Raja Rimba Kembali

511 81 15
                                    

Dada Bulan berdebar dengan napas yang terengah-engah ketika dirinya harus pergi diam-diam dari kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dada Bulan berdebar dengan napas yang terengah-engah ketika dirinya harus pergi diam-diam dari kampus. Kendaraan online yang dipesannya sudah menanti di seberang jalan saat Bulan memegangi dadanya dan mengatur napas. Di dalam sana ada Pak Rudi yang beberapa hari belakangan mulai mengantar dan mengawasi pergerakan Bulan. Untung saja ketika kelas pagi itu mendadak dibatalkan karena dosen yang mengajar terkena demam berdarah dan belum ada dosen pengganti. Bulan dapat memanfaatkan kesempatan untuk kabur. Setidaknya untuk beberapa saat ke depan.

"Pak agak ngebut aja gak apa-apa. Saya lagi buru-buru soalnya," ucap Bulan ketika kendaraan online yang dipesannya sudah bergerak menjauh.

Bulan merasa bersalah dan takut kalau aksinya pagi itu ketahuan Ayah atau Pak Budi tiba-tiba tidak menemukannya di kampus. Namun itu merasa tetap harus pergi. Ada hal yang harus ia selesaikan yang menghantuinya selama beberapa hari belakangan.

Hubungannya dengan Samudra.

Rumah itu menjadi tujuannya. Seperti biasa terlihat sepi. Namun kata Alvin, The Orion tidak memiliki jadwal apa pun hari itu jadi Samudra pasti di rumah. Lelaki itu tidak biasa bangun pagi. Dan benar saja ketika Bulan tiba, tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Bulan harus menunggu cukup lama agar pemilik rumah membukakannya pintu.

"Bulan?"

Suara serak, rambut berantakan, pakaian kusut dengan celana pendek yang memamerkan kaki hingga pahanya. Wajah khas bangun tidur itu menyambut Bulan, membuat dirinya tersenyum. Betapa beruntungnya melihat wajah polos Samudra yang masih setia dengan ketampanannya meski belum mencuci muka sama sekali.

"Boleh masuk?" tanya Bulan yang membuat Samudra seketika tersadar dari lamunannya.

"Kamu kenapa ke sini? Gak kuliah? Nanti kalau orang tua kamu tahu?"

Bulan menghentikan langkahnya kemudian membalik badan menatap Samudra di belakangnya. "Tumben nyerocos," komentarnya setelah mendengar banyak pertanyaan dari Samudra.

"Jawab!" serunya.

"Pertama karena aku kangen pacarku, gak boleh?"

Samudra menyunggingkan senyum tipis andalannya.

"Kedua, kelas mendadak dibatalin jadi aku kabur ke sini. Ketiga, biar orang tuaku jadi urusanku."

"Aku gak mau kamu dimarahin, Lan." Samudra melangkahkan kakinya ke dapur dan membuka lemari pendingin. Sebuah minuman soda berhasil di raihnya membuat Bulan berdecak ketika melihatnya mendekat sambil menempelkan kaleng soda tersebut ke mulutnya untuk menenggak isinya.

Bulan menyambarnya tepat saat Samudra hendak duduk di sebelahnya. Gadis itu menyingkirkan kaleng berwarna merah dari tangan Samudra kemudian bangkit. Melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Ini lebih bagus," ucapnya sembari menyodorkan gelas di tangannya di depan wajah Samudra. "Kamu suka banget minuman bersoda ya? Aku lihat-lihat di kulkas kamu isinya itu semua. Gak bagus loh Kak kebanyakan minum sosa, itu banyak gulanya. Lagian kalau suka yang bersoda kan masih ada sparkling water lebih sehat."

Cinta Pertama RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang