Babu itu benar-benar tak akan bisa melarikan diri kali ini, tangan Jevi yang bagai kurungan besi sudah menghadang Gita yang kini pandangannya bergerak ke sana ke mari. Gadis itu ogah ditatap penuh nafsu oleh Om-om jelmaan genderuwo itu karena banyak bagian tubuhnya ditumbuhi bulu.
"Git, lu mau gue kasih satu rahasia nggak?"
"Sana ih Om, minggir!"
Gita mencoba kembali lepas, tapi Jevi kembali menghempaskan tubuh Gita ke dinding, sekarang malah tangan gadis itu dinaikkan dua-duanya untuk dicengkram kuat-kuat olehnya. Sepasang bagian yang menonjol dan keliatan masih ranum itu semakin dapat dipandangi Jevi dengan leluasa.
"Minggir Om!"
Gita benar-benar ketakutan, dia tak mau kesucian yang telah dia jaga sampai 18 tahun ini, dinodai oleh Om-om otak kotor yang sekarang sedang membatasi gerakannya ini.
"Cinta pertama gue adalah Mbak Sumi, Ibu lu sendiri! Dia adalah wanita yang mematahkan hati gue pertama kali karena dia akhirnya memutuskan untuk menikah di umur 31 tahun dan meninggalkan keluarga kita setelah 14 tahun bekerja."
Om-om gila ini untuk apa dia bikin pengakuan seperti itu. Dasar tak berguna!
"Gita nggak percaya, lagian buat apa Om bikin pengakuan kayak gitu. Nggak ada gunanya."
"Sekarang gue baru mikir ada gunanya Git, minimal mimpi basah gue yang pertama kalinya dulu tentang berhubungan badan dengan dia bisa gue bawa ke dunia nyata berkat adanya elu!"
Kurang ajar sekali Om-om brewokan ini. Gita tak akan biarkan Ibunya maupun dirinya dilecehkan begitu saja.
"Om itu kelainan tau nggak, Gita masih kecil Om!"
"Emang ada batasan umur untuk berhubungan badan dengan seorang wanita, apalagi anak itu tidak lagi berada di bawah umur, lu enam bulan lalu sudah 18 tahun kan? Bahkan 6 bulan lagi sebenarnya sudah legal buat lu menikah. Lu udah dewasa Gita!"
Gita semakin ketakutan karena majikannya ini pembicarannya semakin menjurus. Tapi bagaimanapun itu, Gita tak rela kesuciannya terenggut oleh pria yang jarak umurnya 20 tahun dan tak dicintainya itu.
Bibir Jevi sudah mencari bibir Gita yang selalu menghindar untuk didekap. Gadis itu meronta-ronta agar malam ini dia tak ternoda akibat kepasrahannya terhadap kelakuan majikannya. Pacar pertama saja belum punya bagaimana bisa seorang Om-om tak beretika menyetubuhinya secara tak bertanggung jawab.
"Om, minggir, kalau Om nggak minggir Gita laporin semua dosa Om ke Mbak Aluna. Termasuk akan menodai Gita, minggir!"
Gita berteriak hebat. Dia kerahkan semua tenaganya untuk membuat Jevi sadar jika semua yang dilakukannya salah adanya.
"Berani ngancem gue lu?"
"Jangankan mengancam Om, bikin Om Masuk penjara aja Gita berani! Minggir!"
Jevi melemparkan Gita ke atas ranjang, wanita itu kini kelabakan dibuatnya, karena dengan secepat kilat majikannya itu sudah berada di atasnya untuk mengendalikan geraknya yang meronta-ronta.
"Om, Gita nggak ba...kal maaf...in Om, nggak a...kan!"
"Jadilah istri gue enam bulan lagi!" bisik Jevi di telinga Gita yang sedikit terhalangi rambutnya yang ikal.
Pasti Om-om sinting itu sedang melawak saat ini. Bagaimana bisa dia ingin menikahi babunya sendiri. Tapi serangan Jevi tetap berlanjut meski Gita selalu berhasil untuk menghindar agar bibirnya tak diperawani oleh majikannya tersebut.
Duar, satu ledakan terdengar dari lantai bawah. Dua orang yang sedang tindih-tindihan itu terperanjat. Apa mungkin ini adalah serangan bom bunuh diri salah alamat?
"Apaan tuh?"
Jeratan Jevi ke tangan Gita mulai melemah. Mulai tercium bau asap dari lantai bawah. Dibanding mati dalam keadaan zina yang auto masuk neraka, Jevi langsung menyelamatkan diri dengan melompat dari ranjang untuk dapat mengatasi apa yang terjadi.
Gitapun juga begitu, dia rapikan pakaiannya yang berantakan. Lalu turun ke bawah secepatnya.
"Git Tv-nya meledak, kok bisa ya?"
Jevi sekarang sedang dihujani air yang keluar dari sprinkler karena dipicu oleh asap akibat meledaknya tv tadi yang untung saja tidak sempat membakar sofa di ruang keluarga.
"Gara-gara Om, bukan gara-gara Gita. Om yang jatuhin Tvnya tadi terus konslet dan akhirnya meledak."
Asumsi Gita ada benarnya, apalagi Jevi juga melihat ada gelas sirup yang ikut terjatuh akibat terjangannya yang melesat 10 menit yang lalu. Mungkin saja air itu yang berangsur-angsur menyusup ke bagian sensitif dari televisi lalu meledak.
"Aduh pada rusak mulu yang ada di rumah ini ya Git, kemaren hiu gue mati karena Akuarium bocor, mikrowave gue meledak karena lu masukin sebutir telur mentah, jam tangan gue pecah karena lu masukin mesin cuci, rumah gue hampir aja kebakar karena kompor gas bocor, dan sekarang Tv gue meledak tetap gara-gara lu yang bikin gue emosi. Bulan ini lu terancam nggak gue gaji lagi Git! Sorry manyori!"
"Gara-gara Om ya kali ini, masa gara-gara Gita mulu sih? Gita juga merasa dirugikan kali, nggak bisa nonton drama korea. Masih tinggal 2 episode lagi padahal."
Gita melipat tangannya sebal. Kenapa Om-om ini malah menyalahkan dirinya yang sudah hampir berubah. Lagian seminggu ini sudah tak ada barang yang dirusaknya dengan parah.
"Lu kayaknya musti kerja seumur hidup sama gue kalau lu ngerusak apapun lagi di rumah ini. Gaji lu itu harusnya minus Git, karena gue tau lu kerja di sini buat adik-adik lu di kampung, gue kasih lu pinjaman tiap bulan agar bisa ngirim ke kampung halaman. Tapi emang kelakuan lu itu saja tak ada yang benar dan untungnya gue masih punya jiwa kemanusiaan dan rasa berhutang budi sama Mbak Sumi karena sudah berjasa membesarkan gue dulu, makanya lu gue pertahankan."
Jevi sekarang membuka bajunya yang basah. lalu menyapu wajahnya yang dijatuhi tetesan air dari rambut klimisnya.
"Maaf Om, janji nggak bakal ngulangin lagi!"
Gita yang tadi marah akan kelakuan Jevi yang mencoba melecehkannya, sekarang menjadi mengiba-ngiba setelah sadar begitu berjasanya bosnya ini terhadapnya.
"Lu akan gue kuliahin Git, karena gue dengar universitas sudah buka pendaftaran. Tapi lu hanya bisa gue kuliahin dekat sini aja, biar lu masih bisa tetap bekerja di sini. Hutang lu nambah sih, tapi semoga di masa depan lu bisa cari pekerjaan lain dan nggak jadi pembantu terus-terusan."
Gita yang terharu dengan perkataan itu lalu menghambur menuju tubuh Jevi yang tak berbaju. Dia peluk laki-laki itu sekuat tenaga sehingga Jevi hampir kehabisan napas dibuatnya.
"Tadi aja nggak mau lu, kalau lu mau, gue bakal kasih lu insentif lebih dari itu! Mungkin tuh salah satu mobil di garasi bakal jadi milik elu."
"Maksud Om?"
"Tubuh lu bakal gue hargai dengan uang-uang yang gue punya. Asalkan lu mau ngelayanin gue sepenuh hati di ranjang," jawab Jevi ringan tanpa beban.
Idih, mulai bicara lagi setan dalam tubuh pria ini rupanya. Amit-amit jabang bayi kalau itu kejadian! Dibanding mendengarkan omongan panjang Jevi selanjutnya, Gita lebih memilih putar badan untuk tidur di dalam kamarnya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romansa"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...