Beraksi dari panggung ke panggung berasama The Orion, band yang dibentuknya beberapa tahun lalu dan kini sedang naik daun ternyata tidak bisa membuat seorang Samudra Alterio berhenti kesepian. Hidupnya masih terasa kosong meski ada ribuan penggemar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bulan adalah gadis beruntung yang memiliki teman seperti Nadia. Sahabatnya itu selalu bisa membatunya sejak awal. Bukan hanya perkara izin dari orang tuanya saja, Nadia selalu bisa diandalkan dalam banyak hal. Selalu bersedia membantunya memecahkan segala kesulitannya. Juga berkat Nadia, Bulan bisa berada di sana sekarang. Bergabung dengan para personel The Orion yang biasa disebutnya perkumpulan lelaki narsis yang kebetulan jago bermusik itu. Hari itu Nadia mengajaknya untuk datang ke basecamp The Orion yang ternyata adalah tempat tinggal Samudra. Bayangkan saja betapa beruntung dirinya duduk di ruang tamu rumah milik idolanya. Menyaksikan Samudra yang tengah duduk di atas karpet, menyandarkan tubuhnya di sofa dengan mata yang terpejam. Sementara Bulan duduk manis di atas sofa yang menjadi sandaran kepala Samudra.
Berada sedekat itu dengan idolanya.
Tidak hanya Samudra, tempat itu juga dihuni oleh Kenzo dan Aidan. Dua lelaki tampan itu sedang sibuk dengan game online yang dimainkannya. Mulutnya tidak berhenti berkomentar yang sesekali berisi umpatan. Daffa juga ada di sana, namun lelaki itu sibuk mengobrol dengan Nadia di halaman belakang yang tidak terlalu luas. Terdapat dua kurdi rotan di sana. Cocok sekali untuk pacaran, bukan?
Aidan meletakkan ponselnya kemudian bangkit dari tempat duduknya yang semula di lantai kemudian memilih mendekati Bulan dan duduk di sebelah gadis itu. Senyumnya begitu manis. Manusia sejenis Aidan yang bisa disebut buaya darat itu tentu tidak akan tinggal diam melihat perempuan sendirian. Apalagi perempuan sejenis Bulan. Rambut hitam lurus dengan kulit yang super bersih. Bulan meliki tubuh ideal yang menjadi dambaan. Wajahnya mulus dengan mata yang selalu terlihat berbinar. Bulan sangat suka merawat diri. Gadis itu pasti akan panik jika ada satu jerawat saja yang tumbuh di wajahnya. Bertolak belakang dengan Nadia yang cuek.
"Kamu yang waktu itu, kan?" tanya Aidan. Bulan mengangguk. "Anak mana?" Aidan bertanya dengan antusias. Lelaki semacam Aidan ini tidak mungkin tidak tertarik dengan sosok Bulan.
"Seruni." Bukan Bulan yang menyahut. Itu Samudra. Lelaki itu masih menutup matanya namun menjawab pertanyaan Aidan.
"Gue nanya Bulan."
"Dia anak Seruni." Sekali lagi Samudra menjawab. Ia menyebut nama kawasan tempat tinggal Bulan. Sebenarnya itu adalah nama sebuah komplek perumahan mewah di kawasan Jakarta Selatan. Grand Seruni Residence tepatnya.
"Orang kaya dong?" Kenzo meletakkan ponselnya dan ikut bergabung dalam obrolan itu. "Seruni itu kan tempatnya para sultan," imbuhnya.
"By the way Sam, kok lo tahu?" tanya Aidan yang sudah menatap Samudra penasaran.
"Kamu kenapa ke sini gak bilang-bilang?" Samudra tidak menjawab pertanyaan temannya. ia mengangkat kepalanya yang semula menyandar lalu menoleh ke arah Bulan.
Sekali lagi Bulan dibuat sesak napas.
"Kenapa bengong?" Samudra bertanya lagi membuat Bulan gelagapan. "Eh... itu... maaf Kak tadi... diajak Nadia."
"Kamu sengefans itu sama Sam ya, Bulan?" tanya Kenzo saat menyadari Bulan gelagapan.
Gadis itu tidak menjawab. Ia sibuk menetralkan detak jantungnya. Ayolah Bulan, kemana Bulan yang berisik itu? Biasanya seorang Bulan mudah sekali akrab dengan orang baru. Ia memiliki rasa percaya diri yang baik, namun kenapa saat berhadapan dengan Samudra, Bulan malah menjelma menjadi sosok yang berbeda?
"Dia itu orangnya kaku kaya kanebo kering Bulan. Mending kamu sama aku aja. Dijamin gak akan nyesel," ucap Aidan yang sekali lagi melancarkan aksinya. "Ngomong-ngomong suara kamu bagus aku sampe speechless dengerin kamu nyanyi malam itu. Kamu les vocal, ya?"
"Enggak Kak, kebetulan dari kecil emang suka nyanyi aja," sahut Bulan canggung.
"Boleh nih kalau misalnya kita butuh vocalis cewek. Gimana komandan?" tanya Aidan pada Samudra yang selama ini memang yang menjadi otak dalam grup band tersebut.
"Waduh kalau itu susah, Kak. Ada Raja Rimba di rumah. Belum lagi orang tuanya."
"Raja Rimba?" Kenzo memutar tubuhnya kini menghadap Bulan yang duduk di sofa sementara ia dan Samudra lesehan di atas karpet. Samudra kembali pada posisi menyandar dan menutup matanya.
"Aku suka panggil Abangku gitu soalnya dia galak dan super posesif. Ayah Bundaku juga gak kalah posesif," sahut Bulan. Entah mengapa cerita Bulan yang biasa saja itu dapat menarik perhatian dua lelaki di itu.
"Raja Rimba galak gimana?" tanya Aidan yang ikut menyebut raja rimba.
"Sebenarnya itu julukan diam-diam buat Bang Noah. Dia itu mungkin terlalu sayang sama aku sampai ngelarang ini itu. Dia meskipun jauh masih sibuk ngurusin hidup aku. Kadang kompakan sama Ayah. Ya gitu deh jadi anak paling cantik di rumah."
"Pantesan aja panik waktu aku ajak naik panggung."
Bulan mengangguk. "Aku takut kalau Raja Rimba dan orang tuanya...."
"Orang tua kamu juga dong, Lan," sela Kenzo.
Bulan cekikikan dibuatnya. "Iya maksudnya gitu. Kalau mereka lihat aku diatas panggung sama empat cowok apa gak gila mereka? Itu aja kalau bukan karena Nadia aku gak mungkin dibolehin nonton konser."
"Bulan, kamu yang diceritain Nadia kecantol sama Sam dari live aku gak sih?" tanya Kenzo yang teringat cerita dari Nadia tempo hari.
"Cerita apa aja si Pengendali Petir itu?"
Aidan dan Kenzo dibuat terbahak dengan istilah yang Bulan sebut untuk temannya, sementara Samudra tersenyum tipis mendengarnya. Senyum tipis yang membuat Bulan salah fokus.
"Dia cerita katanya kamu awalnya gak begitu tertarik sama band kita. Kamu penikmat musiknya tapi personelnya kamu kata-katain," sahut Kenzo.
Bulan merutuki dirinya. Nadia benar-benar membuatnya malu pada ketiga lelaki itu. "Mereka hanya kumpulan laki-laki narsis yang kebetulan jago bermusik," ucap Bulan membuat Samudra mengangkat kepala dan menoleh padanya. "Ya begitu kira-kira komentarku dulu, Kak. Maaf ya." Bulan menganggaruk tengkuknya sembari memamerkan deretan gigi rapinya.
Ketiga lelaki di hadapannya itu tidak marah sama sekali. Kenzo bahkan terbahak mendengarnya. "Ada-ada aja kamu, Lan. Tapi dia anaknya asyik ya? Langsung cair gitu sama kita," komentarnya.
"Bulan ayo pulang! Gue dichat Bang Noah katanya kenapa handphone lo gak aktif?" Nadia menginterupsi mereka.
"Raja Rimba?" tanya Kenzo dengan nada meledek. Bulan menjawab dengan anggukan tipis.
"Bodoh! Gak tau aja gue blokir, abisnya dia berisik. Perkara mobil aja ribet banget," gerutu Bulan yang kemudian mengangkat tubuhnya dan menyusul Nadia. "Aku balik dulu ya kakak-kakak. See you," pamit Bulan.
"Sering-sering main ke sini ya, Lan," sahut Aidan yang kemudian melambaikan tangannya.
"Asyik juga ya dia? Gimana Sam?" tanya Kenzo.
"Cocok sama gue," sahut Aidan.
"Buaya!" gumam Samudra kemudian mengangkat tubuhnya dan berbaring di atas sofa. Mendorong tubuh Aidan agar kembali duduk di lantai bersama kenzo.
✨✨✨
Part ini sebenarnya gak jelas banget tapi gapapa aku up aja hehe
Terima kasih udah baca dan ngasi feedback untuk cerita ini,