Ch. 33 - Primadona

22 3 0
                                    

Cause, baby, now we've
got bad blood
You know it used to be
mad love (Uh)
So take a look what you've done (Uh)
Cause, baby, now we've got bad blood (Uh) hey! (Hey!)

Bad Blood-Taylow Swift ft Kendrik Lamar





Sedari tadi Numi terus diam. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Sementara semua teman sekelasnya sibuk memperbincangkan berita hangat tentang Meta. Sampai bel pulang berbunyi, semua murid di SMA Negeri Bunga Bangsa masih terus memperbincangkannya.

Numi keluar dari gerbang dengan mengendari motor scoope berwarna merah mudanya. Raut wajahnya datar tidak seperti biasa. Biasanya saat bersama Meta, Numi selalu heboh dan berisik.

Numi mengerem mendadak saat tiba-tiba ada motor yang menyalipnya. Dia Meta yang berboncengan dengan Ezra.

Meta turun dari motornya dan menatap kecewa Numi. "Salah gue apa?" tuntut Meta tiba-tiba.

"Minggir!" seru Numi.

"Salah gue apa sama lo, Numi?!" teriak Meta.

"Kita bisa bicarain baik-baik kalo gue ada salah, 'kan? Nggak gini caranya, Mi. Jahat lo sama gue," lirih Meta.

Jantung Numi berdegup kencang. Jadi Meta sudah mengetahui bahwa ia yang menyebarkan berita itu? Orang itu menipunya. Katanya Numi tidak akan ketahuan karena second account itu dibuat secara khusus.

Numi turun dari motornya. Mungkin ini waktu terbaik untuknya mengaku. "Gue suka sama Kak Ezra," ungkapnya.

"Apa?" Meta mengerutkan keningnya.

"Gue cemburu liat lo berduaan mulu sama Kak Ezra!"

"Jadi gara-gara satu cowok lo tega nyebar berita tentang masa lalu gue yang gue tebak, lo pasti nggak tahu kebenarannya." Numi tersentak. Ia menelan salivanya susah payah.

"Itu berita bohong, Mi. Masa lalu yang gue rahasian sedemikian rupa, dengan gampangnya lo sebar hanya karena satu cowok. Hanya karena perasaan cinta monyet lo."

"Kalo lo bilang sama gue, gue bakal jauhin Kak Ezra buat lo, Mi! Lo kacauin semuanya. Lo-"

Bohong jika Meta tidak merasa sakit hati akan tindakan Numi. Dadanya sesak membuat ucapannya terhenti. Tidak, untuk kali ini ia tidak boleh terlihat lemah. Meta tidak boleh menangis.

"Bajingan lo, Mi," berang Meta menatap tajam Numi.

Meta tersenyum getir. "Jadi ini definisi sahabat adalah maut."

Kanvas RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang