Biang Keladi

552 73 24
                                    

Noah menundukkan kepalanya dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Noah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Bersimpuh di sebelah makam Laura dengan rasa bersalah di dadanya. Ia terlalu emosi sehingga tidak bisa menahan diri untuk tidak menghajar Samudra.

"Ra, maafin gue. Gue kelepasan karena terlalu emosi. Maafin gue udah mukulin adik lo, Ra. Dia brengsek. Dia nyakitin adik gue," gumam Noah sembari menaburkan bunga di makan Laura.

Seandainya Laura masih ada, Noah pasti akan memintanya memarahi Samudra. Seandainya Laura ada di sana, kemungkinan mereka juga akan bertengkar karena tidak rela Samudra dihajar oleh Noah. Noah termenung. Terlalu banyak seandainya dalam kepalanya.

"Bang." Noah mendongakkan kepala ketika melihat seorang berdiri di sebelahnya. Lelaki itu kemudian berdecak karena masih enggan melihat wajah Samudra.

"Gue gak mau hajar lo di depan Laura, jadi bisa biarin gue di sini dulu sebentar? Lo bisa pergi dulu?"

Alih-alih meninggalkan tempat itu, Samudra ikut berjongkok dan mengelus batu nisan kakaknya. "Hai Kak. Gue capek. Kenapa lo gak bawa gue sama lo juga?"

"Kenapa Bulan bisa suka sama laki-laki lemah macam lo, sih Sam?"

Samudra menoleh. "Bang, dunia ini gak adil buat gue!"

"Kapan sih lo akan sadar?" Noah memutar bola matanya kesal. "Buka mata lo! Ada begitu banyak orang yang pengen lihat lo bahagia. Bulan bahkan selalu memperjuangkan kebagiaan lo meski lo sama sekali gak perduliin dia!"

Mendengar nama Bulan disebut, Samudra kembali merasakan sesak di dadanya. Ia tahu dirinya salah, tapi Samudra benar-benar tidak mau kehilangan gadis itu. Ia benar-benar telah jatuh hati pada Bulan. Meski awalnya ia memang memacari Bulan karena wajahnya yang begitu mirip dengan wanita dari masa lalunya, tapi akhirnya ia sadar kalau Bulan itu bukan mawar dan mereka berbeda.

"Bang, gue bisa jelasin semuanya ke lo? Bulan gak ngizinin gue buat jelasin semuanya. Dan gue berharap lo mau dengerin penjelasan gue."

Noah bangkit dan melangkah menjauhi makan Laura. Mencari tempat duduk di pinggir pemakaman mewah tersebut dan memberi Samudra kesempatan untuk menjelaskan. Mendengarkan lelaki itu bercerita bukan berarti akan merelakan Bulan kembali padanya.

"Gue mau minta maaf sedalam-dalamnya ke Bulan. Gue tahu gue salah besar. Gak seharusnya gue mempermainkan perasaannya. Gue awalnya emang ngedeketin Bulan karena dia mirip sama Mawar, mantan gue, Bang. Tapi semakin lama gue semakin sadar kalau mereka orang yang berbeda. Gue beneran sayang sama Bulan, Bang."

"Lo sayang sama adik gue karena bayang-bayang masa lalu?"

Samudra menggeleng mantap. "Enggak, Bang. Gue jatuh cinta beneran sama Bulan. Dia orang yang bisa bikin gue ketawa, bisa bikin hari-hari gue terasa gak sepi lagi. Saat itu Bulan ngejak gue ketemu anak-anak pengidap kanker yang ngebuat gua sadar kalau Bulan itu bukan Mawar. Mereka terlalu jauh berbeda. Dan Bulan gak akan bisa jadi Mawar. Dari sana gue mulai melihat kalau Bulan ya Bulan, buka orang lain. Dia gak susah buat gue jatuh hati. Perempuan unik yang suka ngomentarin apa aja yang dia lihat. Yang gampang kasihan sama orang, terlalu tulus sampai lupa mikirin dirinya sendiri. Gue bener-bener sayang sama dia, Bang."

Cinta Pertama RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang