Suara bel berbunyi nyaring, ini adalah bel tanda pulang sekolah. Seluruh siswa dan siswi SMA CAKRAWALA berhamburan keluar kelas untuk pulang menuju ke rumah masing-masing.
"Baiklah anak-anak, ibu cukupkan pembelajaran untuk hari ini. Selamat pulang dan hati-hati di jalan. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam, Buuu" jawab mereka serempak
Guru yang mengajar di kelas X IPA 4 tadi melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Tidak lama kemudian, satu per satu teman kelas Ara mulai berhamburan keluar kelas.
"Selesai, ayo kita pulang! Kasur di rumah gue udah kangen, sampai chat gue tadi" azza memperlihatkan layar handphone miliknya ke ara
Ara hanya menggelengkan kepala, maklum pelajaran terakhir tadi adalah mata pelajaran kimia yang cukup menguras otak. Pantas saja otak Azza sedikit terganggu.
Mereka berdua beranjak dari duduk lalu berjalan keluar kelas.
"Ra, lo jalan duluan aja ya. Tunggu gue depan gerbang. Gue mau ke toilet dulu" azza langsung berlari untuk menuju ke toilet
Ara kembali melanjutkan langkahnya, dia dapat melihat di depannya ada Cia dan Rain yang sedang berjalan beriringan. Gadis itu mempercepat langkahnya mendekati mereka.
"Cia, Rain tunggu!"
Kedua langkah mereka terhenti saat mendengar suara tak asing di ditelinga keduanya.
"Ayo kita jalan bareng ke depan"
"Ay-"
"Aku jalan duluan ya" rain memotong ucapan cia
Rain kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Ara yang menatapnya dengan wajah sendu dan Cia dengan raut wajah kebingungan.
"Em, Cia aku duluan ya mau kejar Rain"
Ara berlari mengejar langkah Rain yang semakin jauh di depannya. Cia semakin di buat kebingungan oleh tingkah mereka, tidak mau ambil pusing Cia kembali melanjutkan langkahnya dengan tenang.
Ara terus berlari mengejar Rain dan kini dia sudah lebih dekat dengan langkah Raina. Tidak mau kehilangan kesempatan, dia meraih tangan kanan milik gadis itu. Otomatis langkah Rain terhenti.
Bukan tanpa alasan Ara tetap berusaha mengejar Raina, dia harus meluruskan kesalahpahaman antara dia dan juga Raina.
"Ck! Mau apalagi sih, Ra?" rain berdecak lalu perlahan melepaskan cekalan tangannya dari ara
"Dengerin penjelasan aku dulu, aku ingin meluruskan kesalahpahaman antara kita"
"Udahlah, nggak penting juga"
Raina kembali melanjutkan langkahnya sampai keluar gerbang sekolah. Karena Rain berjalan kurang fokus, ia tidak melihat bahwa ada truk yang melaju kencang ke arahnya.
Kedua bola mata ara membelakak melihat itu, tanpa berpikir panjang, dia berlari kencang ke tengah jalan lalu mendorong tubuh Rain sampai gadis itu terjatuh di pinggir jalan.
"RAINA AWAS!"
BRAK
Truk tersebut menghantam keras badan ara sampai membuat gadis itu terpental sangat jauh. Raina mematung melihat Ara tertabrak di depan mata kepalanya sendiri.
Siswa-siswi yang berada di sekitar gerbang langsung menghentikan langkah mereka karena mendengar suara hantaman yang cukup keras.
Mereka semua berteriak melihat Ara yang sudah terkapar di tengah jalan dengan darah yang mengalir di kepala dan mulut gadis itu.
Azza dan Cia yang baru sampai di depan gerbang, terlihat kebingungan melihat semua orang berteriak sama halnya dengan Galen dan ketiga sahabatnya serta Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Ficção AdolescenteLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...