ara menatap kedua orang di samping ayahnya. Dua orang itu membalas tatapan Ara, namun dengan tatapan berbeda. Satu menatapnya dengan teduh, sedangkan satu lagi menatapnya dengan tatapan sinis.

"Jadi, apa yang akan ayah jelaskan?" ucap Ara sambil menatap ayahnya.

"Perkenalkan, dia tante Vandra dan anaknya namanya Syaqila," Zevan memperkenalkan dua perempuan itu.

"Hallo sayang, nama tante Vandra. Kamu pasti Ara, kan?"

Ara menganggukkan kepalanya membalas sapaan wanita itu. Dia kembali menatap ke arah ayahnya. Dia masih penasaran untuk apa ayahnya membawa tante Vandra dan anaknya ke rumah.

"Tante Vandra calon bunda kamu. Dan Syaqila akan menjadi adek kamu. Walaupun kalian seumuran, kamu lahir dua bulan lebih dulu."

Ara mematung setelah ayahnya mengatakan hal tersebut. Ayahnya tidak pernah berkata bahwa beliau memiliki rencana akan menikah lagi. Tapi, hari ini ayahnya membuat dia terkejut.

Ayahnya mengambil keputusan tanpa berbicara kepadanya. Ara bingung harus merespon seperti apa. Dia beranjak dari duduknya dan pamit masuk ke dalam kamar. Zevan menatap kepergian Ara sambil menghela nafasnya.

"Mas, Ara kenapa? Apakah dia tidak suka denganku?"

"Mungkin dia masih syok. Nanti aku coba untuk berbicara dengannya."

Syaqila sedari tadi hanya menyimak tanpa berniat untuk membuka suaranya. Diam-diam ia tersenyum miring.

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang