Oh, apalah arti dari semua
yang tercipta
Tanpa kehadirannya di sini
Oh-oh, kumenembus ruang dan waktu
Terjalin gelak tawa, sedih merayu
Bersanding bersama dirinyaBunga Abadi—Rio Clappy
•
•
•
Kelas XII-7 sedang jam kosong sekarang. Semua guru diadakan rapat secara mendadak untuk membahas sesuatu. Ezra melihat Farel yang sibuk bermain gitar sambil bernyanyi dan Fanny yang sibuk belajar karena ingin masuk kuliah. Ezra yang sudah mulai bosan dengan segera ia melangkahkan kakinya ke suatu tempat. Tempat ternyamannya—ruang seni.Ezra tersenyum melihat tumpukan kanvas. Ditambah ruang seni yang terlihat sepi. Ezra segera menata kanvasnya, juga palet yang diberi cat. Tangan Ezra mulai menari di atas kanvas, ditemani cahaya hangat dari sang bagaskara.
Bruk!
Terdengar suara benda jatuh, diiringi lirihan seseorang. Ezra segera menengok ke arah belakang dan mulai berjalan—berniat untuk mengecek. Ezra melihat seorang cewek di balik meja yang sedang mengelus kepalanya. Mungkin kepalanya terbentur sesuatu. Lantas Ezra tersenyum.
Cewek itu menjerit karena kaget tatkala melihat kedatangan Ezra. Ezra pun sama kagetnya karena teriakan cewek itu.
"Mau apa lo?!" teriak cewek itu.
Ezra terkekeh pelan. Dia sama sekali tidak berubah. "Seharusnya gue yang tanya, ngapain lo di ruang seni? Jangan-jangan lo bareng cowok lagi," tuduh Ezra.
"Wah, sekata-kata lo, ya! Gue abis tidur di sini, di kelas berisik banget," ucap cewek itu, kemudian ia berdiri sembari manatap Ezra tak suka.
Kemudian netra cewek itu tak sengaja melihat lukisan yang dilukis Ezra. Cewek itu tampak kagum, walaupun lukisannya baru setengah jadi. Lukisan seorang perempuan kecil, yang sedang bermain biola di bawah pohon yang tengah tertiup angin. Ya, mungkin itu yang bisa dideskripsikan.
"Cantik banget," puji cewek itu.
Ia mendekati lukisannya dan menatap dengan saksama. Tangannya meraih memegang lukisan tersebut.
"Cantik, 'kan?" celetuk Ezra.
"Hah? A-ah, iya! Lumayan," cetusnya seperti salah tingkah.
"Itu cewek gue," celetuk Ezra lagi.
"Nggak nanya!" ketusnya yang diberi kekehan oleh Ezra.
"Kenapa? Lo mau dilukisin juga sama gue? Meta Anggola Serophina?"
Ucapan Ezra membuat Meta sontak membulatkan mulutnya terkejut. "Tunggu, kok, lo tau nama panjang gue, sih?"
Ezra kembali duduk dan melanjutkan melukis dengan berpura-pura tak peduli pada Meta. Matanya fokus menatap kanvas dan tangannya fokus menari di atasnya. Sementara Meta masih memaksa Ezra untuk klarifikasi bagaimana pria asing ini mengetahui nama panjangnya yang bermarga Serophina itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Rusak
Teen Fiction[End] Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu membuat Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai pupus, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola dipelukannya. Kisah mereka akan abadi di sebuah kanva...