Bintang Penyabar

541 75 9
                                    

"Al!" Samudra menghentikan langkahnya ketika mendengar seruan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Al!" Samudra menghentikan langkahnya ketika mendengar seruan itu. Ia mengenal suaranya. Suara yang selalu ingin ia hindari sejak kepergian Laura. "Papa mau bicara." Samudra membalik tubuhnya. Matanya bertemu dengan mata pria itu. Papanya.

"Kamu bisa duduk sebenatar?"

Samudra tidak menjawab. Ia mendudukkan dirinya berhadapan dengan Papa. Netranya menangkap seorang wanita muda di sebelah Papa. Usianya sekitar tiga puluh tahunan namun terlihat sangat terawat. Samudra mengenal orang itu. Dulu ia dan Laura mencurigai wanita itu memiliki hubungan spesial dengan Papa. Dia Dama, seorang Manager di perusahaan tempat Papa bekerja. Keduanya memiliki kedekatan yang dirasa janggal oleh Laura dan Samudra kala itu. Dama menatap Samudra dengan senyum ramah yang mengambang di wajahnya namun Samudra sama sekali tidak menunjukkan sikap ramah.

"Kamu apa kabar, Al? Gak ada keinginan buat pulang?"

Samudra tidak menjawab. Ia memasang wajah datar seolah tidak tertarik dengan pertemuan tersebut.

"Kenapa gak jawab Papa?"

"Saya gak punya rumah," sahut Samudra singkat.

"Al, Papa ke sini karena mau lihat keadaan kamu. Kata Alvin kamu sempat sakit."

"Kalau nggak ada hal penting yang mau dibicarain, saya permisi masih ada urusan." Samudra hendak bangkit dari tempat duduknya namun tangan Papa menahannya.

"Papa juga mau kenalin kamu sama Tante Dama."

"Papa udah nikah sama dia?" tanya Samudra tanpa menoleh pada wanita di sebelah Papanya.

Pria itu mengangguk. "Papa sudah menikah siri dengan Tante Dama dan Papa rasa kamu perlu tahu."

Samudra berdecih di dalam hati. Untuk apa ia tahu? Agar Samudra lebih hancur? Agar dia tahu sehancur apa keluarganya? Lelaki itu bangkit tanpa menoleh lagi. Pergi tanpa permisi bahkan tidak ada sepatah kata pun yang keluar ketika mendengar fakta dari ayahnya itu. Hatinya bukan hal penting untuk orang tuanya.

Makam Laura menjadi tujuan Samudra sore itu. Ia kembali merasa patah hati oleh keadaan. Tadi siang selepas melakukan latihan band di studio milik label yang menaungi The Orion, Samudra memiliki janji makan siang bersama Bulan. Namun sialnya ia bertemu dengan Papa dan membuatnya terpaksa berbicara dengan pria itu. Samudra bahkan melupakan janji temunya dengan Bulan. Mengabaikan panggilan dan segala pesan yang ia terima.

Siang itu, di lounge yang terdapat di lantai dasar studio, Malik—papa Samudra menghampirinya yang nampaknya memang sengaja menunggu lelaki itu. Selama ini Samudra selalu berusaha menghindar. Sebisa mungkin menghindari pembicaraan dengan orang tuanya. Lebih tepatnya sejak kepergian Laura.

"Kak, apa kabar? Lo tahu, gue ketemu Papa hari ini. Dan dia patahin hati gue lagi." Setetes air mata tumpah dari pelupuk matanya. Hanya di tempat itu Samudra merasa bebas mengekspresikan dirinya. Hanya bersama Laura ia merasa bisa meluapkan segala kesedihannya.

Cinta Pertama RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang