Bagian 42

48 7 1
                                    

"Lo harus jelasin semuanya, Ra"
.
.
.

Ke empat remaja duduk di bangku sebuah taman. Mengapa tidak di cafe atau restoran saja?, karena bagi mereka lebih nyaman. Entahlah, mereka sudah terbiasa memilih taman sebagai tempat berkumpul atau jika diantara mereka ingin mengatakan sesuatu. Seperti sekarang ini, sepulang sekolah, Azza menghubungi Cia dan Rain untuk datang ke taman tempat mereka biasa berkumpul. Taman tersebut tidak jauh dari sekolah.

Cia dan Rain sempat terkejut saat melihat wajah Ara, mereka ingin bertanya namun Azza mengatakan bahwa Ara akan menjelaskan semuanya nanti di taman. Tidak ada yang berniat membuka obrolan, Ara menatap satu per satu sahabatnya. Dia masih ragu, apakah ini saatnya dia harus mengatakan kepada mereka soal hubungannya dengan Qila atau tidak.

"Jadi, bisa lo jelasin sekarang?" Ucap Cia sambil memakan es krim

Sebelum ke taman, mereka ber empat sempat membeli jajanan. Memang sore ini ramai pedagang yang berjualan di sekitar taman. Ini juga menjadi salah satu alasan mereka lebih nyaman ke taman karena banyak jajanan seperti cilok, cimol, batagor, siomay dan masih banyak lagi.

"Aku bingung mau jelasin dari mana" ara menundukkan kepalanya

"Langsung ke intinya aja" balas azza

Ara menghela nafas pelan, mungkin memang sudah saatnya mereka tau. Jika dia tetap menutupi, toh nanti mereka juga akan tau bukan? Setelah berperang dengan hati dan pikirannya, maka Ara memilih mengikuti kata hatinya.

"Qila saudari tiri aku"

Raut wajah mereka terkejut setelah mendengar ucapan Ara. Terlebih Azza, pantas saja selama ini gelagat Qila dan Ara membuatnya menaruh rasa curiga, terjawab sudah rasa penasarannya sekarang.

"Berarti waktu itu lo izin...."

"Ya, itu hari pernikahan ayah sama bunda Vandra"

Setelah ayahnya mengatakan alasan mengapa beliau menikahi Vandra, Ara sudah memutuskan untuk belajar perlahan menerima Vandra. Saat akan mengungkapkan ke Vandra, Qila malah datang ke kamarnya dan membuat semuanya menjadi rumit. Dia tidak menyangka, ternyata Qila benar-benar terobsesi ingin memiliki perhatian bunda Vandra untuk dirinya sendiri dan ingin mengambil perhatian ayahnya juga.

Oleh karena itu, mengapa dia tidak ingin terlalu bergantung dan menaruh harapan kepada semua orang yang dia sayang. Berkali-kali dia sudah merasakan ditinggal oleh orang yang dia sayang untuk selama-lamanya. Alasan mengapa dia juga saat itu tidak langsung menerima Vandra, dia takut akan merasakan kehilangan seorang ibu untuk kedua kalinya di saat dia sudah merasa nyaman dengan Vandra.

Kepergian Viona, merubah pribadi Ara. Gadis itu jadi lebih tertutup. Memang Ara lebih memilih memendam semuanya sendiri, dia bisa lebih terbuka ke mamanya. Dia lebih sering menceritakan segala hal kepada mamanya dari pada ke Zevan.

"Kenapa lo nggak jujur ke kita?"

Azza sedikit kecewa, ia sudah bersahabat sejak kecil dengan Ara. Tapi ternyata, masih banyak hal yang belum Azza ketahui tentang Ara. Lain halnya dengan Cia dan Rain yang baru mengenal mereka berdua saat duduk di bangku SMP.

"Aku cuma nggak mau nambahin beban pikiran kalian, lagi pula aku pikir ini tidak terlalu penting"

Ya, Ara hanya tidak ingin menambah beban pikiran ketiga sahabatnya. Dia sudah biasa memendam semuanya sendiri dan terkadang, tidak semua hal harus diceritakan bukan?.

Azza menghela nafas mendengar jawaban dari Ara.

"Ra, gue tau lo biasa memendam semuanya sendiri. Tapi, lo masih punya kita bertiga kalau lo butuh seseorang buat dengerin cerita" Azza menarik nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang