Penyesalan #3

893 94 15
                                    

Jarum yang sedang berhenti di angka satu pada jam yang melingkar di lengan kekar Farhan, menandakan waktu untuk dirinya telah habis dan ia harus mengakhiri segala rangkaian acara seminar yang ia pimpin.

Dalam rasa takut dan cemasnya ia mengakhir pembicaraannya dan mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari seluruh peserta seminar yang hadir. Tidak terkecuali Profesor Adam, orang terdekat Farhan di kampusnya sekarang.

"Mr.Han.. Anda keren sekali, saya sangat bangga melihat perkembangan anda dalam enam bulan terakhir." Ujar Profesor Adam dalam bahasa Inggris kepada Farhan ketika sudah di backstage.

"Terimakasih banyak Prof. Adam, ini semua berkat bimbingan dan kepercayaan Prof. Adam kepada saya, juga do'a yang selalu di panjatkan oleh istri saya tercinta." Balas Farhan dengan senyumannya

"Semua bimbingan dan kepercayaan saya akan sia-sia jika anda tidak menjalankannya dengan baik Mr. Han. Dan saya setuju dengan pernyataan anda yang terakhir, do'a istri yang ikhlas selalu menembus langit."

Bagaimana jika pukul tiga ini kita merayakan bersama rekan yang lain untuk kesuksesan seminar kita kali ini? Musim gugur akan segera berakhir." Sambung Profesor Adam mengajak Farhan

"Oh terimakasih sekali lagi Prof, tapi mohon maaf, saya tidak bisa ikut, karena saya harus menjemput istri saya untuk pulang. Dia telah menanti saya. Saya ingin merayakan berdua bersamanya"

"Oh baiklah, salam dengan Mrs. Sabina, semoga, bahagia selalu bersama kalian Mr. Han"

"Aamiin, terimakasih Prof, saya izin pergi sekarang"

Setelah berpamitan dengan beberapa Profesor senior, Farhan langsung berlari ke rumah sakit Universitas yang jaraknya tak sampai dua kilo meter. Dalam langkah cepatnya itu ia berdoa, semoga sang istri dalam keadaan baik-baik saja.

"Yaa Allah, tolong jaga istri hamba dimanapun ia berada Yaa Allah, tolong lindungi Sabinaku" Ucap Farhan tiada henti.

Belum sempat Farhan menginjak lantai loby rumah sakit, langkahnya sudah di cegat oleh seseorang. Sebuah tangan kekar telah mencengkram lengannya.

"Hey!! Siapa anda?" Hardik Farhan pada seseorang yang tak ia kenali.

"Lo ngga perlu tau gue siapa, yang jelas.. Lo harus tolongin istri lo sekarang juga!"

"Apa maksud anda? Bagaiman anda bisa mengenal istri saya?"

"Gue bilang lo ngga perlu tau, jika lo mau bertemu Sabina, lo harus ikut gue sekarang. Gue tau dimana Sabina berada"

"Tunggu, kasih alasan saya yang kuat agar saya percaya!"

"Arghh shitt! susah emang bikin seorang dosen percaya dengan cepat. Sial, harusnya gue lagi libur sekarang. Tapi karena gue peduli dengan lo dan istri lo, gue jadi gagal libur dan memilih bantuin lo"

"Saya semakin tidak mengerti, sepertinya anda salah orang, saya permisi" Farhan sungguh penasaran namun juga enggan berlama-lama mengobrol dengan orang asing ini.

"Tunggu.. singkatnya, gue diminta oleh seseorang untuk jaga kalian sejak beberapa bulan terakhir. Harusnya hari ini gue libur, tapi karena tadi gue ngga sengaja lihat Sabina di bawa oleh Nathan, jadi gue ga bisa diam aja. Karena gue juga bisa dalam bahaya kalau sampai Sabina kenapa-kenapa."

"Sekarang, lo cukup mengerti kata per kata gue, kalau lo mau selamatin istri lo, sekarang ayo kita pergi ke lokasi tempat dimana Nathan membawa Sabina" Sambung pria tersebut yang tidak lain adalah orang suruhan Dika.

•••

Sesaat setelah mengirim pesan ke bossnya yaitu Dika, pria yang lebih senang di panggil dengan panggilan Sam ini segera berlalu dari posisinya yang sedari tadi mengamati Sabina.

Soulmate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang