Beraksi dari panggung ke panggung berasama The Orion, band yang dibentuknya beberapa tahun lalu dan kini sedang naik daun ternyata tidak bisa membuat seorang Samudra Alterio berhenti kesepian. Hidupnya masih terasa kosong meski ada ribuan penggemar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Motor yang Samudra kendarai melaju memecah padatnya jalanan Ibu Kota. Di belakangnya, seorang gadis duduk dengan helm berwarna putih yang Samudra berikan. Terus berbicara mengomentari apa saja yang dilihatnya. Ocehan gadis itu menciptakan suatu perbedaan dalam hidup Samudra. Ia yang biasanya berkendara dalam kesunyian, kini harus mendengar gadis berisik di belakangnya.
"Jangan dibaca karena gak penting! Yahhh, udah terlanjut dibaca," keluh Bulan setelah ia membaca tulisan di sebuah dinding di pinggir jalan.
Samudra terkekeh mendengarnya. Lelaki itu sama sekali tidak menimpali ocehan Bulan. Ia hanya tertawa kecil atau bergumam tidak jelas untuk menanggapinya. Dan Bulan tidak perduli. Ia terus saja berbicara.
"Kak, Kak, lihat deh!" Bulan menepuk pelan pundah Samudra kemudian menujukkan seorang lelaki duduk di pinggir jalan dengan kostum badutnya untuk menanti lampu lalu lintas berubah warna. Lelaki itu tampak lelah meski wajahnya penuh dengan riasan. Bulan dapat melihat dengan jelas gurat kelelahan di wajah lelaki itu.
"Kasihan ya Kak, abangnya kelihatan capek banget," ucap Bulan.
"Dia kan lagi kerja," sahut Samudra setelah mengikuti arah telunjuk Bulan.
"Iya tapi kasihan. Dia kerja di tengah terik matahari, pake kostum yang pasti panas. Dia duduk di sana pasti lagi kecapean, deh."
Satu fakta yang Samudra baru ketahui tentang Bulan. Gadis itu mudah sekali kasihan.
Motor itu berhenti di sebuah cafe dengan nuansa hijau yang terasa asri. Itu pilihan Bulan yang beberapa hari lalu tidak sengaja menemukannya bersama Anna dan Marsha ketika mereka menyelesaikan tugas kelompok. Sebuah cafe langka di pusat kota karena dipenuhi oleh tumbuhan hijau dan pohon-pohon rindang.
"Selain tempatnya sejuk, makanannya juga enak," ucap Bulan ketika mereka memasuki tempat tersebut dan memilih duduk di salah satu sudut yang dipenuhi oleh tumbuhan hijau. Terasa nyaman.
Samudra tidak menanggapi. Ia sibuk membolak-balik menu di tangannya. Kemudian memilih makanan untuknya dan bertanya apa yang Bulan inginkan. Tatapan tajam Samudra ketika bertanya dan memperhatikan Bulan berpikir membuat dada gadis itu berdetak tidak normal. Ia nyaris kehilangan fokusnya untuk memilih menu makanan yang akan dipesannya.
"Kak jangan lihatin aku!" keluh Bulan membuat pelayan lelaki yang menanti mereka terkekeh. Wajah Bulan sudah merah padam akibat tatapan tajam Samudra.
Bulan akhirnya memutuskan untuk memesan cheese burger dengan sedikit perasaan bersalah karena Bunda selalu melarang memakan makanan tersebut. Sementara Samudra memesan makanan yang pertama kali dilihatnya di menu. Ayam bakar. Bulan memilih air mineral sebagai minumannya dan Samudra meminta disajikan segelas kopi hitam.
"Kamu dimarahin kemarin karena aku ke rumah?" tanya Samudra sembari menanti pesanan mereka.
Bulan menggeleng. "Aman karena Ayah gak tahu." Gadis itu menarik selembar tisu kemudian memainkannya.