Flashback On
Jakarta, 17 September 2017
Suara langkah kaki menggema di lorong rumah sakit. Raut wajahnya terlihat sangat panik. Dia berjalan menuju ruang ICU tempat dimana istri tercintanya dirawat. Tangan kanannya menggandeng seorang anak perempuan yang kala itu masih duduk di bangku kelas tujuh SMP. Sesampainya di depan ruang ICU, seorang dokter membuka pintu ruangan tersebut.
'Bagaimana keadaan istri saya, Dok?'
'Istri anda meminta saya, untuk memanggil anda masuk'
Zevan beralih menatap anaknya.
'Kamu tunggu di luar dulu ya, sayang? Ayah mau masuk ke dalam.'
'Mama baik-baik aja kan, yah?'
'Kamu doakan mama ya, semoga mama baik-baik aja.'
Anak itu mengangguk, Zevan masuk ke dalam ruangan. Terlihat Viona tersenyum dengan bibir pucatnya.
'Jangan nangis Mas, kamu jelek kalau nangis.'
'Aku nggak nangis, cuma kelilipan.'
Viona terkekeh pelan karena ucapan suaminya.
'Mas, aku udah capek.'
Zevan kembali menitikkan air matanya. Tuhan, tolong jangan sekarang, batinnya.
'Kalau capek, istirahat, Na.'
'Mas, kalau aku nggak ada, tolong kamu jaga Ara ya?'
'Kamu ngomong apa sih! kamu pasti bakal sembuh, Na.'
Viona hanya tersenyum, dia kembali membuka suaranya.
'Kalau aku udah pergi, menikahlah dengan Vandra sahabatku. Dia ada di Bandung, suaminya udah lama meninggal,' ucap Viona sambil memberikan sebuah foto kepada Zevan.
Zevan menerima foto tersebut. Ia menggelengkan kepalanya menolak permintaan istrinya.
'Aku mohon Mas, aku ingin Ara tidak kehilangan kasih sayang seorang ibu.'
'Baiklah, jika itu permintaanmu.'
'Terima kasih.'
Nafas Viona tercekat. Perlahan, kedua bola mata cantik itu terpejam untuk selamanya.
'Kenapa kamu pergi secepat ini? Kamu sudah ingin bertemu adek Ara di surga ya? Aku akan coba untuk mengikhlaskanmu. Aku mencintaimu Viona Arletta,' Zevan mengecup pucuk kepala istrinya.
Zevan membuka pintu ruangan, Ia merengkuh tubuh Ara untuk masuk ke dalam pelukannya.
'Ayah kenapa nangis? Mama baik-baik aja kan yah?'
'Mama sudah menyusul adekmu di surga.'
'Nggak! Ayah bercanda, kan? Mama cuma lagi tidur! Ayah tolong bangunin mama, bercandanya nggak lucu Hahaha,' Ara menggeleng ribut dalam pelukan ayahnya.
Zevan mengeratkan pelukannya ke Ara, kedua telapak tangannya menangkup wajah Ara.
'Hey, lihat ayah! Mama udah nggak ngerasain sakit lagi, Ara nggak mau kan mama terus-terusan kesakitan? Tolong ikhlasin mama ya?'
Ara mengangguk lemah, Zevan kembali memeluk anaknya. Malam itu, hari paling menyakitkan dimana dirinya harus mencoba tegar di hadapan anaknya.
Flashback End
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Teen FictionLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...