🖤🖤🖤
Bandung, terimakasih telah mempertemukan kami. terimakasih telah mengenalkan kami juga dengan orang terdahulu yang kisahnya pernah indah.
Menjalani hari dengan memendam rasa pada seseorang yang telah dimiliki oleh orang lain bukanlah hal yang mudah. Namun nyatanya kami mampu melewati itu, Bandung.
Sekarang, kami telah bersama dengan dia yang selalu kami semogakan, dia yang selalu terlintas di pikiran, dia yang selalu membuat hati ini gusar, dan dia yang selalu abadi di jiwa dan raga ini.
Bandung, ku titip kisah indah kami disini, untuk nantinya anak cucu kami kenang dan pelajari, betapa tidak mudahnya kisah orang terdahulu mereka.
Rumit yang kami jalani memang indah, tapi jika boleh meminta, kami tidak ingin jalan yang serumit ini dalam menuju dia.
Salam, belahan jiwamu.
🤍🤍🖤🖤🖤
Beberapa hari kemudian,
"Ann sayang, Ann mau apa nak?" Tanya Farhan yang tengah menggenggam tangan mungil putrinya.Sudah dua malam Ann demam dan ia selalu mengigau ingin bertemu dengan om baiknya. Ann sudah minum obat dan kontrol ke dokter, tapi demamnya hanya turun sebentar, lalu kemudian naik lagi. Membuat Farhan khawatir.
"Ann mau main sama om baik, papa" Ucapnya dengan nada lirih.
Farhan menghembuskan nafasnya kasar, Ann pernah seperti ini saat merindukan Juna karena ingin main bersamanya, untung saja saat itu ia sedang di Bandung, jadi bisa langsung bertemu dengan Juna, pada keesokan paginya. Tapi sekarang, bagaimana bisa? Ann merindukan sosok yang sudah menggoreskan luka untuk rumah tangganya.
Ya, Farhan telah mengetahui bahwa om baik yang putrinya maksud adalah Nathan. Sabina telah menceritakan semuanya kepada sang suami, termasuk saat ia melihat sekilas sosok Nathan di kedai eskrim langganan Ann.
Tak hanya itu, Sabina juga terus meminta maaf kepada sang suami atas kelalaiannya dalam menjaga putri mereka. Farhan mengerti, ia tau sang istri hanya sedang terbagi fokusnya saat itu, meskipun dari penuturan Sabina, dirinya pun ikut merasakan kepanikan dari sang istri. Tapi saat itu Ann sedang beruntung, karena takdir baik bersamanya.
"Ann minum dulu ya, papa hubungi om baik dulu apakah om baik sedang sibuk atau tidak" Ann menuruti sang papa demi agar bisa bertemu om baiknya. Entah apa yang telah Nathan bagi di pertemuan singkatnya itu hingga membekas sekali di memori Ann.
*flashback on*
"Ann sudah tenang?" Tanya Nathan sebelum melonggarkan dekapannya terhadap gadis mungil yang tingginya tak lebih dari sembilan puluh centi meter tersebut.
Ann mengangguk, "makasih ya om, Ann sudah tenang"
"Kembali kasih Ann. Tapi kenapa belum mau lepas pelukannya?"
"Pelukan om seperti pelukan papahan dan abang Juna. Ann suka" Aku Ann, membuat Nathan cukup terkejut. Ini pertemuan pertama mereka tapi Ann sudah berkata seperti itu, membuat hati Nathan menghangat dan kedua matanya mulai berkaca.
"Ann boleh peluk lebih lama sampai mamana datang?" Sambung Ann ingin meminta lebih berada dalam pelukan orang yang baru ia temui sepuluh menit lalu.
Nathan mengangguk, dan mengeratkan pelukannya tanpa membuat Ann merasa tidak nyaman. Nathan tidak bisa menahan haru nya. Meski tidak bisa memeluk wanita kesayangannya tapi berpelukan dengan Ann sudah lebih dari cukup untuk mewakili. Tanpa sadar, ia mengeluarkan isakannya, karena terlalu menumpahkan rindunya terhadap Sabina kepada Ann, putri dari wanita kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (END)
RomancePernahkah kamu berfikir jika orang yang bersamamu sekarang ternyata bukanlah belahan jiwa yang kamu maksud. Ini tidak sesederhana dalam kondisi suka dan duka bersama. melainkan, bagaiamana kamu menemukan nyamanmu di orang lain yang baru kamu temui...