Bagian 37

50 7 1
                                    

"Gue mohon berhenti di situ, La" lirih pemuda itu

"Nggak! Jangan mendekat!"

Pemuda itu mengusap air mata dari kedua bola matanya. Ia bingung harus bagaimana. Sahabatnya sekarang sedang mencoba untuk mengakhiri hidupnya.

"Lo nggak sendiri, masih ada gue"

"Papa pukul aku lagi hiks... s-sakit Nathan a-aku pengin nyusul m-mama aja"

"Tapi bukan gini caranya, jangan ya?" Nathan perlahan mendekat ke arah sahabat perempuannya

Sahabat perempuan Nathan menggelengkan kepalanya. Kakinya semakin mendekat ke tepi jembatan. Air mata Nathan berlomba-lomba turun membasahi kedua pipinya. Ia tidak sanggup melihat keadaan sahabatnya yang sangat berantakan.

"Gue emang nggak tau rasanya jadi lo. Tapi lo itu hebat, sangat hebat. Lo bisa bagi luka lo ke gue. Jangan kaya gini, gue berasa jadi sahabat yang nggak berguna"

"Nathan jangan ngomong kaya gitu. Aila seneng punya sahabat kaya nathan. Tapi aila capek, aila pengin bobo"

Kedua kaki Aila naik ke atas pinggiran jembatan. Bibir gadis itu tersenyum ke arah Nathan sampai memperlihatkan kedua dimple di pipinya. Manis, sangat manis.

"Aila pamit ya Nathan? Nathan jangan nangis"

Aila melompat dari atas jembatan itu. Badan gadis itu terjun bebas ke bawah. Nafas Nathan tercekat melihat kejadian dihadapannya. Sedetik kemudian pemuda itu tersadar. Ia berlari ke pinggir jembatan, terlihat Aila sudah berlumuran darah yang mengalir dari kepalanya. Warna air sungai itu sudah berubah menjadi merah akibat darah dari Aila. Dunia Nathan seakan berhenti melihat itu.

"Arghh... Lo bodoh nathan! Ini salah Lo. Lo gagal buat jaga Aila" marah nathan

Nathan terus memukul kepalanya sendiri. Tidak lama kemudian, turun hujan dengan derasnya. Seakan langit pun ikut bersedih akan kepergian Aila.

Sejak saat itu, Nathan terus menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan pemuda itu sampai menyakiti dirinya sendiri. Kedua orang tua Nathan tidak tega melihat anaknya tersiksa. Nathan sempat dibawa ke luar negeri untuk berobat.

Aila Hafiza. Sahabat Nathan dari kecil, mereka sudah bersahabat sejak masih di bangku taman kanak-kanak. Nathan sangat menyayangi Aila seperti adeknya sendiri. Namun, saat beranjak remaja rasa sayang Nathan berubah menjadi rasa cinta.

Latar belakang Aila membuat dirinya ingin menjaga gadis itu. Aila yang selalu dipukul oleh papanya sebagai bentuk pelampiasan emosi pria itu.

Aila ditinggal mamanya sejak bayi. Mama Aila meninggal karena sakit yang dideritanya. Saat Aila masuk ke bangku SMP, papa Aila memutuskan menikah lagi dengan rekan kerjanya. Aila kehilangan kasih sayang setelah papanya menikah lagi. Papanya terlalu sibuk dengan istri barunya serta anak sambungnya. Aila selalu diacuhkan oleh papanya.

Saat itu, Nathan ingin menyatakan perasaannya ke Aila. Namun, di hari itu juga ia kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya untuk selama- lamanya.

Back to story

"Mimpi sialan" Nathan terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah

Remaja itu melirik jam dinding kamarnya. Pukul 17.15 WIB. Ternyata sudah cukup lama ia tertidur. Nathan tertidur setelah pulang sekolah karena kelelahan. Nathan bangkit dari tidurnya, ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

.
.
.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk"

Vandra membuka pintu kamar Ara. Kaki Vandra berjalan masuk ke dalam kamar. Terlihat Ara sedang duduk bersandar di kepala ranjang tempat tidurnya dengan novel ditangannya. Vandra menghampiri Ara lalu duduk di pinggir ranjang tempat tidur milik Ara.

"Anak bunda lagi apa?"

Ara meletakkan novel yang dia baca ke atas nakas. Dia mengalihkan pandangannya menatap ke arah Vandra.

"Lagi baca novel"

Vandra tersenyum lalu mengelus rambut milik ara, Vandra membawa Ara ke dalam pelukannya. Ara tersentak kaget akibat pelukan tiba-tiba dari Vandra. Ara masih mencerna apa yang sedang terjadi barusan. 'Hangat' ucap ara dalam hati.

Dia jadi rindu pelukan hangat mamanya. Sudah lama sekali dia tidak merasakan pelukan hangat seorang ibu. Kedua pelupuk mata Ara menumpahkan liquid bening tanpa dia minta. Vandra yang merasakan bajunya basah semakin mengeratkan pelukannya ke Ara.

"Maaf" ucap vandra mengecup pucuk kepala ara

Ara melepaskan pelukannya dari Vandra. Dia menatap Vandra dengan mata yang masih dibanjiri air mata.

"Maaf b-bun" ucap ara terbata

Vandra menghapus air mata Ara dengan kedua ibu jarinya. Ia tau maksud kata maaf dari Ara.

"Tidak apa-apa sayang. Jangan terlalu dipaksa, bunda tau apa yang kamu rasakan"

Ara semakin terisak. Ego dalam dirinya masih terlalu besar untuk mengakui bahwa Vandra sekarang adalah bundanya. Dia sudah berusaha melawan egonya, namun dia masih kalah.

Qila menghentikan langkahnya melihat pintu kamar milik Ara sedikit terbuka. Remaja itu mengintip lewat celah pintu tersebut. Di dalam sana, terlihat bundanya sedang menghapus air mata milik Ara. Qila menatap datar keduanya, rahangnya mengeras menahan emosi.

"Kenapa lo gampang banget ngerebut simpati semua orang?" ucapnya

Qila kembali melanjutkan langkah untuk menuju kamar miliknya yang terletak di samping kamar milik Ara dengan perasaan campur aduk.
.
.
.

Remember:

Jangan sekali-kali mengakhiri hidup kalian sebelum dijemput ya? Seberat apapun ujian dan cobaan untuk kalian, percayalah bahwa Allah SWT tidak akan salah memilih pundak untuk memikul cobaan tersebut. Capek, emang capek banget pas lagi bener-bener di titik terendah.

Takdir emang selalu membawa kejutan untuk kita. Jujur, aku juga masih mencoba berdamai dengan takdirku sendiri. Rasanya nggak mudah buat nerima semuanya. Tapi mau gimana lagi, kita tidak bisa merubah alur takdir seperti kita merubah alur cerita yang ditulis oleh kita.

Skenario yang dibuat oleh Sang Pencipta lebih indah dari skenario yang diinginkan oleh kita. Hah iya, jangan terlalu bergantung dengan orang- orang yang kita sayang, terlebih kedua orang tua kita sendiri. Rasanya sakit sekali jika salah satu diantara mereka sudah dipanggil Sang pemilik raga untuk kembali kepada-Nya.

Peluk jauh dari aku untuk kalian yang sedang lelah. Ingat ! Jangan pergi sebelum dijemput oke? Masih ada Allah SWT bersama kalian. Jika orang-orang membunuh kalian dengan lisan mereka, biarlah Sang Pencipta yang akan membalasnya. Kalian cukup doakan saja mereka yang sudah menyakiti hati kalian.

* Dari Aku (Ara) untuk kalian💕

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang