Bagian 10

60 8 1
                                    

⁝⁝⁞⁝⁞ʕु•‌•ʔु☂⁝⁞⁝⁝

Ara sedang fokus mengerjakan tugas di meja belajarnya ditemani suara hujan deras disertai angin kencang dan petir dari luar rumahnya.

JDEER!

Suara petir menggelegar, membuat Ara kaget dan berhenti menulis. Dia mengambil sebuah figura foto yang berisikan ayah, mama, dan dirinya. Tiba-tiba terlintas satu memori di kepalanya.

'Mama kenapa lama ke warungnya?' Ara kecil mempoutkan bibirnya.

' Mama lupa bawa payung, jadi neduh dulu di warung '

' Hujan anginnya kenceng banget, ada petir juga. Ara takut sendirian. Ara sampai nangis tau! '

' Hahaha... Mama lupa anak mama ini takut kalau ada hujan angin '

' Ish... Kok mama malah ketawa sih '

' Bercanda sayang, maafin mama ya? Sini peluk! '

Mama Ara merentangkan tangannya. Ara masuk ke dalam pelukan mamanya, mendekapnya dengan erat

Ara memeluk figura tersebut sambil menghapus liquid bening yang mengalir dari kedua pelupuk matanya.

"Mama Ara kangen, Ara pengin peluk mama."

Gadis itu meletakkan kembali figuranya di meja belajar. Ara beranjak dari duduknya dan keluar kamar. Saat menuruni anak tangga, ara melihat ayahnya sedang duduk di ruang keluarga dengan laptop di pangkuannya. Dia menghampiri ayahnya lalu duduk di sampingnya.

"Ayah," panggil Ara.

"Hm."

Ayah menjawab panggilan Ara dengan berdehem. Ara menghela nafasnya sejenak, lalu kembali membuka suaranya.

"Ara minta maaf untuk kejadian tempo hari. Karena kecerobohan Ara, berkas ayah jadi rusak. Terus ayah harus membuat ulang berkasnya."

Ayah Ara terdiam karena ucapan anaknya.

"Ayah minta kamu mengurangi kecerobohanmu itu. Mama udah nggak ada Ra, keadaannya berbeda. Kamu tau maksud ayah."

"Ara emang belum bisa jadi kaya mama. Ara akan terus belajar."

"Jangan hanya berucap, buktikan!"

Kita sama-sama belum sempurna memerankan peran mama, tapi mengapa aku harus terlihat profesional untuk memerankannya?batin Ara.

Ara beranjak dari duduknya, dia pamit kepada ayahnya. Menaiki satu persatu anak tangga, kembali masuk ke dalam kamarnya.

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang