🌺🌺🌺
Sebuah bus berhenti di depan SMA CAKRAWALA. terlihat seorang remaja turun dari bus tersebut. Remaja itu tak lain adalah Ara. Gadis itu memilih berangkat sekolah menaiki bus kota. Karena dia sedang malas membawa kendaraan. Ara melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah."Selamat pagi Pak Satyo!" sapa Ara kepada pak satpam.
"Pagi Neng Ara," balas pak Satyo.
"Semangat kerjanya ya pak! Ara masuk dulu, dadah!" ucap Ara sambil melambaikan tangannya.
Pak Satyo membalas lambaian tangan dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ara. Ada-ada saja, pikirnya.
Ara berjalan di koridor sambil membalas sapaan siswa yang menyapa dirinya. Sedangkan dari arah berlawanan, nampak Galen dan ketiga sahabatnya berjalan ke arahnya.
"Pagi cantik!" sapa Niel sembari tersenyum lebar.
Sontak, Galen menatap tajam sahabatnya itu. Apa-apaan nih bocah, batinnya.
"Santai, Gal. Matanya tolong dikondisikan."
Arsa menepuk jidatnya melihat tingkah Niel.
"Pagi juga Kak Niel!" balas Ara.
"Niel aja nih yang disapa?" ucap Arsa.
"Hehehe... Pagi kak Arsa, kak Galen!" Ucap Ara untuk keduanya. Saat menghadap Zergan, gadis itu tersenyum lalu, pagi abang!"
"Pagi, dek." balas Zergan tersenyum kecil.
Niel dan Arsa melongo mendengar sapaan Ara untuk Zergan. Sedangkan Galen menaikkan alisnya.
"Kayaknya kita ketinggalan berita," ucap Niel dengan tatapan mengintimidasi ke arah Zergan.
Arsa mengangguk membenarkan ucapan Niel. Galen menatap Zergan dengan penuh tanda tanya. Zergan memutar bola matanya malas, ia sudah menduga hal ini akan terjadi.
"Kalau gitu, aku duluan ke kelas ya?"
Keempat pemuda itu mengangguk. Ara melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.
"Nanti gue jelasin." ucap Zergan pada ketiga sahabatnya.
***
Kini Ara dan ketiga sahabatnya sudah duduk anteng di bangku kantin sambil menyantap makanan. Hanya ada suara dentingan sendok di antara mereka.
"Aku boleh gabung nggak? Soalnya bangkunya udah penuh."
Ke empat gadis itu mendongakkan kepala. Mereka terdiam setelah melihat orang tersebut.
"Duduk aja," ucap Cia.
Setelah dipersilahkan, Qila duduk di sebelah Rain. Ke empat gadis itu kembali menyantap makanan mereka. Dari arah pintu masuk, Galen dan ketiga sahabatnya berjalan menuju meja Ara.
"Hallo ciwi-ciwi, Abang Niel come back!" ucap Niel lumayan keras. Seisi kantin menatap ke arah meja Ara dan kawan-kawan.
Arsa menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Zergan dan Galen menghela nafas kasar. Bukan temen gue, batin mereka.
"Ini kita nggak disuruh duduk?" ucap Arsa.
"Ah iya, silahkan duduk kak," balas Ara.
"Sa, pesen sana!" ucap Niel ke Arsa.
"Yaelah... Kenapa nggak lo aja yang pesen?"
"Gue males."
Arsa memutar bola matanya malas. Ia bangkit dari duduknya.
"Jadi Lo mau pesen apa?"
"Batagor sama es jeruk."
Arsa menghadap ke arah Zergan dan Galen.
"Kalau kalian?"
"Samain." ucap Galen.
Arsa pergi untuk memesan makanan. Setelah beberapa menit, pemuda itu kembali membawa nampan pesanan mereka. Diletakannya di atas meja. Ke empat pemuda itu mulai memakan makanannya.
"Eh, ada murid baru ya?" tanya Niel. Ia baru menyadari ada perempuan asing di antara Ara dan ketiga sahabatnya.
"Iya kak, nama aku Syaqila Anaira."
"Ouh, nama gue Ethaniel. Sekelas sama siapa?"
"Dia sekelas sama gue dan ara." sahut Azza.
Niel mengangguk, Qila menatap ketiga pemuda yang belum memperkenalkan nama mereka.
"Kalau nama kalian siapa?" tanya Qila ke arah ketiganya.
"Nama gue Arsaland."
"Galen Alvarez."
"Zergan Ravindra."
"Salam kenal kak, kalian ber empat sekelas?"
"Iya, kita sekelas," ucap Arsa.
Tatapan Qila tertuju ke arah Galen, omg dia ganteng banget! Gue harus bisa dapetin dia, ucapnya dalam hati.
"Bunda nyuruh lo main ke rumah." ucap Galen ke arah Ara.
"Kalau untuk sekarang nggak bisa kak, lain kali kalau ada waktu." balas Ara.
"Hm, gapapa."
Ternyata kak Galen udah deket sama Ara? Lagi-lagi dia berhasil ngerebut perhatian orang. Batin seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Teen FictionLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...