Jevi memastikan anak walinya itu kini makan pagi, pakai baju rapi, semua perlengkapan sudah masuk ke tasnya yang berwarna-warni, termasuk satu lagi memastikan Gita sampai di kampus itu dengan tepat waktu pagi ini. Jevi ternyata mempunyai jiwa kebapakan yang cukup tinggi untuk remaja yang bernama Basagita Dewani. Anak walinya itu bahkan tak hanya diantarkan sampai pintu gerbang, tapi sampai di dalam kelas yang membuat banyak mahasiswa lainnya menatapnya dengan penuh iri dengki.
Ya sebenarnya, untuk seumuran Gita diperlakukan seperti itu sudah terlalu tua. Kalau masih SD sampai SMP sih masih mending, bahkan SMP pun pasti disoraki anak Papi Mami karena terlalu manja sampai di sekolahpun diantarkan tiap pagi. Tapi yang bikin keadaan itu lucu adalah saat Jevi memastikan jika Gita duduk jauh-jauh dari Fares, sang buaya cilik nan licik. Laki-laki itu mewanti-wanti seperti memberikan siraman Rohani ke anak walinya itu. Gita yang mendengarkannya juga malu sendiri karena laki-laki ini.
"Git, lu duduk di sini, ntar lu kalau di rumah kabarin gue, dan nggak boleh lebih dari jam 2 dan naik ojek online aja pulangnya. Dan satu lagi jangan kelayapan, langsung share lokasi saat lu pulang dan jangan mau dibawa ke mana-mana sama si Fares itu!"
Gila emang Om-Om ini, Gita hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti. Fares yang tau sedang dibicarakan laki-laki 38 tahun itu hanya geleng-geleng kepala karena aneh saja Jevi bisa menyindir secara terang-terangan.
"Ingat ya Git, jangan aneh-aneh, gue pergi dulu. Lu baik-baik di sini."
"Iya Om!"
Jevi akhirnya pergi, Om-om tampan itu meninggalkan banyak pertanyaan bagi mahasiswa yang sudah datang dari pagi. Keren juga rupanya wali Basagita Dewani. Mereka awalnya menyangka laki-laki itu ayahnya karena bergandengan tangan, tapi karena pembicaraannya pakai "lu gue" sepertinya dua orang itu bukanlah ayah dan anak, tapi seperti kakak dan adik. Tapi karena terakhir, Gita berbicara 'Om', maka bisa diketahui jika hubungan mereka adalah Om dan keponakan.
"Hai, boleh kenalan?"
Seseorang berbaju kemeja dongker dengan dandanan mentereng mendekati Gita yang lagi duduk di kursi chitosnya. Wanita itu pasti akan menjadi primadona kelas ini sebentar lagi. Mengingat tubuhnya yang ramping, mukanya yang cantik, dan dandanannya yang modis. Pasti semua mahasiswa pada sering modus padanya.
"Iya, Aku Gita. Kamu siapa?"
Wanita itu langsung mengambil tempat duduk di kursi di samping Gita. Fares yang ingin pindah kesana jadi tak bisa karena keduluan dia.
"Aku Melisa. Melisa setiawan!"
Mereka bersalaman dengan akrab. Gita sangat kaku berteman dengan orang baru apalagi orang baru tersebut seperti Melisa yang gaul dan sepertinya anak orang kaya juga.
"Kamu diantar Om kamu ya kesini?"
Gita mengangguk, membenarkan hal tersebut.
"Ganteng banget ya? Om kandung?"
Gita menggeleng, lalu menjawab, "Bukan Om kandung Mel, tapi aku bekerja di rumah dia sebagai pembantu rumah tangga."
Begitulah Gita begitu apa adanya, sampai di otak Melisa kini jadi meremehkan keberadaan gadis ini di kelas manajemen dua. Lagian lucu juga, hanya pembantu tapi dijagain sedemikian rupa.
"Oh asik juga ya dapat majikan yang rupawan ya Git, udah nikah nggak sih Om kamu itu?"
Gita menggeleng, yang artinya belum.
"Oh Gitu, kamu dianggap anak angkatnya ya?"
Gita mengangkat bahu, yang artinya tak tahu menahu.
"Ya udah semangat ya kuliahnya, aku pindah duduk di belakang dulu kalau gitu!"
Melisa mengambil tasnya meninggalkan kursi yang diinginkan oleh Fares sebelumnya.
Buaya itu langsung merayap menggantikan tempat yang tadi di duduki Melisa.
"Hai Git, bertemu lagi kita."
Gita tersenyum manis menatap Fares yang semakin keliatan tampan saat ini.
"Hai Res, apa kabar?"
"Baik lah, ketemu kamu lagi."
Fares menopangkan dagunya di kedua belah tangannya yang basah akibat jantungnya yang terpompa terlalu cepat. Tatapan duda itu begitu intensif ke mata Gita yang bulat.
Rasanya kupu-kupu benar-benar lagi berterbangan di perut Basagita Dewani. Semua kesalahan Fares yang pernah mencoba melecehkannya jadi terlupa begitu saja. Gita semakin mesem-mesem dibuatnya di antara hiruk pikuk mahasiswa dab mahasiswi lainnya yang sedang bercengkrama.
"Res, gue yang duduk di sini loh tadi. Pindah lu ke belakang. Sana!"
Melisa mulai sadar ada yang sesuatu antara babu ini dan orang yang dicintainya itu. Oh ini yang sering disebut-sebut anak tongkrongan tentang Gita yang disukai Fares ini. Rendah juga selera laki-laki tampan itu.
"Apaan sih Mel, tadi kan lu di belakang, ngapain lu maksa duduk di depan sih. Gue lagi PDKT nih!"
Fares tidak suka dengan siapapun manusia yang berpotensi mengganggu kesenangannya itu. Dia tak akan beranjak sesentipun hanya karena Fares tau Melisa lagi cemburu.
"Oh gitu? Gitu Res, persahabatan kita yang sudah hampir 2 tahun ini mau kamu hancurkan dengan datangnya orang baru di hidupmu? Gitu?" Melisa sudah berkacak pinggang memperlihatkan secara terang-terangan kalau dia tak suka dengan apa yang Fares lakukan terhadapnya.
"Ribut deh Mel, sana gih ke belakang. Gue nggak mau nyari perkara nih sekarang. Nyebelin tau nggak sih."
Gita yang melihat keributan itu mulai sadar. Pasti antara dua orang yang mengenal ini ada hubungan yang sulit dipahami. Mungkin Melisa adalah mantannya Fares atau teman spesialnya.
"Aku pindah aja deh Mel, kamu duduk aja di sini bareng Fares."
Gita sadar diri. Lalu menyingkir untuk pergi ke bangku yang lain. Melisa akhirnya duduk di samping Fares dengan menunjukkan wajah kemenangan. Dia mencibir duda anak satu itu dengan gemas. Fares sampai sebal dibuatnya.
"Males tau nggak sih, yang gue liat lu lagi lu lagi."
Melisa mencolek dagu Fares lalu mengeluarkan buku beserta alat tulisnya dengan segera. Memang pas posisi seperti ini menurutnya. Tadi dia tak bisa duduk di dekat Fares karena ada mahasiswa lain yang duduk mengapit di sana. Kalau begini kan sangat menguntungkan jadinya.
"Nyebelin tau nggak sih lu itu?" ucap Fares sambil memutar-mutar pena.
"Nggak akan nyebelin ntar kalau aku udah jadi istri kamu. Tenang aja kali!"
Fares memandang jijik terhadap wanita ini. Menurut Fares, tipe wanita seperti ini sangat pasaran dan akan banyak ditemukan di ibukota. Apalagi sikap agresifnya yang merasa punya alam semesta, sungguh menyebalkan jika diladeni dan dilayani.
"Res, jangan gitu dong. Kamu gini-gini butuh aku loh. Ntar kalau kepengen kan kamu ke aku lagi kan?"
"Apaan sih Mel, gila lu, kecilin suara lu itu."
Fares sadar banyak yang memperhatikan mereka berdua. Ya mau bagaimana lagi keduanya sama-sama enak dipandang mata dan bisa membuat penasaran orang yang melihatnya. Melisa tersenyum bahagia, Gita di sudut sana mengepalkan tangannya karena cemburu, dan Fares sedang dipeluk rindu karena tak bisa membiarkan Basagita di dekatnya. Tak lama dosen pengampu mata kuliah pengantar bisnis masuk ke kelas sehingga dapat menghentikan keributan mahasiswa lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romantik"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...