Seminggu berlalu sejak kepergian Mama. Tidak pernah ada hari cerah dalam hidup Samudra. Langit mendung ditemani gerimis menghiasi bumi sepanjang hari seolah ikut merasakan duka Samudra. Lelaki itu merenung. Duduk di balkon kamarnya sembari menatap langit kelabu. Bagaimana caranya menyampaikan rindu itu pada Mama? Apakah Mama juga merindukannya?
Selama satu minggu pula, Bulan berusaha untuk terus bersama Samudra. Ia tidak ingin lelaki itu merasa sendiri. Tidak mau dia merasa dirinya ditinggalkan lagi. Bulan ingin Samudra tahu, lelaki itu masih memiliki cinta yang besar dari Bulan dan orang-orang disekelilingnya.
Sebuah ketukan membuat Samudra tersadar dari lamunannya. Ia melangkah membuka pintu kamar dan tersenyum menatap Bulan yang datang bersama nampan berisi semangkuk sup dan sepiring nasi putih di sebelahnya. Makanan yang Bulan bawa menguluarkan kepulan asap yang berarti makanan tersebut masih panas. Sudut bibir Bulan ikut terangkat melihat senyuman hangat lelaki itu. Kini dengan penuh semangat ia menyerahkan nampan yang dibawanya pada Samudra.
"Ayo makan, itu aku yang masak. Sup ayam anget-anget di cuaca mendung gini. Cocok kan?"
"Kamu yang masak?" Samudra tampak antusias dengan makanan di tangannya. "Kenapa dibawa ke sini? Kan bisa panggil aku kita makan di bawah."
"Gak mau. Dibawah rame. Aku mau kamu orang pertama yang nyucipin masakanku. Kalau gak enak aku malunya ke kamu doang."
"Yaudah, ayo makan bareng. Di balkon mau gak?"
Bulan mengangguk kemudian menyusul langkah Samudra. Lelaki itu meletakkan nampan yang ia bawa di atas kecil di balkon kamarnya kemudian mengambil sebuah kursi dari dalam kamar untuk diduduki Bulan karena hanya ada satu kursi di balkonnya.
"Kamu ngerokok terus ya?" protes Bulan ketika melihat asbak di bawah meja penuh dengan puntung rokok. "Apa dengan ngerokok bisa bikin kamu ngerasa tenang, Kak?" sambungnya.
Samudra menggeleng. "Aku mau nyicipin masakan kamu. Kayanya enak."
"Ah iya. Ayo makan nanti keburu dingin jadi gak enak."
Berhasil. Samudra berhasil mengalihkan perhatian Bulan dari rokok. Kalau tidak pasti akan makin banyak pertanyaan gadis itu. Dan Samudra pasti kebingungan menanggapinya. Samudra menyuapkan sup ayam yang Bulan buatkan untuknya. Ia terdiam. Rasa jahe dalam sup tersebut seperti menyengat tenggorokannya. Samudra nyaris terbatuk namun lelaki itu menahannya dan memilih untuk mengangkat sudut bibirnya. Mata Bulan berbinar melihatnya. Senyuman Samudra menandakan lelaki itu menyukai masakannya.
"Enak," dusta Samudra sembari menyuapkan wortel ke mulutnya. Rasa jahe masih mendominasi wortel tersebut.
"Beneran? Masakanku gak malu-maluin?" tanya Bulan penuh semangat.
Samudra menggeleng. "Aku tebak pasti ini pertama kalinya kamu masak."
"Gak enak, ya?"
"Enak. Aku suka meski tenggorokanku rasanya ditonjok," sahut Samudra yang lagi-lagi menahan ringisannya saat masakan Bulan masuk ke dalam mulutnya.
Bulan menatap lelaki di sebelahnya dengan tatapan bertanya. Apa maksudnya? Dengan cepat, ia merebut sendok di tangan Samudra dan menyeruput kuah sup yang masih hangat tersebut. Bulan terbatuk ketika rasa pedas menyapa lidahnya. Rasanya benar-benar tidak enak. Seperti sedang meminum jus jahe yang diberi tambahan ayam dan sayuran. Bagaimana bisa Samudra tahan memakannya. Pantas saja lelaki itu menyebut tenggorokannya terasa ditonjok. Bulan malu bukan main. Mengapa tidak ia cicipi dulu masakannya sebelum ia berikan pada Samudra?
"Mukanya jangan cemberut gitu, dong. Sini sendoknya biar aku lanjut makan."
Bulan menggeleng. Ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Namun, gadis itu tetap menangis. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Padahal ia sudah mengikuti semua arahan dari video yang ditontonnya dari internet. Namun, tetap saja gagal. Samudra mengelus puncak kepala Bulan ketika melihat gadis itu menangis. "Bul, kamu gak perlu berkecil hati. Kamu udah nyoba buat masakin aku aja, aku udah seneng banget. Lagian kata siapa gak enak. Ini enak, loh. Apalagi makannya pas mendung-mendung gini. Kamu jangan nangis, dong!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertama Rembulan
Fiksi UmumBeraksi dari panggung ke panggung berasama The Orion, band yang dibentuknya beberapa tahun lalu dan kini sedang naik daun ternyata tidak bisa membuat seorang Samudra Alterio berhenti kesepian. Hidupnya masih terasa kosong meski ada ribuan penggemar...