Jadian

630 73 17
                                    

Menanggapi pertanyaan Samudra yang di luar akal sehat membuat dada Bulan memiliki debar berkali lipat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Menanggapi pertanyaan Samudra yang di luar akal sehat membuat dada Bulan memiliki debar berkali lipat. Ia gusar bukan main. Berharap permintaan untuk menjadi pacarnya itu hanya bercanda. Rasanya lebih baik jika Bulan tetap menjadi cegil saja. Hidup dalam dunia halu. Bukan. Bukan karena ia tidak menyukai Samudra. Semuanya hanya diluar dugaan.

Sore itu, setelah kelasnya berakhir, Bulan segera menghubungi Nadia. Dia harus mendengar cerita tidak masuk akal yang Bulan alami hari itu. Nadia memintanya menunggu karena 15 menit lagi kelasnya akan berakhir. Maka disana lah Bulan sekarang, berdiri di sebelah mobil kesayangan sahabatnya itu dengan gelisah. Bulan mondar mandir sambil menghentak-hentakkan kakinya memancing perhatian para mahasiswa yang melewatinya. Mulutnya komat-kamit tidak jelas. Sesekali mengacak rambutnya. Sampai Nadia tiba dan membuatnya nyaris terjungkal karena kaget.

"Lo gak kepanasan di sini? Kan bisa nunggu di kantin?" tanya Nadia karena keheranan dengan kelakuan temannya yang menunggunya di bawah matahari sore yang masih terasa panas.

"Nad! Gue abis ditembak Samudra. Gue harus apa, Nad?" Bulan melompat ke arah Nadia dan menggoyangkan lengan sahabatnya itu. Nadia terbahak mendengarnya. Siapa saja pasti tidak akan percaya pada perempuan gila tukang halu macam Bulan. Bukankah setiap hari kerjaannya hanya berkhayal menjadi pacar seorang Samudra Alterio? Nadia rasa otak Bulan semakin hari semakin bergeser.

"Kalau sampe jam 8 malam gue gak ngasi jawaban. Artinya kita jadian. Gue harus apa, Nad?"

Tawa Nadia makin pecah. Tolong sadarkan temannya ini dari dunia halunya. Bahkan sudah hampir dua bulan lamanya mereka tidak pernah bertemu lagi. Tidak mungkin Samudra tiba-tiba mengajaknya pacaran. Segala cerita temannya itu sangat tidak masuk akal.

"Nad! Gue serius! Jangan ketawa!" Bulan kesal bukan main oleh temannya itu. Sama sekali tidak membantu. Ia malah mendapat ledekan. Bulan menghentakkan kakinya kemudian membalik badan meninggalkan Nadia yang masih terbahak di tempatnya.

"Eh, Lan! Bulan! Kok malah marah?"

Bulan membanting kasar pintu mobilnya setelah ia memasuki kendaran tersebut. Hatinya masih gundah. Tangannya meraih ponsel di dalam tas kemudian kembali membuka room chat-nya dengan Samudra.

Sebenarnya aku gak suka penolakan
Tapi aku akan tetap nunggu jawaban
Kalo sampe jam 8 kamu belum jawab, kita jadian

Bulan mendengus membaca pesan tersebut. Mana bisa semudah itu? Bulan memang sering berkhayal menjadi pacar Samuda, tapi bukan begini. Ia tidak suka dengan perasaan aneh di hatinya. Tidak suka dengan degup jantung yang nyaris membuat gila ketika Samudra di dekatnya.

"Apa?" tanya Bulan ketus setelah membuka kaca mobil karena Nadia mengetuknya. Sahabatnya itu menangkupkan tangan di depan dada sembari memamerkan gigi gingsulnya. Ia memberi isyarat agar Bulan memperbolehkannya masuk dan berlari memutari kendaraan itu ketika mendapat anggukan dari Bulan.

"Maaf ya. Gue masih gak nyangka. Terus gimana?" ucap Nadia sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada sekali lagi.

"Baca sendiri biar percaya. Tadi dia ngajak gue makan siang, terus tiba-tiba ngajakin pacaran. Aneh banget. Gak pernah ketemu dan komunikasi selama dua bulan, tiba-tiba ngajakin pacaran. Gue harus apa?"

Nadia membulatkan mata ketika membaca pesan dari Samudra itu. Sungguh diluar dugaan. Lelaki itu menyukai Bulan? Benarkah? Maksudnya, apakah lelaki pendiam dan kaku macam Samudra bisa menyukai seorang gadis yang bahkan baru ditemuinya kurang dari lima kali?

"Lo gak nanya kenapa dia tiba-tiba ngajak pacaran?"

Bulan menggeleng lemas. Bagaimana bisa bertanya disaat lidahnya saja mendadak kelu mendengar ajakan pacaran itu.

"Mending tanya sekarang! Daripada chat-nya lo baca doang."

"Malu," sahut Bulan sembari menutup wajahnya.

"Yaudah diemin aja. Jangan jawab apa-apa. Berarti jam 8 nanti lo resmi jadi pacar seorang Samudra Alterio. Cowok yang selama ini lo idam-idamkan. Selamat Bulan!"

"Nad!"

"Loh, kenapa? Gue ikut seneng, your dream come true," sahut Nadia memberi senyum termanis untuk Bulan yang sedang cemberut.

"Yaudah gue balik. Lo hati-hati pulangnya. Jangan nyetir sambil ngelamun nanti nabrak!" Nadia bergerak meninggalkan Bulan yang masih gusar. Ia bingung harus mengambil keputusan apa. Menolak Samudra? Bagaimana bisa melewatkan kesempatan bagus dalam hidupnya. Namun menerima lelaki itu juga tidak baik untuk kelangsungan hidupnya.

Bulan lebay!

Drummer Orion

Kak kamu sibuk nggak?
Bisa ketemu? Ada yang mau aku tanyain

Tidak ada jawaban sama sekali. Samudra tidak membalas pesannya. Membacanya saja tidak. Baiklah mungkin lelaki itu memang sibuk. Bulan mendengus dan menyalakan mobilnya. Sepertinya ia harus mulai mempersiapkan jantungnya.

Drummer Orion

Nanya apa?
Tadi ada workshop
Kalo mau ketemu ke basecamp aja

Balasan pesannya baru ia terima ketika Bulan tiba di rumah. Ia mendengus, tidak mungkin keluar rumah lagi saat itu karena Bunda sudah di rumah dan pasti akan ada banyak pertanyaan nantinya. Dan Bulan malas menjelaskan atau mencari alasan agar Bunda mengizinkannya. Apalagi kemungkinan akan jadi ribet kalau Bunda menceritakannya pada Ayah juga Noah.

Gak bisa kak, Bunda udah di rumah
Aku malas ditanya macem-macem
Aku cuma mau nanya kenapa kamu tiba-tiba ngajak aku pacaran?

Apakah kalian pikir Bulan mendapat jawaban atas pertanyaan itu? Tidak. Bulan hanya bolak-balik memeriksa ponselnya menanti balasan dari Samudra membuatnya menarik napas berat berkali-kali. Bagaimana bisa Bulan menentukan keputusan kalau ia tidak mendapat jawaban atas pertanyaan yang menurutnya harus mendapat jawaban itu? Bulan berguling di atas tempat tidur, menatap lurus ke langit-langit kamarnya. Menjadi pacar seorang Samudra Alterio, bukankah ia selalu berkata bahwa Samudra adalah pacarnya dan hanya gadis beruntung yang bisa memacari lelaki itu? Berarti sebentar lagi Bulan akan menjadi gadis beruntung itu, kan? Namun ada hal lain yang membuatnya gusar. Sebuah validasi.

Bulan mendengus lagi. Ia butuh alasan. Setidaknya mendengar kata suka atau cinta dari lelaki itu. Bulan membutuhkannya. Ia butuh validasi untuk memuaskan hatinya namun Samudra tidak kunjung membalas pesannya.

Pukul 19.49. Bulan menatap nanar room chat yang belum mendapat balasan dari seorang Samudra. Sesibuk itukah lelaki itu? Sudah hampir empat jam ia menanti balasan pesan itu dengan perasaan gundah. Dan tersisa 10 menit namun Bulan belum memiliki keputusan final. Ia bisa saja menolak Samudra dan cukup menjadi cegil-nya saja, namun hatinya merasa kurang puas. Namun menerima Samudra begitu saja juga tidak membuat hatinya puas. Sekali lagi ia butuh validasi. Membutuhkan pernyataan cinta dari seorang lelaki sebelum mereka memulai hubungan.

Drummer Orion

Mulai hari ini kita jadian.

✨✨✨

Thank you for reading
Jangan lupa tinggalin vote dan komennya ya

See you

Cinta Pertama RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang