" Hiks... Sakit"
"Kamu kenapa nangis?"
Anak perempuan itu mendongak, dihadapannya, ada seorang anak laki-laki. Usia mereka hanya terpaut satu tahun.
"k-kaki aku s-sakit keluar d-darah huaa"ucap anak perempuan itu dengan sesenggukkan
Anak laki-laki itu berjongkok untuk mengecek kaki yang dimaksud anak perempuan dihadapannya.
"Mana yang sakit?"
"Kaki sebelah kiri"
Anak laki-laki itu menumpukan kaki anak perempuan itu di atas kakinya. Ia sedikit meringis melihat luka di kaki sebelah kiri anak perempuan dihadapannya. 'Pasti sakit'ucapnya dalam hati
"Kenapa bisa luka kaya gini?"
"Tadi aku main kejar-kejaran sama temen, terus nggak sengaja kaki aku kegores paku yang ada di kaki bangku"
"Ceroboh, lain kali hati-hati"
Dengan telaten, anak laki-laki itu membersihkan luka anak perempuan dihadapannya menggunakan air minum dari botol miliknya. Untung saja ia membawanya tadi. Ternyata akan berguna. Setelah darahnya sudah berhenti keluar, anak laki-laki itu memasangkan plester pada luka kaki anak perempuan itu.
"Sudah selesai" anak laki-laki itu berdiri lalu duduk di samping anak perempuan itu.
"Terima kasih kakak"
"Sama-sama, siapa namamu?"
"Panggil aja Rara"
"Baiklah Rara. Namaku Alva, kamu bisa panggil aku, Kak Al"
"Oke , Kak Al!"
Sejak saat itu, Rara dan Alva selalu bermain bersama. Alva akan mampir ke kelas Rara saat bel istirahat. Alva sudah menganggap Rara sebagai sahabat sekaligus adeknya.
.
.
."Kakak beneran lupa sama aku, ya?" monolognya
Remaja perempuan itu menyentuh bekas luka di kaki sebelah kirinya. Luka itu didapatkannya pada saat ia duduk di bangku kelas satu SD. Rain kira, Galen akan mengenalinya waktu mereka berkenalan di kantin. Namun, itu tidak sesuai dengan ekspetasi rain.
Kak Al nya tidak mengingat Rara. Anak perempuan yang waktu itu diobati lukanya. Rain sengaja tidak memberi tau Galen bahwa dirinya adalah Rara. Biarlah remaja itu mengingatnya sendiri. Namun entah mengapa, hati Rain merasa sakit saat melihat Galen duduk berdua di taman belakang sekolah dengan Ara.
Rain sadar bahwa dulu Galen hanya menganggap ia sebagai adeknya. Tapi lama-kelamaan, Rain nyaman dengan sikap Galen kepada dirinya. Siapa sangka, anak perempuan itu sudah menaruh rasa kepada Galen lebih dari sebatas kakak dan adek.
Rain rindu dengan Kak Al nya. Dia berniat ingin memberi tau Galen bahwa dirinya adalah Rara. Namun, Rain mengurungkan niatnya saat melihat Galen tampak akrab dengan Ara. Ia tidak tau akan sejauh mana memendam semuanya. Karena Rain juga masih bingung rasa ini benar-benar cinta atau hanya sekedar rasa kagum, ia harus memastikannya.
Rasanya sesak menerima kenyataan bahwa orang yang dulu sangat dekat dengannya tidak mengenalinya. Apalagi harus melihat orang itu Akrab dengan sahabatnya sendiri.
Tadi, Rain izin akan pergi ke toilet, padahal itu hanya alasannya saja. Ia diam-diam mengikuti Galen dan Ara dari belakang. Ia ingin tau apa yang akan dibicarakan oleh Galen ke Ara. Namun, ternyata ia tidak sanggup melihat Galen peduli dengan Ara. Jujur, Rain sudah lelah harus menggunakan topeng agar terlihat baik-baik saja.
Tapi disisi lain, ia tidak mau merusak persahabatan mereka hanya karena ego dalam dirinya. Semakin ia memendam semuanya memang semakin sakit, biarlah mungkin nanti jika sudah tepat ia akan memberi tau semua kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Teen FictionLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...