Morning Routine

1.4K 104 18
                                    

Jakarta, 04.20

Marsya masih terjaga dalam lelapnya ketika dering alarm memanggilnya untuk bangun. rasanya enggan sekali untuk menuruti dan bangun di pagi hari ini karena dirinya baru terlelap tak sampai lebih dari empat jam. Terlebih kemarin, mereka berdua baru aja pulang dari Bandung jadi double capeknya.

Biasanya kalau seperti ini Mondy membiarkan Marsya untuk tidur lebih lama dan ia yang bangun lebih dulu. Karena biasanya memang Marsya yang selalu bangun lebih dulu untuk memeriksa kembali kebutuhan suaminya termasuk sarapan.

Mondy akan di bangunkan 15 menit sebelum mereka menunaikan sholat shubuh berjamaah untuk mandi dan bersiap. Kok bisa bergantian gitu? Tentu bisa dong, karena sebelum terlelap mereka selalu membicarakan terlebih dahulu.

••
"Besok istriku mau di bangunin jam berapa sayang?"

"Setelah kamu selesai mandi boleh sayang?"

"Tentu boleh dong, kenapa engga? Lagi pula pakaian aku juga udah kamu siapkan jadi istri aku bisa tidur lebih lama. Atau setelah aku sholat aja?"

Marsya menggeleng "setelah kamu mandi aja. aku tetap mau jamaah sama kamu" Balas Marsya dan di setujui oleh Mondy.

••


Sekarang, Mondy sudah bangun terlebih dahulu sebelum alarm mereka memanggil. Sebenarnya ia juga masih sangat mengantuk tapi ia harus bangun untuk memberi kabar pada Nina, sekertarisnya dan juga Baskara, agar bisa membackup meeting hari ini dan pesankan ticket untuk dirinya dan Marsya flight ke Malaysia.

Ngidam Marsya kali ini membuat Mondy terheran, ko ada ya orang ngidam harus banget ke tempat asalnya, padahal Durian Musang King asli Malaysia juga ada di Indonesia, kenapa harus jauh jauh kesana coba? pertanyaan itu terus saja memutar di otak Mondy.

'Cepat bangun! 05.30 gue tunggu ticketnya' isi chat terkahir Mondy ke Baskara.

Ya biasalah kalau udah urusan dengan si kunyuk Baskara, Mondy ngga pernah bisa santai. adeknya ini terlalu menyebalkan untuknya. Tapi meskipun begitu menyebalkan, mereka tetap saling sayang, hanya saja cara penyampaian sayangnya sangat lah berbeda.

Tak lupa Mondy juga sudah packing baju untuk dirinya dan Marsya. tak banyak, hanya 2-3 pasang aja karena besok juga mereka akan balik lagi ke Jakarta.

Setelah semuanya selesai di kerjakan, sekarang Mondy sedang menunggu adzan shubuh yang akan berkumandang tak sampai sepuluh menit lagi.

Waktu tunggu itu Mondy pergunakan utuk mengganggu istrinya karena mereka harus bangun pagi ini dan bersiap on the way ke Bandara. tak henti Mondy daratkan kecupan pada seluruh titik di wajah Marsya, sehingga sang empunya wajah merasa terusik.

"Emmhh reeeyh.. masih ngantuuk"
Mondy tersenyum melihat geliat istrinya, ia terus memberi kecupan dengan suara khas sentuhan tersebut.

"Reeyiii stop" Merasa makin terusik, Marsya memutar badannya dan memunggungi Mondy, ia kesal karena masih ngantuk berat tapi sang suami terus mengusilinya.

Tapi bukan Mondy namanya kalau ngga semakin usil. Justru sekarang ia memberikan kecupan pada punggung marsya yang tidak tertutup sempurna oleh piyama tidurnya, tak tertinggal bahu yang hanya berbalut tali spagetti itu pun ikut mendapatkan cumbuan.

"Syabilku.."

Merasa istrinya tak memberi respon, Mondy pun menambah cumbuannya pada tengkuk leher, daun telinga, pucuk kepala, pipi dan terakhir ia memeluknya sambil mengusap lembut perut Marsya sebagai pelengkap sentuhan pagi untuk istri dan buah hatinya.

Soulmate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang