Masih Hatiku

802 63 4
                                    

Setelah memastikan pienya masuk ke dalam oven, mondy langsung keluar untuk memastikan keadaan marsya.
"Aku pikir kamu udah tidur Syabil"

"Aku gaakan tidur sebelum kamu pulang Rey. Rey ini udah malam jadi lebih baik kamu pulang sekarang aja ya, kamu abis dari perjalanan jauh loh"

"Tapi aku mau tunggu pienya mateng Syabil. Boleh ya tunggu itu dulu? Aku kan juga mau lihat hasil karya aku, eumm" Balas mondy menampilkan wajah imutnya.

"Ih apa si ko pasang muka imut gitu, jangan kaya anak kecil ya" Jelas marsya

"gapapa, cuma ke kamu ini wleee"

Mendengar itu Marsya hanya tersenyum "Rey, kamu cerita apa aja sama papa kamu? Asli tadi aku sama sekali gatau kalau itu rumah kamu, cuma dejavu aja dan ternyata itu beneran rumah kamu"

"Cerita intinya aja ko Syabil, cuma mungkin papa gregetan kali, sekali anaknya cerita tentang perempuan yang dia suka, eh sukanya sampe mati-matian hehe."

"Oiya, tadi kan aku mau lihat luka kamu, sini cepet duduk Rey. eh tapi jangan bikin keadaan aku kaya tadi ya, awas loh Rey" Ancam marsya, ia ingin memberi nafas janutungnya untuk berdetak normal.

"Syabil, jahat banget kamu ngancam aku lagi? Eumm?"

"Hahaha gausah sok imut ya"

"Gapapa dong, btw emang keadaan kaya tadi tuh seperti apa si sayang?" Tanya mondy yang sudah berlutut di depan Marsya yang sedang duduk di sofanya. 

"Rey duduk di atas aja, jangan berlutut gini Rey"

"Katanya jangan bikin keadaan kamu seperti tadi? Jadi aku duduk gini aja. Ternyata dari segala sudut kamu tuh cantik banget ya Syabil"

"Baiklah aku terima alasanmu" Ucap Marsya yang sedikit mencolek hidung Mondy membuatnya tersenyum.

Kini marsya mencoba membuka perban di kening mondy lalu mengolesi salepnya.
"aku emang cantik dari segala sudut, cuma Shena aja yang ga mau mengakui itu" Jelas Marsya.

"Shena itu siapa Syabil?"

"Oke udah selesai, beneran udah rapet jahitannya, hebat. Udah ayo pindah duduknya."

"Gamau. aku masih enak di posisi ini, kamu belum jawab tadi pertanyaan aku, Shena itu siapa?"

"Shena itu sahabat aku, dia adalah temen terlucknut yang aku punya, hanya dengan dia aku bisa jadi diri aku sendiri, apapun yang aku katakan dan lakukan dia selalu bisa menyeimbangi aku."

"Setelah ayahku pergi, Shena dan Farhan lah yang benar-benar menjadi 'rumah' untukku dan tentunya aku bisa 'pulang'. Mereka selalu tau, kalau aku butuh jadi diri aku sendiri, tapi aku hanya bisa menampilkan itu ke Shena, dan Farhan hanya mengetahui sebagian banyak sisi baikku bukan sisi diriku sendiri." Mendengar itu Mondy hanya mengelus pelan punggung tangan marsya, ia ingin menjadi pendengar yang baik untuk pemilik hatinya.

"Rey maaf aku menyebut nama Farhan" Lanjut marsya

"Its oke syabil, aku hanya kurang beruntung di waktu kemarin, sehingga Farhan duluan yang mendapatkanmu. Tapi bisakah aku seperti Shena untukmu saat ini dan seterusnya? jangan tunjukkan sisi baikmu aja di depanku Syabil, aku lebih nyaman kalau kamu bisa menjadi diri kamu sendiri di hadapanku, tanpa mikir bahwa kamu ga enak sama aku."

"Akan aku coba Rey"

"Lalu kenapa mata kamu berkaca Syabil?"
 
"Hari ini Shena chat dengan kata-kata yang ga aku suka, dia bilang aku akan baik-baik aja tanpa dia disini. Hati aku sakit mendengar itu Rey"

"Sepertinya aku di utus Shena untuk menjaga kamu selama dia ga di sisi kamu deh"

"Rey, aku ga lagi bercanda ya, udah cepet kamu bangun, betah banget berlutut gitu" Balas marsya sedikit memukul pundak Mondy dan Mondy membawa tangan Marsya lalu kembali menggenggamnya.

Soulmate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang