Happy Reading 🌺
Pagi ini terasa berbeda bagi ara. Jika biasanya dia akan memasak sarapan untuk dirinya sendiri dan ayahnya, sekarang sudah ada seorang wanita yang menggantikan tugasnya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai, Zevan langsung pergi ke apartemen miliknya untuk mengambil barang milik Vandra dan Qila. Oleh sebab itu, sekarang Vandra dan Qila sudah tinggal satu atap dengan ara.
Ara menuruni anak tangga, tubuhnya sudah memakai seragam sekolah lengkap. Dia berjalan menuju dapur berniat ingin membuat sarapan seperti biasanya. Langkahnya terhenti kala dia melihat sudah ada Vandra yang lebih dulu membuat sarapan. Ara menghampiri Vandra lalu berdiri di sampingnya.
"Harusnya aku yang membuat sarapan, maaf merepotkan"
Vandra menoleh ke samping kanan dimana sudah ada ara yang entah sejak kapan datang. Ia terlalu fokus memasak sampai tidak menyadari ara datang ke dapur. Wanita itu tertegun mendengar ucapan ara. Ia tidak merasa direpotkan sama sekali, ini sudah menjadi tugasnya.
"Bunda tidak merasa direpotkan sama sekali" balas vandra tersenyum ke ara
Vandra mematikan kompor, wanita itu meletakkan nasi goreng di atas empat piring di meja dapur, setelahnya ia membawa wajan bekas memasak ke wastafel. Ara diam memperhatikan Vandra, sudah lama sekali dia tidak merasakan dibuatkan sarapan pagi oleh seorang ibu. Sekarang dia dapat merasakannya lagi. Tapi sayangnya, hatinya belum bisa menerima sepenuhnya kehadiran Vandra.
"Kenapa kamu melamun hm?" Vandra menepuk bahu kanan ara
Ara tersentak karena tepukan Vandra. Vandra yang melihat reaksi anak sambungnya itu tertawa kecil. Ternyata ara kagetan walaupun hanya ditepuk pelan.
"Aku tidak melamun, biar ara aja yang bawa sarapannya ke meja makan" Ara mengambil nampan lalu menata ke empat piring tersebut ke meja makan
Vandra menggelengkan kepalanya melihat tingkah ara. Wanita itu menyusul ara dengan membawa nampan berisi telor ceplok dan empat gelas susu putih. Ara menata empat piring nasi goreng di atas meja makan diikuti Vandra menata sepiring telor ceplok dan empat gelas susu putih.
Zevan menuruni anak tangga dengan setelan jas kantor dan menjinjing tas di tangan kanannya, diikuti Qila di belakang pria itu. Mereka berjalan menuju meja makan dimana sudah ada Ara dan Vandra yang menunggu.
"Pagi Bunda!" ucap qila mencium pipi kanan vandra
"Pagi sayang"
Zevan menarik kursi lalu duduk di samping istrinya. Qila duduk bersebelahan dengan ara. Zevan memimpin doa sebelum makan, lalu mereka ber empat mulai memakan sarapan tanpa ada yang membuka suaranya.
"Aku selesai" ara meletakkan sendok di atas piringnya lalu meminum susu
Ara hendak beranjak dari duduknya namun terhenti saat Zevan mengeluarkan suaranya.
"Mau kemana kamu?"
"Berangkat"
"Duduk! Hari ini ayah akan mengantar kalian berdua ke sekolah" titah zevan
Ara menghela nafas, dia kembali duduk menunggu ayahnya dan Qila selesai sarapan. Zevan sudah menyelesaikan sarapannya, begitu pula dengan Qila. Ke empat orang itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu.
"Kita berangkat", ucap zevan ke vandra
"Hati - hati, Mas" balas vandra menyalami tangan zevan
"Bunda, Qila berangkat sekolah dulu",ucap qila menyalami tangan kanan bundanya
"Semangat sekolahnya" vandra mengecup pucuk kepala qila
"Ara berangkat" ucap ara singkat, lalu menyalami tangan vandra
"Iya, semangat sekolahnya" balas vandra mengelus rambut ara
Zevan berjalan ke arah mobilnya diikuti Ara dan Qila. Mereka ber tiga masuk ke dalam mobil. Zevan mulai melajukan mobilnya ke luar gerbang menuju sekolah. Vandra memandangi mobil milik Zevan yang perlahan menghilang lalu kembali masuk ke dalam rumah.
***
Mobil milik Zevan berhenti di depan gerbang SMA CAKRAWALA. Keluarlah tiga orang dari mobil tersebut. Zevan menatap kedua anaknya yang sekarang sedang berdiri di hadapannya.
"Sana masuk, belajar yang rajin"
"Ara masuk duluan" ucap ara menyalami tangan kanan zevan lalu melangkahkan kaki memasuki gerbang
"Yah, Kak Ara nggak suka sama aku ya?", tanya qila
"Kakak kamu mungkin masih butuh waktu"
"Hm, Qila masuk dulu ya yah" qila meraih tangan kanan zevan lalu menyalaminya
"Iya, semangat belajarnya"
Qila melambaikan tangan ke arah Zevan. Pria itu membalas lambaian tangan Qila. Setelah memastikan kedua anaknya masuk, Zevan kembali masuk ke dalam mobil, melajukan mobilnya menuju ke kantor.
Ara memasuki ruang kelas dengan wajah lesunya, dia berjalan menuju bangku miliknya lalu mendudukkan diri. Azza yang merasa ada pergerakan di bangku sampingnya menegakkan diri. Azza melihat ke arah bangku milik ara.
"Akhirnya lo masuk juga, kemarin kemana? Kok tiba - tiba izin"
"Ada acara keluarga"
Azza mendengus mendengar jawaban Ara. Ia kesal kemarin ara tiba - tiba izin tidak masuk tanpa mengabarinya.
"Mendadak banget? Sampai ngga ngabarin"
Ara memperbaiki posisi duduknya menghadap Azza. Azza dapat melihat wajah lesu milik ara.
"Itu lagi muka kenapa mendung kek awan mau hujan?"
"Tau ah! Kamu mah!"
"Idih ngambek, PMS mba?"
Ara mencebikkan bibirnya. Ingin sekali dia memukul sahabatnya itu, kayaknya enak buat jadi samsak pelampiasannya.
Qila memasuki kelas dengan senyuman dari bibirnya. Ia melangkahkan kaki menuju bangku miliknya lalu duduk. Azza yang melihat itu bergidik ngeri.
"Ra, tuh anak lagi kesambet kah? Senyum - senyum nggak jelas"
"Nggak tau, lagi bahagia kali" Ara mengendikkan bahunya
Obrolan mereka terhenti karena bel masuk telah berbunyi dan tidak lama kemudian ada seorang guru yang memasuki kelas.
.
.
.Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon maaf lahir dan batin. Maafkan segala kesalahan yang sengaja maupun tidak disengaja.
Selamat Hari Raya Idul Fitri !!!💖
Semangat dan jangan lupa bahagia👋🏻💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Teen FictionLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...