Happy Reading
.
.
.Ara memandang takjub
pemandangan di depan matanya. Senyum manis terpancar dari bibir gadis itu. Ini sungguh pemandangan terindah yang pernah dia lihat selama hidupnya. Tidak ada yang mengalahkan keindahannya.Sungai sebening kristal dengan air terjun yang sangat memanjakan mata, taman bunga berwarna-warni, berbagai macam pohon yang berbuah lebat.
Ara melangkahkan kakinya mendekat ke taman bunga, tangannya memetik salah satu bunga tersebut. Dia mencium bunga yang dia petik, wangi dari bunga itu menguar. Sangat harum sekali.
Dia kembali melangkahkan kakinya mendekat ke arah sungai. Ara berjongkok mengambil air sungai itu dengan kedua tangannya lalu membasuh wajahnya menggunakan air tersebut. Wajahnya berubah menjadi lebih segar. Dia sangat menyukai berada di tempat ini.
"Ara," terdengar suara seorang wanita yang memanggil namanya. Dia berdiri lalu membalikkan badannya ke belakang.Terlihat ada seorang wanita cantik bak bidadari dengan seorang remaja laki-laki dengan wajah yang sangat tampan. Mereka tersenyum manis ke arahnya.
"Mama!" Ara berlari mendekat ke arah wanita yang dia panggil mama.
Viona merentangkan kedua tangannya, saat sudah mendekat ara langsung memeluk erat badan mamanya. Viona membalas pelukan anaknya dengan erat, mengelus rambut panjang milik anaknya. Viona menitikkan air matanya.
Ia tidak menyangka, anak perempuan yang ia tinggalkan untuk selama-lamanya kini sudah tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik.
Viona menangkup wajah Ara dengan kedua tangannya, ia memandangi setiap inci wajah anak perempuannya tanpa ada yang terlewat.
"Kenapa anak mama bisa sampai di sini, hm?" ucap Viona sambil menghapus jejak air mata Ara menggunakan kedua ibu jarinya.
Ara menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tau mengapa dirinya bisa sampai di tempat seperti ini dan bertemu dengan mamanya. Tapi dia sangat senang, akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan mamanya dan bisa merasakan kembali pelukan hangat mamanya yang selama ini dia rindukan.
Viona tersenyum tipis, pasti jiwa ara sedang tidak bersama dengan raga anak perempuannya ini.
Ara melepaskan tangannya dari pelukan mamanya, kedua matanya beralih menatap remaja laki-laki yang berada di samping Viona. Remaja itu tersenyum manis ke arah Ara.
"Mama, apakah dia adik laki-laki Ara?" ucapnya sambil menunjuk remaja itu.
"Benar, dia adikmu," ucap Viona mengelus surai panjang milik Ara.
Wajah Ara menatap sendu remaja laki-laki itu. Adik laki-lakinya sangat tampan, andai saja dia bisa melihat wajah itu setiap hari.
"A-adek," Ara membawa adiknya ke dalam pelukan dan dibalas dengan erat oleh remaja itu.
"Jangan nangis, kak" ucap remaja itu sambil mengelus lembut punggung Ara.
Ara semakin terisak, dia juga sangat merindukan adiknya. Dia tidak bisa melihat wajah adiknya jika ia sedang datang ke dalam mimpinya. Sekarang dia dapat melihat dengan jelas wajah tampan milik adiknya.
Remaja laki-laki itu menangkup wajah milik ara, ia mengecup kedua mata sembab milik Ara. Ia sangat senang akhirnya keinginannya untuk memeluk kakak perempuannya menjadi kenyataan.
Meski ia tau bahwa sekarang, bukan waktunya Ara berada di tempat yang sama dengannya dan mamanya.
"Kakak ingin bermain denganku?"
Ara mengangguk lalu tersenyum, dia melepaskan pelukannya. Dia menggenggam tangan adeknya. Dia mengajak adiknya bermain di sungai, Ara mengambil air sungai dengan kedua tangannya lalu mencipratkannya ke wajah milik sang adik. Remaja laki-laki itu melakukan hal yang sama seperti Ara, lalu mereka tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Peran (REVISI)
Novela JuvenilLuka enam tahun masih menganga. Kini harus berusaha untuk menyembuhkan luka yang sama. Menjalankan perannya sendiri dan berusaha untuk dapat menggantikan peran yang hilang. Leoni Arella, seorang remaja yang mendekap lara. Mencoba sembuh agar lebih b...