Bagian 49

37 3 3
                                    

"Lo adalah Bulan dan Gue Bintangnya, Bintang akan selalu ada untuk menemani Bulan dalam sepinya"

...

Happy Reading.
.
.
.

Zevan tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagianya melihat putri kandungnya telah membuka matanya. Tangan kanannya buru-buru menekan tombol nurse call yang berada di atas brankar. Tidak lama kemudian,  masuklah seorang dokter laki-laki dengan satu suster perempuan. Mereka berdua mendekat ke arah brankar.

"Mohon maaf pak, Anda bisa menyingkir terlebih dahulu? Saya akan memeriksa putri Anda" ucap dokter itu dengan sopan

"Silahkan" balas zevan memberikan ruang untuk dokter tersebut

Dokter itu mulai memeriksa keadaan Ara, setelah selesai, dokter itu tersenyum lega.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya zevan

"Alhamdulillah, putri bapak sudah berhasil melewati masa kritisnya. Ara harus banyak istirahat untuk masa pemulihan" jelas Dokter tersebut

"Alhamdulillah, terima kasih Dok" ucap Vandra

"Sama-sama Bu, semuanya ini berkat Allah. Saya hanya perantaranya"

Dokter mengkode suster yang berada di sampingnya melalui matanya. Suster tersebut mengangguk mengerti lalu perlahan menekan tombol di bawah brankar tempat tidur,brankar bagian kepala sedikit naik ke atas.

"Kakak izin ganti masker oksigenmu dengan nassal canula dulu ya?" ucap suster tersebut

Ara mengangguk sebagai jawaban, suster itu dengan perlahan membuka masker oksigen tersebut dan menggantikan dengan nassal canula.

"Nah, sudah selesai"

"Terima kasih, Kak" balas ara tersenyum

"Sama-sama, Dek"

"Baiklah, kami pamit untuk memeriksa pasien lain. Kalau ada apa-apa, tekan saja tombol nurse call yang sudah tersedia"

Zevan dan Vandra menganggukkan kepalanya. Dokter dan suster tersebut melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat Ara.
.
.
.

Kini Azza, Raina, Qila, Cia, Galen, Zergan, Arsa, Niel dan Nathan tengah berada dalam satu meja di kantin. Raut wajah mereka nampak tidak secerah biasanya, dari tadi tidak ada yang memulai obrolan.

Berbicara soal Nathan, kini pemuda itu memang sudah menjadi teman Galen beserta ketiga sahabatnya. Ia mencoba menurunkan egonya, ia sudah mengikhlaskan jika memang Galen menyukai Nala.

Melihat bagaimana kacaunya Galen sewaktu Ara kecelakaan, membuat Nathan tersadar bahwa ia hanya ditakdirkan untuk menjaga Ara, tidak lebih. Ia akan menjaga Nala seperti ia menjaga Aila dulu. Ia yakin bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik.

"Nala belum sadar juga, La?" nathan menatap ke arah Qila

Atensi semua orang beralih menatap ke arah Syaqila, Qila yang ditatap seperti itu menghela nafas pelan lalu menggeleng.

"Gue tadi telfon bunda, katanya belum"

"Gue kangen Ara" ucap cia

Azza yang duduk di dekat Cia mengelus pelan punggung milik sahabatnya itu.

"Adek gue pasti bakal sadar" ucap zergan dengan mantap

Setelah Zergan mengatakan itu, handphone milik Qila berbunyi, ia buru-buru mengambil handphone tersebut dari saku rok seragam miliknya.

"Assalamualaikum, Qila"

"Waalaikumsalam Bun, ada apa?"

"Ara sudah siuman sayang"

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang