Jakarta, November 2026
Delapan belas bulan telah berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan yang Mondy dan Marsya jalani, semua baik dan kembali indah berkat keluasan hati Marsya yang sama sekali tidak menyalahkan Mondy atas apa yang menimpa dirinya.
Jika ditarik ulur kebelakang, semua ini bermula atas dasar keegoisan dirinya yang memegang teguh rasa gengsi yang saat itu mendarah daging padanya. Kini, Mereka berdua telah berdamai dan menerima kenyataan yang ada pada kehidupan mereka.
Matahari pukul tujuh pagi di bulan ini biasanya sudah jarang menampakkan dirinya, itu karena musim panas sudah berganti menjadi musim hujan sejak akhir bulan September lalu.
Kota Jakarta, tidak pernah berubah sedikitpun, dengan hiruk pikuk paginya dengan gemericik air hujan yang masih selalu setia menemani langkah Mondy yang hendak pergi ke kantor selama musim hujan ini.
Namun pagi ini berbeda, seolah semesta mengizinkan dirinya untuk berkunjung ke tempat yang sudah menjadi rutinitasnya selama delapan belas bulan terakhir.
Sang surya hari ini datang menyapa, dengan sinar yang begitu indahnya, memberi kehangatan untuk punggung-punggung yang mulai merindukan hadirnya.
Baskara, sudah melajukan mobilnya yang berisi dirinya dan sang abang yang duduk disamping kemudi.
Sebelum mereka lurus ke arah kantor, Baskara membelokkan kemudinya dipersimpangan jalan, mereka berdua akan berkunjung ke rumah baru sang mama yang berada di blok C unit agama islam.
Setelah menghabiskan waktu lima menit untuk sekedar bercerita dan memanjatkan al-fatihah, Mondy pun melangkahkan kembali kakinya ke rumah baru kedua mertuanya yang hanya berbeda beberapa baris dari almh. mamanya.
Setelah melakukan hal yang sama, Mondy dan Baskara segera beranjak ke unit yang jauh dari orang tua mereka, yaitu, unit M.
Disana, terletak makam sang anak yang ia beri nama Arsaka Bimantara Kaivan, nama yang indah, yang memiliki arti panglima udara yang bijaksana dan tampan, pilihan atas dirinya dan Marsya.
"Nanti kita ngobrol lagi ya sayang, ayah dan uncle bas harus ke kantor, sekarang."
"Main lagi nanti di mimpi ayah ya, nak. Senang ya disana bisa ketemu uti, akung dan oma?" Mondy tersenyum seraya mengusap nisan sang anak dengan air mawar yang ia beli di depan pintu masuk pemakaman.
"Ayo bang" Ajak Baskara, yang masih setia berdiri daan memayungkan abangnya.
"Ayah, sayang abang" Sambung Mondy lalu beranjak meninggalkan tempat peristirahatan orang-orang yang ia sayang.
Dalam perjalanannya menuju ke kantor, Mondy terus mengamati laporan mingguan tentang kinerja beberapa pegawai yang akhir bulan ini akan habis kontrak.
"Lo kenal Fabian? Anak buahnya pak Dion, Bas?"
"Kenal, dia bulan ini habis kontrak, kan?"
"Iya, aman buat lanjut atau lepas?"
"Aman sih, dia supel orangnya. gue suka karena dia percaya diri dan pandai mencuri hati calon client kita dengan mulut buayanya" Baskara mengakhiri kalimatnya dengan sedikit tawa, Mondy pun mengimbangi itu dengan tertawa juga.
"Oke, kasih dia bonus terbang ke Semarang minggu depan. Terus, akhir bulan bilang pak Dion untuk angkat dia sebagai pegawai tetap."
"Siap, Bapak Rajendra, Laksanakan. Americano dulu gak nih kita? Take away sabi sih, masih cukup waktunya buat sampai on time."
"Boleh, tapi gue mau hot latte, kangen banget sama ibu Arumi" Baskara mengerti, ia langsung menepikan mobilnya ke parkiran coffeeshop langganan Marsya yang tak jauh dari lokasi mereka saat ini. Latte disana adalah Favoritnya Marsya.
![](https://img.wattpad.com/cover/365513718-288-k399963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (END)
RomantizmPernahkah kamu berfikir jika orang yang bersamamu sekarang ternyata bukanlah belahan jiwa yang kamu maksud. Ini tidak sesederhana dalam kondisi suka dan duka bersama. melainkan, bagaiamana kamu menemukan nyamanmu di orang lain yang baru kamu temui...