Laut tak kering, gunung tak kempes, lembah tak tinggi, tapi fix hari ini Jevi sedang pusing tujuh keliling. Perjodohan ini benar-benar tak bisa dihindari karena aset Papi yang berada di perusahaanya itu bisa ditarik kapan saja jika dia berniat untuk lari. Sudah cukup dengan kerugian akibat kerjasama antara perusahaan Ayah Aluna dibatalkan, jangan sampai sokongan Papi Jevi juga terpaksa ditanggalkan. Bisa gulung tikar lama-lama usaha travel itu karena kekurangan modal apalagi mereka merencanakan menambah armada lagi untuk bulan depan.
Suram, sesuram langit yang tertutupi awan gelap sore ini. Jevi mencari cara untuk melepaskan stress dengan berkomunikasi dan meminta saran dari teman-temannya tapi handphonepun dia lupa letaknya di mana. Yang pasti memang dalam kondisi padam, tapi dia curiga jika HP tersebut ketinggalan saat dia dan Gita liburan.
Jevi perhatikan kendaraan yang berlalu lalang di depan rumahnya dari balkon lantai dua. Sialan amat emang, tanda-tanda bantuan yang datangpun kini tak terlihat, sejauh mata memandang hanya ada ketakutannys tentang perjodohan. Itu saja yang diulang-ulang.
"Jevi, mandi dulu ya, ntar lagi calon istrimu datang. Pakaianmu sudah disediain Bi Minah di kamar!"
Jevi menoleh sedikit ke arah sumber suara. Lalu kembali berkata dalam hati, "Ini tak akan berhasil bagaimanapun juga. Pilihan Mami selalu kacau dan tak berbobot."
"Jevi!" Mami Jevi mengeras karena merasa omongannya tak ditanggapi.
"Iya Mi, marah-marah aja, ntar lepas loh tuh benang yang Mami tanam kemaren. Iya Jevi mandi!"
Bagi Tresna, Jevi selama ini masih kekanak-kanakan meskipun secara usia dia sudah sangat matang. Memang kalau di luar rumah dia sangat disegani karena merupakan pemimpin dari perusahaan, sedangkan kalau di rumah dia adalah anak semata wayang yang manja dan selama ini harus dipenuhi apa saja kemauannya dari yang aneh sampai masuk logika.
Tresna berinisiatif calling-calling dengan calon besannya yang sudah dalam perjalanan ke rumah ini. Dia perhatikan sekitarnya untuk memastikan semuanya rapi dan bersih dari lantai sampai lampu gantung yang terletak di langit-langit rumah. Jangan sampai kayak rumah Jevi yang sempak dan BH dekat jendela, ditambah masih banyak debu yang bersilewaran di mana-mana. Perlu digarisbawahi, pembantu di sini telaten dan berdedikasi, beda dengan pembantu di rumah Jevi yang masih kurang pengalaman di sana sini, herannya masih mau anaknnya mempertahankan pembantu seperti Gita itu di rumahnya karena hutang budi pada Mbak Sumi.
Sempurna, semuanya sudah siap, rombongan calon besannya sebentar lagi datang, dan anaknyapun sekarang kelihatan tak akan menyerang. Hati Tresna terkembang, menurut pikirannya perjodohan ini kesuksesannya bakal besar, karena calon menantu yang dia sodorkan harusnya sesuai dengan kemauan anak semata wayangnya tersebut.
Tresna dan Nugraha sudah berada di ruang tamu, menunggu Jevi turun setelah berganti baju. Sesaat setelah Jevi turun dari tangga, Nabila sekeluarga juga menunjukkan batang hidungnya. Mereka bertiga turun dari mobil mewah BMW keluaran terbaru. Jevi yang melihat mereka bergantian menyalami keluarganya langsung terpikat dan terpesona. Dari keluarga yang taat beragama rupanya, benar-benar calon besan yang diidam-idamkan dari lama.
Akhirnya mereka semua duduk di sofa. Pandangan laki-laki buaya itu sudah melekat pada sosok Nabila nan anggun dan tak banyak bicara. Setiap mata Jevi berserobok dengan dia, wanita itu langsung menekur, tak menatap Jevi kembali. Dia lulus seleksi tahap pertama, sebagai wanita idaman yang selalu menjaga pandangan.
"Nak Jevi, jadi maksud kami ke sini untuk menjodohkan Nabila dengan Nak Jevi, mungkin Nak Jevi sudah tau dari orang tua Nak Jevi."
Suara bariton calon mertua Jevi tersebut seperti alunan surga begitu tenang tetapi tetap tegas diterima telinga. Kondisi Nabila dengan dua tahap ujian sudah dinyatakan lulus, keluarganya sepertinya berdedikasi sekali dan tentunya tak seperti keluarga calon mertuanya yang sebelumnya yang Maminya sodorkan. Suka angker perangainya, belum apa-apa sudah bikin gaduh karena terlalu heboh merongrong anaknya untuk dijodohkan dengan Jevi. Bahkan berencana bakalan ngadain pesta tujuh hari tujuh malam jika Jevi bersedia dinikahkan dengan anak perempuannya yang tingkahnya juga macam simpanse betina di musim kawin.
"Kami tak bisa memaksa, semua keputusan ada di Nak Jevi sama Nabila. Kami hanya berdoa proses taaraufan kalian berjalan dengan lancar."
Jevi sudah mengangguk-angguk, Nabila tetap menunduk, memang ini tipe wanita yang disukai Jevi, sholehah tingkah lakunya dan semoga saja di dalam gamis yang dipakainya itu ada lekuk tubuh seperti Basagita Dewani yang indah dan menghipnotis.
"Kami senang sekali Pak, kemaren Jevi ada pekerjaan mendadak ke luar kota. Maaf jadi nunggu di sabtu itu, sekarang dia sengaja cuti biar dapat ketemu Nabila."
Untung saja kini Jevi tersenyum manis dan terlihat sedikit merasa menyesal karena ketidakhadirannya sabtu kemarin. Biasanya kalau Maminya sudah mengarang bebas seperti ini, Jevi akan melipat keningnya, lalu kehilangan respek untuk meladeni pembicaraan selanjutnya.
"Iya Pak, Bu, Maafin saya karena kesibukan jadinya tak bisa hadir sabtu kemarin!"
Mereka sepertinya menerima dengan hati terbuka meski sebenarnya mereka tau persis Jevi minggat untuk menghadiri perjodohan ini. Tapi emang dasar keluarga pemaaf jadi mereka tak terlalu mempermasalahkan apapun dari sosok menantunya tersebut.
"Ibu dan Mami kamu ini sudah berkenalan lama Nak, kami dulu sebangku saat SMA, tetapi karena Ibu dan sekeluarga lama di Kalimantan jadinya kita jarang bertemu. Dan waktu ketemu lagi saat di bandara persis setelah Mami kamu nganterin Papimu ke Singapura untuk berobat bulanan."
Papi Jevi manggut-manggut setelah mendengarkan kronologis yang diterangkan oleh calon besannya tentang bagaimana mereka ini bisa berjumpa. Menarik sekali sepertinya sampai Mami Jevi tak kuasa mengulang memori ketika mereka masih SMA dulu.
"Dulu ingat nggak sih Sis, kita pernah janji buat jodohin anak kita nanti, ternyata sekarang jadi kenyataan."
Kalau ini seriusan sudah basi karena keluarga siapapun yang dibawa Mami ke sini untuk dijodohkan dengan Jevi itu saja yang diulang-ulang perkataannya. Jevi curiga Maminya ini adalah sales eksekutif anaknya, bahkan itu terjadi sebelum Jevi lahir di dunia.
"Gimana Jev, kamu jalanin dulu aja ya masa perkenalan ini. Insyaallah Nabila sudah siap semuanya. Sudah tinggal menjalani aja. Iya kan Bil?"
Papi Jevi ikutan bicara. Kata siap semuanya itu adalah angin segar untuk pria 38 tahun itu. Minimal di pikirannya kini, Nabila tak akan menyuruhnya menunggu untuk dibawa ke jenjang pernikahan. Akhirnya kesampaian juga niatnya untuk mengobok-ngobok perawan meski kalau dilihat dari umurnya Nabila sepertinya sudah tiga puluhan. Tapi tak apa-apa yang penting perawan yang selalu menjaga pandangan dan memelihara auratnya hanya demi suaminya seorang di masa depan.
"Iya insyallah Pak, kalau dari Nabila insyaallah sudah bersedia dan ikhlas menjalaninya."
Suaranya seperti dentingan harpa yang dimainkan malaikat dari surga, beda sekali dengan suara pembantunya di rumah yang cempreng dan suka berteriak layaknya siamang di hutan belantara. Jevi semakin terpesona, terpedaya, dan bersyukur dengan suratan takdir terbaik dari yang maha kuasa. Rasanya tak sia-sia dia menunggu wanita yang tepat selama 38 tahun demi mendapatkan calon bidadari surga yang ada di hadapannya ini.
"Nak Jevi, anak kami satu-satunya ini janda beranak dua, kedua anaknya perempuan, kami minta kesediaan dan kelapangan hati Nak Jevi menerimanya. Dia sudah bercerai dengan suaminya dua tahun yang lalu, suaminya sekarang sudah menikah lagi dengan wanita lainnya."
Kaki Jevi menjadi lemas seketika, ternyata hipotesisnya mengenai Nabila seorang perawan dapat dijungkirbalikkan saat itu juga. Ah, pernah diobok-obok rupanya dan pernah punya orok juga. Alamak, ini yang namanya untung tak dapat diraih dan bala tak dapat ditolakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romance"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...