Pacar Nadia

684 60 3
                                    

Mobil kesayangan Nadia memasuki halaman rumah dua lantai yang belakangan sering dikunjunginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil kesayangan Nadia memasuki halaman rumah dua lantai yang belakangan sering dikunjunginya. Seorang lelaki bertubuh tegap membukakan gerbang untuknya. Kemudian Nadia tersenyum dan menghambur ke pelukan lelaki iti.

"Ayo sayang, masuk," ucap lelaki itu sambil menggandeng tangan Nadia.

Coba tebak siapa lelaki itu? Dia adalah Daffa Pradipta, gitaris The Orion yang setahun belakangan menjalin hubungan dengan Nadia. Diam-diam sampai tidak ada media yang berhasil mengendusnya. Bahkan personel band tersebut baru mengetahuinya beberapa bulan belakangan. Keduanya sangat lihai menjalani hubungan tertutup itu. Bulan? Ia bahkan mengira Nadia sama sepertinya, kaum jomblo sejak lahir.

Nadia menyapa semua orang yang sedang berkumpul di rumah milik Samudra itu. Rumah yang dibelinya dari hasil manggung bersama bandnya. Yang juga menjadi basecamp untuk anggota The Orion.

"Temen lo yang kemarin oke juga, Nad. Ajak kesini juga lah!" ucap Aidan, manusia paling tidak bisa melihat wanita. Kalau ada kesempatan, harus dikejar sampai jadi pacar. Itulah prinsipnya.

"Bisa pingsan dia kalo diajak ke sini, Kak," sahut Nadia.

"Jadi dia yang kamu bilang kecantol gara-gara live-nya Kenzo, yang?" tanya Daffa setelah menyerahkan botol air mineral untuk kekasihnya.

Nadia menganguk.

"Kecantol sama gua? Ajak lah kesini, Nad. Siapa tahu gue bisa melepas kejombloan ini. Bisa double date nanti kita," sahut Kenzo yang sedari tadi sibuk bermain game di ponselnya.

"Bukan lo, Kak," sahut Nadia yang membuat Kenzo lemas.

"Katanya kecantol live gue," tukas Kenzo.

"Tapi yang nyantol Kak Sam, bukan lo." Semua orang di ruangan itu terbahak mendengar ucapan Nadia dan rasa percaya diri Kenzo yang terlalu tinggi, kecuali Samudra yang sejak tadi berbaring di sofa, menutup mata dengan lengannya, menyimak obrolan itu tanpa menanggapi.

Begitulah Samudra. Lelaki itu seolah memiliki dunianya sendiri. Dunia yang menyebalkan bagi orang-orang. Samudra irit sekali bicara. Cuek pada siapa saja tidak terkecuali teman-teman bandnya. Kebersamaan mereka yang telah terjalin lama, membuat tiga lelaki yang menjadi rekannya sudah hafal tabiat Samudra, dan mereka memaklumi itu. Nadia bahkan tidak pernah mengobrol banyak dengannya.

"Gak ada agenda latihan kan sekarang? Gue mau jalan sama Nadia, ya?"

"Oke Daff. Tapi hati-hati jangan ke tempat rame," ucap Alvin—road manager mereka mengingatkan Daffa agar tidak menjadi ramai.

"Kalo ke tempat sepi berarti boleh, Bang?" tanya Daffa yang membuatnya mendapat pukulan dari Nadia.

"Nonton doang, Bang. Tenang aja, udah biasa kita main kucing-kucingan," sahut gadis itu.

"Gue ngingetin aja, Nad. Yaudah sana hati-hati kalian!"

"Kak Sam, lo mau nemuin temen gue nggak? Sekali aja," tanya Nadia sebelum ia berlalu.

"Tanya Alvin. Kalo boleh gue mau," sahut Samudra seadanya tanpa membuka matanya.

"Ajak kesini aja, Nad," ucap Alvin menanggapi ucapan Samudra.

"Jangan, Bang. Nanti gue dong yang ketahuan," sahut Nadia.

Keduanya berlalu setelah berpamitan lagi. Mereka pergi tentu tidak menggunakan mobil Nadia yang mencolok. Keduanya memilih meninggalkan mobil itu di sana dan kembali setelah acara menontonnya selesai.

✨✨✨

Libur semester masih berlangsung. Bulan sejak pagi tadi duduk di balkon kamarnya. Menatap ponsel dengan senyum yang tidak pudar. Entah mengapa, semenjak mengidolakan seorang Samudra, dirinya tidak pernah lagi merasa kesepian. Seperti ada orang lain yang menemaninya, padahal ia hanya menatap layar ponsel. Menonton semua video Samudra. Mulai dari beraksi bersama drumnya, menyapa para penggemar, bermain gitar, sampai Samudra berjalan pun tetap Bulan tonton.

"Ini kalo jadi pacarnya dia pasti beruntung banget," gumam Bulan membayangkan dirinya menjadi kekasih seorang Samudra.

"Halu terusss!" Entah sejak kapan, Nadia sudah duduk di sebelahnya. Bulan sama sekali tidak menyadarinya. "Lan, ngongser lagi mau nggak?" tanya gadis berambut pendek itu.

"Kalo ada The Orion mau. Tapi kalo gak ada males. Ribet ngurus izinnya," sahut Bulan yang membuat Nadia tergelak.

"Tenang aja, biar gue yang urus. Kebetulan gua abis dapet 2 tiket VIP nih. Kali ini yang beruntung bisa ketemu personel The Orion. Lo gak mau?"

Mata Bulan berbinar mendengarnya. Ia tidak butuh bertemu dengan personel yang lain. Samudra saja cukup. "Makasi Nadiaku." Bulan memeluk sahabatnya kemudian mengecup pipi Nadia lagi.

"Sekali lagi lo begini, gue gak akan mau urus izin lo lagi," ancam Nadia sambil mengusap kasar pipinya yang dicium Bulan tadi. "Jijik tahu," gerutunya.

Bulan dibuat tersenyum, memamerkan deretan gigi rapinya. Kemudian kembali menghalu. Ah senangnya sebentar lagi bertemu Samudra.

"Jangan ngayalin yang enggak-enggak lo ya!" Seolah tahu apa yang sedang Bulan lakukan, Nadia menyentil kening sahabatnya itu.

"Gue cuma ngayal ketemu dan jabat tangan dia kok."

Nadia menghela napas untuk kesekian kalinya. Andai Bulan tahu seperti apa Samudra, dan semenyabalkan apa lelaki itu, masihkah gadis itu menggilai sosok Samudra?

Menurut Nadia yang sudah beberapa kali bertemu dengan Samudra, lelaki itu tidak akan nyambung dengan sahabatnya. Bulan bisa saja berhenti mengidolakan Samudra ketika gadis itu tahu watak asli idolanya itu. Mereka sungguh bertolak belakang. Samudra itu irit bicara, sangat cuek, susah berbaur dengan orang lain. Sementara Bulan kebalikannya. Ia cerewet, stok katanya banyak, humble, mudah bergaul dengan siapa pun, dan cengeng. Nadia yakin mental Bulan tidak cukup kuat menghadapi lelaki cuek macam Samudra. Tapi demi traktiran sebulan, dan mendapatkan apa yang ia mau dari sahabatnya itu, Nadia akan usahakan pertemuan itu.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Bulan yang ternyata sudah selesai dengan khayalannya.

"Gue ngebayangin lo ketemu sama Samudra dan gue bisa morotin lo selama sebulan," sahutnya dengan senyum miringnya.

"Terlalu percaya diri. Kaya bisa aja ngewujudinnya."

Senyum Nadia makin lebar. Mempertemukan Bulan dengan Samudra? Tentu mudah baginya. Tinggal minta Daffa ajak Samudra ketika mereka bertemu. Gampang, kan?

Tapi, tunggu!

Hubungannya dengan Daffa bisa ketahuan Bulan nanti. Ah, tenang saja. Bulan kan sahabatnya. Gadis itu juga nanti pasti tahu hubungannya dengan Daffa. Untuk apa ditutupi?

✨✨✨

Thank you for reading❤️

Jangan lupa tinggalin vote dan komennya ya
See you

Cinta Pertama RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang