If the world was ending
I'd wanna be next to you
If the party was over
And our time on earth was through
I'd wanna hold you
Just for a whileDie With A Smile—Bruno Mars & Lady Gaga
•
•
•
"Aku sama Farel lagi berusaha cari bukti itu, Ta. Kamu tunggu sebentar, ya!"Suara dari balik telepon itu membuat Meta terkekeh pelan. Fanny kini sudah mulai mengembalikan kepercayaannya lagi dengan berusaha mencari bukti bahwa Ganendra telah melakukan pelecahan terhadap anak di bawah umur. Tidak hanya minta maaf, Fanny juga fokus untuk mengusut tuntas permasalahan masa lalu Meta. Padahal Meta sudah tidak apa-apa, tetapi kata Fanny setidaknya Ganendra mendapatkan hak yang pantas untuknya.
"Padahal nggak papa lho, Kak, aku kan udah—"
"Nggak! Kamu belum baik-baik aja sebelum si tua bangka itu terima karmanya! Pasti bukan kamu doang yang jadi korban!" Terdengar dengusan kecil dari Fanny.
"Oh, iya, di sini juga ada Numi. Dia ikutan bantu. Katanya dia mau minta maaf sama kamu, tapi malu. Jadi dia bertekad buat cari bukti si Ganendra, baru minta maaf ke kamu," jelas Fanny sembari berbisik.
Meta diam sejenak. Sejujurnya, ia sudah kepalang kecewa dengan Fanny dan Numi, tetapi bagaimanapun juga, mereka sudah berusaha untuk membuktikan kebejatan Ganendra dengan tanpa ia suruh.
"Oh, gitu, ya udah, lakuin apa yang Kak Fanny dan Numi inginkan, aku mau lanjut beresin gudang dulu."
Setelahnya, Meta menutup telepon, lalu menaruhnya ke dalam saku celana dan melanjutkan aktivitasnya yang tengah membereskan gudang setelah sekian lama. Banyak barang-barang peninggalan bundanya yang berdebu tidak terurus. Ya, Meta memang jarang sekali membereskan gudang. Dan baru sekarang ia sempat.
Senyumnya merekah ketika melihat secarik kertas yang bertuliskan not not biola.
Ini pasti lagu ciptaan bunda, pikir Meta.
Ia lantas memasukkan secarik kertas yang sudah kusut itu ke dalam saku jeansnya. Saat ingin membereskan kembali gudang, mata Meta tak sengaja melihat sebuah lukisan yang tampak tak asing. Lantas ia mengambil lukisan tersebut dengan dahi yang berkerut.
Sebuah lukisan seorang anak perempuan yang tengah memainkan biola di bawah pohon. Semakin ingin mengingatnya, semakin membuat kepala Meta berdenyut nyeri. Membuatnya berdesis kesakitan.
Di saat itu, Wili yang ingin mengecek gudang, melihat anaknya yang tampak kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"Sakit ...," rintihnya seraya memegangi kepalanya kuat. Tangannya masih memegang lukisan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Rusak
Teen Fiction[End] Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu membuat Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai pupus, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola dipelukannya. Kisah mereka akan abadi di sebuah kanva...