Singapore
Setelah mengudara selama lebih kurang dua jam, Mondy dan Marsya akhirnya menginjakkan kaki di Bandara Internasional Changi, Singapore.
"Rey, kamu bilang kita ke Phuket, kenapa malah turun disini? Kita transit sayang?" Pertanyaan dari istri tercintanya itu membuat Mondy mengulas senyumnya.
•••
Kemarin setelah keadaan sudah kembali seperti yang Marsya rindukan, tepat sebelum mereka berdua memejamkan mata, Mondy menunjukkan e-ticket yang mampu membuat manik mata Marsya yang berwarna hitam pekat itu berbinar sempurna.Ia menahan rasa tidak percaya itu dengan semampunya, karena jujur setelah seharian menghabiskan waktu bersama suami tercintanya ia merasa sangat mengantuk.
"Rey, ini aku ngga mimpi kan sayang?" Otak Marsya mencoba menerima satu kata yang telah di tangkap oleh netranya.
"Kamu ngga mimpi ko sayang" Senyum manis itu mengembang sempurna di raut sang suami.
"Kamu pesan tiket ke Jepang? Ouh Rey kita beneran ke Jepang sayang?" Marsya masih terpaku menatap layar ponselnya yang menunjukkan e-ticket pesawat untuk mereka bertiga terbang ke Jepang. Ia tidak percaya.
Mondy mengangguk dan meraih tangan istrinya untuk Ia genggam "dua bulan lagi kita ke Jepang ya sayang. Aku ingin abang lahir di sana. Aku ingin kita hidup disana, sesuai dengan keinginan istri aku. Kamu mau?"
"Kamu serius? Hati ini udah siap untuk semuanya sayang?" Satu tangannya Marsya letakkan ke dada bidang sang suami. Memastikan bahwa semua sudah siap.
"Aku tidak ingin memaksa suamiku. Sekarang aku hanya ingin hidup tenang bersama kamu dan anak-anak kita sayang, ngga harus Jepang, aku sudah ikhlas"
Mondy menggeleng, ia mengelus lembut tangan sang istri yang masih lentik itu untuk Ia ciumi "Aku siap dan aku ikhlas sayang, mari mulai kehidupan baru disana, hanya aku, kamu dan anak-anak kita. Mau ya sayang?" Balas Mondy meyakini.
Marsya mengangguk, ia sudah tidak bisa lagi membendung buliran yang ingin tumpah membanjiri wajahnya, Marsya sangat bahagia.
"aku mau Rey, apapun asal bersama kamu aku mau. Oh maaf aku cengeng sayang" Marsya menghapus air matanya yang terus mengalir.
"Ngga ada yang cengeng sayang, perasaan kamu sangat valid dan air mata ini berhak turun, terimakasih telah sabar menunggu istriku, aku sangat bersyukur telah memiliki kamu" Mondy memberikan kecupan penuh kasih sayang di kening istrinya setelah membantu marsya mengusap air matanya.
"aku mencintaimu Syabil" Sambung Mondy membawa Marsya kepelukannya.
"Terimakasih sudah ikhlas istriku, tetaplah seperti ini. Menangislah.. aku tidak akan menyuruhmu berhenti. Kamu pasti sangat menunggu moment ini kan sayang?"
Marsya kembali mengangguk dalam dekapan suaminya, aroma khas tubuh Mondy menyeruak memenuhi indra penciuman dan otaknya, ia suka, sangat nyaman.
"Aku sangat menunggu moment ini, asal semua itu dilakukan bersama kamu, aku juga mencintaimu Rey, selalu seperti itu." Marsya membalas pelukan itu, pelukan yang selalu menghangatkan hatinya.
"Karena kamu sudah ikhlas, mari kita rayakan sayang. aku punya hadiah untuk kamu, silahkan buka kembali emailmu sayang"
"Rayakan? Hadiah?" Segera Marsya ambil kembali ponsel yang ia letakkan tadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (END)
RomantizmPernahkah kamu berfikir jika orang yang bersamamu sekarang ternyata bukanlah belahan jiwa yang kamu maksud. Ini tidak sesederhana dalam kondisi suka dan duka bersama. melainkan, bagaiamana kamu menemukan nyamanmu di orang lain yang baru kamu temui...