Dia Kembali

717 57 5
                                    

📍Rumah Mondy

Setelah memasuki garasi rumah, Mondy langsung memakirkan motornya, ia sudah tak sabar untuk memberikan eskrim stroberi pada Marsya. Saat masuk ke rumah ternyata Marsya sudah ada di ruang tamu sedang duduk membelakangi pintu, ia tengah menghapus air matanya.

"Syabil? kamu udah membaik?"

"Rey? Hehe aku udah lebih baik sekarang" Balas Marsya lalu menghadap Mondy tersenyum dengan mata sedikit sembab membuat Mondy penasaran.

"Kamu habis nangis sayang?" Tanya mondy yang langsung duduk di samping Marsya.

'Harusnya kamu jangan nanya begitu Rey, sekarang aku benar-benar ingin menangis  karena merasa bersalah sama kamu dan Sabina' batin Marsya

Ia hanya menggeleng tersenyum, suaranya tertahan karena menahan tangis.

Mondy meraih tangan kekasih hatinya itu "Hey.. Dalam proses menjalin hubungan yang baik, tidak boleh ada rahasia sayang, bukannya kamu udah janji sama aku buat ga selalu tunjukkin sisi baikmu, kalau kamu ingin nangis, nangis aja Syabil, aku akan jadi pundak dan telinga untukmu" Ucapan itu berhasil membuat marsya meneteskan air matanya. Lagi-lagi dia kalah ketika berhadapan dengan Mondy.

"Rey, tolong jawab aku dengan jujur. Aku ingin tau langsung dari kamu Rey" Ucap Marsya yang telah mengontrol emosinya

"Kamu mau tanya apa? Aku akan jawab semuanya"

"Setelah kamu sampai di desa kemarin dari beli jagung, kamu kemana Rey?"

"Aku ngobrol dengan Sabina"

"Setelah itu?"

"Aku penasaran akan sesuatu karena Sabina punya perasaan yang membuat nya kurang nyaman"

"Perasaan seperti apa yang membuat Sabina kurang nyaman Rey?"

"Perasaan yang sangat tidak ingin ia ketahui, setelah melawan rasa penasaran itu, akhirnya aku dan Sabina melihat hal yang sangat tidak kami sukai dan nyatanya itu bukan hanya membuat kurang nyaman, tapi membuat sakit di hati aku dan Sabina."

Mendengar perkataan Mondy membuat tenggorokan Marsya tercekat ia berfikir apakah yang ia lakukan dengan Farhan separah itu hingga membuat Mondy dan Sabina sampai sakit hati?

"Rey.. "

"Syabil.. Sekarang aku yang ingin bertanya sama kamu, kenapa kamu ga menepati janji kamu, untuk tidak membiarkan orang lain menghapus air matamu, kita sudah sepakat hanya aku yang boleh hapus air matamu seperti sekarang. Kenapa kemarin kamu izinkan farhan yang menghapusnya. Hati aku benar-benar sakit syabil."

Ya, sekarang Mondy sedang menghapus air mata Marsya yang menetes membasahi pipi chubbynya yang sudah mulai tirus karena dia hari ini Marsya sakit.

"Rey, aku sama sekali ga bermaksud membiarkan itu terjadi, itu ngalir gitu aja Rey, aku pun gatau kenapa Farhan juga ada di tenda itu. Saat aku mencari HP ku dia datang dan menungguku."

" Farhan mencegat aku untuk menghubungi Shena, dan itu membuatku marah, sampai akhirnya aku hilang kendali untuk mengontrol rasa sedihku karena kabar kepergian Shena. Aku sama sekali ga bermaksud mengundang Farhan untuk memelukku Rey." Marsya menjelaskan dari sudut pandangnya.

"Saat itu aku hanya ga terima dengan kabar yang aku dengar dan Farhan reflek menenangkan aku Rey. Rey kamu percaya kalau aku sama Farhan udah selesai kan?" Tanya Marsya dengan harapan jawaban mondy akan membuatnya sedikit lebih tenang. Ia menggenggam tangan Mondy.

"Syabil, sejujurnya aku sangat marah saat Farhan dengan tulus memeluk kamu bahkan dia juga ikut menangis. aku seperti melihat diriku saat menenangkan kamu ketika geluduk dan petir datang menghantui traumamu, aku rasa pelukan yang Farhan berikan sama hangatnya dengan pelukan yang aku berikan saat aku menenangkanmu."

Soulmate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang