Disclaimer, part ini hanya Pov Sabina. Untuk Pov Marsya, bisa baca infonya di akhir part ini
✨Thankyou ✨🖤🖤🖤
Setelah menerima pesan dari sang istri yang di sampaikan oleh Mawar, Farhan mengerti bagaimana perasaan Sabina saat ini.
Sekali lagi, Farhan mengalah untuk memberi ruang, demi Sabina bisa berdamai dengan semuanya. Bukankah istrinya bilang bahwa ia hanya di minta menunggu sebentar lagi untuk sang istri siap menerima kenyataan berikutnya?
Jadi, Farhan akan melakukan hal yang sebelumnya ia lakukan; Menunggu sang istri kembali menerimanya.
Prihal mengalah, ini bukan tentang seorang pria yang tidak bisa tegas terhadap wanitanya atau pria yang lemah dan tidak punya kekuatan atas wanitanya, bukan. melainkan tentang bagaimana seorang pria bisa mengerti dan menghormati keputusan wanitanya ketika mengalami kesedihan.
Karena sejatinya, dalam menanggapi sebuah rasa, antara pria dan wanita jelas berbeda. Dan Farhan mengerti itu, karena itu juga yang di ajarkan oleh sang ayah.
"Hormati dan hargai istrimu, karena kedudukannya sangat mulia. cintai istrimu layaknya kamu mencintai ibumu. Lebih boleh, asal jangan kurang. karena sejatinya, wanita sangat ingin dicintai dan dimengerti dengan lebih, gengsinya adalah bumbu untuk mempermanis rumah tangga kalian, bang"
Sekarang, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Farhan masih berkutat dengan laptopnya di ruang tunggu depan kamar Sabina.
Pintu kamar Sabina terbuka, membuat fokus Farhan terpecah. Tentu saja yang keluar bukanlah sang istri, karena sudah di pastikan oleh Mawar, bahwa Sabina sudah tertidur sejak satu jam yang lalu setelah makan malam dan minum obat.
"Mr. Han, saya boleh izin ke kantin sedikit lebih lama? Saya mau bertemu teman kelas untuk membahas tugas kami yang besok harus di kumpulkan." Ucap Mawar ketika sudah keluar dari kamar Sabina.
"Tugas? Apakah Sabina sudah menyelesaikan tugasnya?"
"Alhamdulillah sudah Mister. kelompok Sabina tidak dapat revisi, jadi tugasnya aman. Sedang kelompok saya, ada yang harus di revisi jadi kami harus menyelesaikan malam ini."
"Syukurlah.jika sudah selesai, tolong cepat kembali Mawar."
"Baik Mister, saya permisi" Pamit Mawar dan kembali meninggalkan Farhan seorang diri.
Setelah kepergian Mawar, Farhan kembali berkutat dengan laptopnya. Ia sedang sibuk merapihkan materinya untuk di kirim online ke mahasiswanya, karena besok ia diminta menjadi Master of Ceremony pada seminar yang sudah ia siapkan bersama dosen lain dua bulan terakhir ini.
Farhan juga sudah menyiapkan pakaiannya. tadi, setelah mendapat kabar dari Mawar, ia memilih kembali ke asrama mereka terlebih dahulu untuk mempersiapkan pakaian yang akan ia pakai.
Pakaian itu tentu saja atas pilihan sang istri di hari sebelumnya, setelan jas berwana maroon dengan kemeja hitam, sangat cocok dengan warna kulit Farhan yang cerah.
Waktu cepat sekali berlalu, tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.30 waktu Melbourne. Mawar juga telah kembali setelah dua jam kepergiannya.
Mata Farhan sudah tidak kuat lagi menahan kantuknya, air mata yang semakin sering membasahi kelopak matanya menandakan bahwa ia harus segera berhenti menatap layar berukuran 10 inchi itu.
Farhan pun melakukan peregangan sebelum akhirnya mendaratkan tubuhnya untuk berbaring pada sofa tempat ia duduk sekarang.
"Ahh nikmat sekali" Ujar Farhan setelah tubuh bagian belakangnya menyentuh empuknya sofa panjang di ruangan itu. 18 jam lebih waktu yang ia habiskan untuk duduk dan berdiri. rasanya, rindu sekali untuk merebahankan tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (END)
Storie d'amorePernahkah kamu berfikir jika orang yang bersamamu sekarang ternyata bukanlah belahan jiwa yang kamu maksud. Ini tidak sesederhana dalam kondisi suka dan duka bersama. melainkan, bagaiamana kamu menemukan nyamanmu di orang lain yang baru kamu temui...