"Syabil, jangan gini dong sayang, aku gabisa lihat kamu hancur begini Syabil. Ya Tuhaan, jangan sakiti Syabilku, limpahkan ke aku aja rasa sakitnya" Ucap mondy yang masih memeluk marsya kemudian ia bawa marsya kembali ke tempat tidur.
Nanaz dan Baskara juga kedua temannya tetap melanjutkan acara api unggun itu dan menyelesaikan lebih cepat karena mereka juga khawatir dengan keadaan Marsya. Setelah selesai, mereka langsung ke tenda, disana juga sudah ada Sabina dan Farhan.
Marsya masih belum sadarkan diri, Sabina terus memijit telapak tangan Marsya yang masih dingin, tak lama Marsya pun sadar. Nama yang pertama kali dia sebut tentu saja Shena.
"Shen, gue dimana?"
"Kaaca, ini aku Nana, kita lagi di tempat baksos ka, ini kaka minum dulu teh panasnya biar ada tenaga ya" Balas Sabina menyadarkan Marsya lalu ia mencoba duduk di bantu Nanaz dan Sabina untuk minum tehnya.
"Hehe lagi dan lagi gue hanya bisa merepotkan banyak orang ya. Kalian kenapa pada kumpul disini? Kalian lanjutin aja kegiatan selanjutnya. Jangan perduliin gue, gue hanya menghambat jalannya kegiatan ini aja"
"Kaaca jangan ngomong kaya gitu ya" Ucap Nanaz yang juga berada di sampingnya.
"Bas, gue izin pulang boleh ga? Gue gamau ngerepotin kalian lebih jauh lagi, gue ngga bisa bertemu para warga dengan kondisi gue yang begini bas, masa relawan tapi malah nyusahin, kan ga lucu hehe"
"Ka sya, kita pulang bareng ya besok pagi"
"Gamau bas, gue maunya sekarang, lo pesenin taksi online aja dari sini, gue pulang sendiri atau gue aja yang pesan, han tadi HP aku dimana?" Mendengar omongan Marsya yang sedari tadi ingin pulang membuat Mondy geregetan, ia harus menyadarkan Marsya.
"Engga ya Syabil, aku ga izinin kamu pulang sendiri, ini udah malam, kalau kamu mau pulang sendiri, besok pagi baru aku izinin." Ucap Mondy menghampiri Marsya.
"Aku maunya sekarang Rey, aku gamau besok"
"Kaaca bener kata ka Mondy, dengerin ya" Jelas Sabina
"Engga na, aku mau pulang sekarang, aku gabisa disini nunggu besok, shena pasti nunggu aku" Marsya kembali meracau
"Kalau kamu mau sekarang, biar aku yang antar. Kamu pilih mana? Pulang sendiri tapi besok atau malam ini tapi aku yang antar? " Jelas Mondy mempertegas ucapannya dan berhasil di notice oleh Farhan.
"sepertinya kita harus keluar guys, biarkan Marsya nego dengan Mondy aja ya. Acaa, aku tau kamu sedang berduka tapi aku dan yang lain mohon jangan sampai kamu sakitin diri kamu ya, aku pun turut berduka ca, tapi Shena juga gamau kamu begini."
"Dia pasti ingin kamu kuat dan terus melanjutkan hidup kamu ca, dia sama kaya kita semua gamau kamu kenapa-kenapa, aku mohon dengerin Mondy ya. Kalau kamu masih mau nekat pulang, silahkan, HP kamu ada sama Mondy. Silahkan kalian saling nego sampai ketemu akhirnya ya, kita semua keluar dulu." Jelas Farhan lalu semua beranjak keluar satu persatu dan tersisa Nanaz yang masih berada di samping kiri Marsya.
"Kaaca.. Nanaz sayang kaka, tolong tetap hidup ya. Kalau kamu pergi juga, aku akan lebih gila dari kamu. kepergian ka Shen juga membuatku sakit ka. Tapi aku sangat bersyukur bahwa kamu tetap hidup."
"kalau kamu gamau lakukan itu demi diri kamu yang merasa semua yang kamu sayang telah pergi, izinkan aku memohon agar kamu lakukan itu demi aku yang sayang sama kamu kaaca. aku gamau kehilangan kaka perempuan ku satu-satunya hiks hiks" Ucap nanaz terbata-bata menyeimbangi isak tangisnya, ia bener-bener sakit melihat marsya seperti kehilangan arah gini.
Marsya tak menjawab apapun, ia hanya kembali menangis lalu memeluk adik tercintanya itu, setelah Farhan, Nanaz dan bundanya lah yang tau hubungan persahabatan antara Marsya dan Shena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (END)
RomansaPernahkah kamu berfikir jika orang yang bersamamu sekarang ternyata bukanlah belahan jiwa yang kamu maksud. Ini tidak sesederhana dalam kondisi suka dan duka bersama. melainkan, bagaiamana kamu menemukan nyamanmu di orang lain yang baru kamu temui...