Setelah kejadian semalam, pagi hari ini Ara memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih awal. Sehabis menunaikan Sholat Subuh, Ara langsung mandi lalu mamakai seragam sekolahnya. Dia akan sarapan pagi di kantin sekolahnya saja. Bukannya Ara menghindar dari Ayah dan bundanya, hanya saja dia belum siap untuk bertatap muka dengan keduanya. Ara berangkat dari rumah pukul 6 kurang lima menit dengan menaiki bus kota. Remaja itu sedang malas membawa kendaraan sendiri.
Ara berjalan di koridor kelas yang nampak masih sepi. Hanya ada satu dua siswa karena ini masih pagi untuk berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat, Ara memakai masker untuk menutupi bekas tamparan dan lebam di sudut bibirnya. Sebenarnya, bisa saja hari ini dia izin tidak berangkat sekolah. Tapi Ara memaksakan diri untuk berangkat walaupun wajahnya nampak jelas luka.
Saat hampir sampai di kelasnya, Ara merasa tangan kanannya dicekal oleh seseorang. Ara membalikkan tubuhnya ke belakang, ternyata tangannya dicekal oleh Nathan. Manik mata keduanya bertemu, Ara langsung memutuskan kontak mata mereka. Nathan mengerutkan keningnya melihat Ara memakai masker, banyak pertanyaan di kepalanya.
"Lo kenapa pakai masker?"
Ara hanya diam mendengar ucapan Nathan. Karena Ara tidak membalas pertanyaannya, tangan Nathan mencoba untuk membuka masker yang menutupi wajah Ara. Sadar akan pergerakan Nathan, Ara mencoba menghalangi tangan milik Nathan namun terlambat. Nathan sudah berhasil membuka masker yang menutupi wajahnya. Rahang Nathan mengeras melihat bekas tamparan di kedua pipi Ara serta lebam biru keunguan di sudut bibir Ara. Sepertinya, luka itu belum diobati.
Memang semalam, Ara tidak mengobati lukanya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur lalu memejamkan kedua matanya karena sudah lelah.
"Siapa yang melakukan ini?" tangan nathan menyentuh bekas tamparan di pipi kanan milik ara
Ara memalingkan wajahnya lalu menyingkirkan tangan Nathan dari pipinya.
"Kakak nggak perlu tau"
Wajah Nathan bertambah datar setelah mendengar jawaban Ara. Tanpa aba-aba, Nathan meraih tangan kanan milik Ara. Ia berniat membawa Ara ke UKS untuk mengobati luka di wajah gadis itu. Setelah sampai di UKS, Nathan menggendong Ara ala bridal style, Ara reflek mengalungkan tangannya ke leher Nathan.
Nathan melangkahkan kakinya memasuki UKS, ia mendudukkan Ara di brankar. Pemuda itu mencari kotak P3K, Ara diam mengamati pergerakan Nathan. Setelah mendapatkan kotak P3K, Nathan duduk di samping Ara. Ia membuka kotak P3K itu lalu mengambil salep untuk mengobati bekas tamparan di kedua pipi Ara.
"Kalau sakit bilang ya?"
Dengan perlahan, Nathan mengoleskan salep di pipi kanan dan kiri Ara secara bergantian. Ara hanya diam memperhatikan wajah Nathan yang sedang serius mengobati. setelah selesai mengobati pipi Ara, Nathan kembali menutup salep, ia meletakkan salep tersebut lalu tangannya berganti mengambil kapas dan alkohol. Ia menuangkan alkohol di kapas, tangan Nathan bergerak mengobati luka di sudut bibir milik Ara.
"Shhh" Ara meringis menahan sakit saat sensasi dingin menyentuh luka di sudut bibirnya
"Sorry, sakit ya?"
Ara mengangguk membenarkan pertanyaan Nathan. Setelah selesai mengobati luka Ara, Nathan membereskan peralatan tersebut ke dalam kotak P3K seperti semula. Pemuda itu beranjak dari duduknya, ia menaruh kembali kotak P3K tersebut ke tempat semula lalu membuang kapas ke tempat sampah di bawah meja UKS. Nathan kembali mendudukkan dirinya di samping Ara, keduanya diam dengan pikiran masing-masing.
"Lo nggak mau cerita ke gue?"
"Penting buat kakak untuk tau?"
Ara turun dari atas brankar, saat akan melangkahkan kaki, Nathan mencekal tangan kanan Ara.
"Mau kemana?"
"Masuk ke kelas" ara melepas cekalan tangan Nathan
"Dengan kondisi wajah lo seperti itu?"
Ara diam mendengar ucapan Nathan, namun dia kembali melanjutkan langkahnya. Setelah sampai di pintu, Ara membalikkan badannya ke belakang.
"Ouh ya, makasih kakak udah ngobatin luka aku"
Sebelum Nathan menjawab, Ara bergegas keluar dari UKS. Nathan menghela nafas melihat Ara yang keras kepala. Pemuda itu turun dari brankar lalu keluar dari UKS menuju ke kelasnya.
.
.
.Ara melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Terlihat kelasnya sudah ramai. Dia berjalan ke bangku miliknya, Azza mengerutkan keningnya melihat wajah Ara. Ara mendudukkan diri di bangkunya . Azza dengan cepat membalikkan badan Ara untuk berhadapan dengannya.
"Heh lo abis berantem sama siapa ra? Omg wajah lo kenapa jadi gini?" heboh azza
"Bagus nggak za?"
"Bagus apaan kek gini, yang ada wajah lo kaya abis digebukin satu RT!"
Ara mendengus mendengar jawaban dari Azza.
"Lo nggak habis kena KDRT kan, Ra?"
Sebelum Ara menjawab, dia melihat Qila yang ternyata juga masuk ke sekolah. Azza membalikkan badannya ke arah pintu, mata Azza membola melihat luka yang sama persis di wajah Qila. Ia menatap ke arah Qila dan Ara secara bergantian. Qila berjalan melewati meja Ara dan Azza, gadis itu tersenyum remeh ke arah Ara. Ara membalas dengan tatapan dinginnya.
"Lo harus jelasin semuanya, Ra" ucap Azza
.
.
.Next
Jangan lupa tinggalin jejak yaa teman-teman, terima kasih. (◍•ᴗ•◍)❤
Semangat dan jangan lupa bahagia !!!👋🏻💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Teen FictionLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...