Bagian 16

56 7 0
                                    

  🌟(⌒▽⌒)🌟

Malam ini kamar Ara sudah ada dirinya dan ketiga sahabatnya. Yap sewaktu pulang sekolah, Ara mengajak Cia dan Rain untuk menginap di rumahnya. Tentu saja kedua gadis itu menerimanya. Di kamar Ara sudah ada banyak snack untuk menemani mereka menonton drakor. Padahal, besok mereka sekolah. Lihat saja apa yang akan terjadi besok pagi.

"Cepetan Ra, nyalain laptopnya."

"Iya... Sabar Cia."

Ara menyalakan laptopnya dan mencari film drakor yang akan ditonton. Setelah ketemu, Ara mengklik judul film drakor tersebut. Mereka mulai menonton sambil sesekali memakan snack. Karena terlalu asik menonton, keempat gadis itu sampai tidak sadar malam semakin larut.

"Udahan yuk nontonnya, udah larut."

"Ntar Rain, nanggung ini," ucap Azza.

"Iya bener kata Azza," Cia menimpali.

  Sedangkan Rain dan Ara hanya menghela nafas pasrah. Akhirnya, mereka menonton sampai film berakhir. Ara mematikan laptopnya dan mencharchernya.

"Buset udah jam 1 ternyata."

"Kamu baru nyadar Cia?" tanya Rain.

"Udah-udah ayok tidur," ucap Ara.

Mereka pun akhirnya tertidur karena sudah tidak tahan menahan kantuk. Tidak terasa hari sudah berganti pagi. Ara yang pertama bangun melihat jam dinding kamarnya. Kedua mata ara membola kaget, pukul 07.00 lebih 15 menit  yang artinya mereka akan terlambat ke sekolah. Iya, itu dikarenakan mereka berempat tidur lagi setelah sholat subuh.

"AZZA, CIA , RAIN BANGUN! KITA TERLAMBAT!"

  Ketiga sahabatnya bangun karena teriakan Ara.

"Apaan sih Ra, masih pagi teriak-teriak," ucap Cia yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Lihat jam!"

Cia melirik ke arah jam, ia juga sama kagetnya dengan Ara tadi.

" WHAT! Fix kita bakal terlambat."

"Aduh... Ayo cepat kita siap-siap," Rain menimpali.

 Keempat gadis itu bergegas menuju ke kamar mandi. Azza, Cia dan Rain menggunakan kamar mandi yang ada di lantai 1. Karena tidak mungkin mereka akan bergantian mandi di kamar mandi yang ada di kamar Ara. Setelah beberapa menit, mereka sudah rapi memakai seragam. Ara membuka pintu rumahnya dan menguncinya. Mereka berangkat menggunakan mobil milik Ara dengan Cia yang menyetirnya.

"Cia, lo mau balapan apa gimana? Pelan-pelan woy! Gue belum siap pindah alam."

"Diem Za! Kita udah terlambat."

  Sesampainya di sekolah, gerbang sudah ditutup. Mereka pasrah jika harus kena hukuman. Cia membuka kaca mobil dan membujuk pak satpam untuk membuka gerbangnya.

"Ayolah pak, tolong buka gerbangnya," bujuk Cia dengan wajah yang memelas.

"Aduh nggak bisa neng, kalian terlambat."

Dengan segala bujuk rayu Cia, akhirnya pak satpam membukakan gerbang untuk mereka. Dan di sinilah mereka sekarang, berdiri menghormat tiang bendera. Karena, keempat gadis itu berpapasan dengan pak Didi guru BK di koridor. Mereka dihukum sampai bel pelajaran kedua berakhir.

❤(◍•ᴗ•◍)❤

Keempat pemuda berjalan beriringan di koridor sekolah. Salah satu dari mereka menghentikan langkahnya. Matanya menyipit memastikan apa yang dilihat olehnya.

"Itu bukannya Ara sama teman-temannya?"

Sontak ketiga pemuda yang lainnya ikut menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangan ke arah lapangan sekolah.

"Iya, ngapain tuh mereka?"

"Nggak tau. Gimana kalau kita samperin?" Niel memandang ketiga sahabatnya meminta persetujuan.

Ketiganya mengangguk. Mereka berempat melanjutkan langkahnya menuju lapangan sekolah menghampiri Ara dan ketiga sahabatnya.

"Kenapa?"

Keempat gadis itu membalikkan badan. Mereka terkejut di belakang sudah ada Galen dan ketiga sahabatnya.

"Kenapa?" Galen mengulangi pertanyaannya, namun dibalas kerutan dahi oleh keempat gadis itu.

Zergan yang mengerti raut wajah keempat gadis itu membuka suaranya

"Maksud Galen, kenapa kalian dihukum?"

"Kita terlambat kak," jawab Cia.

"Tumben kalian terlambat? Mana barengan gini." Arsa bertanya dengan raut wajah penasaran.

"Kita bangun kesiangan gara-gara nonton drakor sampai larut kak. Kita bertiga nginep di rumah Ara" Rain menjelaskan dengan wajah polosnya.

Ketiga sahabatnya menepuk dahi mereka masing-masing. Mereka bertiga tersenyum kikuk.

"Wah... Bener-bener ya kalian ckckck. Emang orang tua lo kemana Ra?" Niel bertanya ke Ara.

"Ouh itu kak, ayah lagi ada kerjaan di luar kota."

"Mama lo, ikut?"

Ketiga sahabat Ara menegang karena pertanyaan yang dilontarkan Niel. Zergan dan Galen menatap tajam ke arah Niel. Niel yang ditatap kedua sahabatnya bergidik ngeri.

"Eh, pertanyaan gue salah, ya?" Niel tersenyum canggung.

"Mama udah meninggal kak," Ara menjawab pertanyaan niel dengan wajah sendu.

"Maaf Ra, gue nggak tau."

"Iya, gapapa kok kak."

"Emm... lo nggak punya kakak atau adek?" tanya Arsa.

Ara menggelengkan kepalanya. Dia menghela nafas lalu kembali membuka suaranya

"Aku anak pertama, aku sempet punya adek tapi meninggal waktu dilahirkan."

Ara menjelaskan alasannya. Tanpa sadar, air matanya mulai menetes. Dia harus mengingat kembali luka itu. Ketiga sahabatnya memeluk Ara. Arsa merasa bersalah karena telah bertanya seperti itu.

"Sorry Ra, gue nggak bermaksud."

"Kakak nggak salah, maaf aku yang terlalu cengeng."

  Sedangkan Galen sedari tadi hanya menyimak. Ia kembali terkejut dengan satu fakta mengenai kehidupan Ara.

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang