Jevi mengelilingi tubuh gadis itu, memperhatikan setiap sisi yang menarik untuk dia ketahui. Rambut Gita yang diikat asal, dia buat terurai dengan cara melepaskan ikat rambut yang tadi melekat. Kini rambut ikal itu terkulai indah sampai melewati pertengahan punggung. Harum apel sudah tercium semakin kentara dari bau aroma rumah yang seperti hutan cemara. Jevi rapatkan tubuhnya di belakang tubuh Gita. Tapi Gita segera menoleh karena dipeluk secara tiba-tiba.
"Om, gimana? Kasih aja sama ponakan Om ya, emang bahannya melar, tapi melarnya juga nggak bisa dipanjangin lagi dan nggak cocok buat Gita Om, Gita nggak nyaman makenya."
Dada Jevi sudah menempel di punggung Gita sehingga gadis itu dapat merasakan ada yang berdetak kencang di situ. Di bokong Gita juga terasa ada yang mengganjal dari kepunyaan Jevi yang menegang. Sekarang tangan pria itu melingkar di perut Gita yang rata dan tertutupi oleh pakaian haram tersebut.
"Nyaman Git, tapi jantung gue nggak bisa santai kalau kita sedekat ini."
Jevi membisikkan kalimat itu ke telinga pembantunya tersebut. Gita merasa sedikit kegelian karena kumis Jevi bersentuhan dengan daun telinganya.
"Om, Gita ganti baju dulu ya, dingin!"
Gita ingin menarik tubuhnya dari dekapan Jevi yang semakin posesif. Tapi tak akan semudah itu, karena majikannya sudah mengeratkan rangkuhannya ke tubuh Gita.
"Nggak usah sayang, lu cantik pakai baju kayak gini. Gue suka!"
Muka Gita memerah, dia terjebak, sekarang pasti majikannya itu menginginkan tubuhnya bulat-bulat.
"Om, jangan sekarang ya? Gita nggak nyaman make baju ini!" Gita masih berusaha melepaskan jeratan Jevi di badannya yang berisi.
"Ya udah, buka semuanya di sini tapi ya?"
Jevi semakin sulit dikendalikan, tangannya sudah mulai bergerilya naik ke dada Gita. Lalu menyentuh bagian terlarang itu sehingga membuat Gita seketika kehilangan kontrol akan dirinya sendiri.
Titik itu adalah bagian kelemahan Gita, selain di bagian lehernya yang kini juga dikuasai Jevi setelah memindahkan sebagian rambutnya ke samping.
Ah ...
Desahan pertama Gita yang membuat Jevi merasa semakin bergairah. Laki-laki itu semakin kuat menghisap bagian leher Gita sehingga gadis itu jadi berkali-kali mendesah nikmat.
"Mau dibuka semuanya di sini Sayang?"
Lutut Gita sudah lemas, napasnya juga tak teratur, rasanya ada cairan yang menetes di pusat tubuhnya itu. Jangankan mengiyakan kata Jevi, apapun kata majikannya itu seperti tak masuk ke telinganya.
Ah ... ah
Sudahlah, Jevi menyerah menanyakan hal tersebut. Sekarang mata jevi terdistraksi dengan paha mulus pembantunya itu. Dia usap bagian tersebut dengan satu tangannya dengan lembut. Sedangkan satu tangan lagi masih pada gumpalan daging sintal di bagian atas.
Ah ...
Dia kembali mendesah saat tangan Jevi masuk dari bawah pakai haram itu. Sudah terlalu basah di situ, Gita sepertinya sudah siap untuk dipakai saat ini.
"Om, Gi .. ta nggak ku .. at!"
Gita terengah-engah, setelah jari Jevi mengacak-ngacak di bagian terlarang itu. Celana dalam itu semakin basah dan kini Gita memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah majikannya tersebut.
"Kenapa sayang?"
Jevi yang mukanya seperti orang mabok lem, sekarang kaget karena Gita sudah menariknya tekuknya untuk menyentuh bibirnya cepat-cepat. Wanita itu melumat dengan panas, sampai Jevi pun seperti kehabisan napas.
Gita belajar terlalu cepat, bahkan sekarang dia sudah tau bagaimana cara membuat majikannya itu semakin bergairah dengan sentuhan lidahnya di lidah Jevi yang selalu menginginkanya. Mereka awalnya hanya saling berpagut, tapi bukan Jevi namanya jika tak mengeksplorasi lebih jauh. Bagian pusat tubuh Gita hari ini perhasil disentuhnya walaupun masih terdapat batas sehelai kain untuk mencapai bagian tersebut. Tapi setelah disentuh beberapa lama, gadis bisa menunjukkan jika dia sudah melepaskan cairan hasil dari puncak kenikmatannya tersebut. Masih dalam dekapan bibir Jevi di bibirnya yang seksi, Gita seperti kehilangan energinya. Dia sedikit berteriak, dan celana itu semakin basah dan Gita tiba-tiba ambruk ke lantai saat itu juga.
"Om, Gita nggak bakal hamil kan?"
Dia keliatan kacau setelah tadi berapi-rapi menunjukkan hasratnya ke depan Jevi. Majikannya itu kini menatapnya dengan keprihatinan yang menjadi-jadi.
"Nggak sayang, lu nggak hamil kok, pegang ini ya?"
Jevi mengarahkan tangan Gita ke bagian celananya yang sudah menggembung. Gita tau bagian apa yang sedang dipegangnya itu, lalu dia sentuh dengan lembut.
"Anak pintar!"
Gita memang tak bisa melihat bagian itu sekarang, meskipun dulu dia pernah menatapnya saat kejadian pijat plus-plus itu. Tapi ada rasa nyaman saat dia menyentuh bagian tersebut.
"Mau liat, Sayang?"
Gita ragu, dia sekarang digedor-gedor ketakutan agar tak melakukan itu. Jevi menunggu keputusannya dengan sabar, sebenarnya laki-laki itu sadar, jika seorang wanita sudah diberikan hal tersebut, maka dosa-dosa berat berikutnya akan segera mengikut. Sangat sulit menahan jika pusat kenikmatan saling dipertemukan.
"Gita mau!"
Ah, Gita, itu berbahaya sekali untuk diketahui remaja seumurannya. Tangan Gita sudah mulai meraba celana Jevi, tapi majikannya itu segera menghentikannya.
"Gue udah cukup kok Git, cukup sekali. Ayo yuk sekarang saatnya kita bobo!"
Jevi menaikkan tubuh Gita yang tadi ambruk, tapi wanita itu langsung mendekap tubuh Jevi yang hangat.
"Om boleh nggak Gita menikah muda, Gita ingin ngerasain kenikmatan itu selanjutnya Om. Tadi Azhar bilang mau ngelamar Gita!"
Napas Jevi tercekat, dia perhatikan wajah wanita ini lebih dekat. Berita apa ini sebenarnya yang baru dia dengar, rasanya sekarang dadanya itu sedang terbakar karena kepanasan. Lamaran kata Gita? Bagaimana bisa anak remaja ini akan menikah dengan terlalu cepat? Majikannya yang sudah 38 tahun saja masih belum jelas mau memutuskan wanita mana yang akan dibawanya ke pelaminan.
"Gita, lu yakin?" Jevi tak bisa percaya dengan semua ini.
Gita mengangguk, "Gita tak mau kena hukum zina terus Om, Gita tau kalau nafsu Gita susah terkendali. Gita ingin melakukannya tanpa harus berdosa."
Jevi kehabisan kata-kata, anak ini memang sudah tau dengan kelemahannya sendiri. Tapi dia tak bisa mengangka jika Azhar yang selama ini tidak kelihatan dalam menyukai Gita bisa bikin strategi seperti perang bawah tanah yang tak pernah terprediksi pergerakan. Jevi benar-benar tak bisa mempercayai semua ini.
"Lu yakin Git, nikah itu bukan hanya masalah berhubungan badan loh, harus ada kesiapan yang matang dari dua belah pihak, gue takut lu kurang dewasa menjalaninya."
Gita kembali merapatkan tubuhnya pada pria dewasa tersebut untuk merasakan apa yang dia rasakan lebih lanjut.
"Om, Gita menginginka tubuh Om, Gita nggak mungkin bisa terus begini Om, Gita butuh orang yang jelas. Keluarga Om Husein itu memang kebanyakan nikah muda Om untuk menghindari zina. Tenang, Gita akan lunasi semua hutang-hutang Gita!"
Lutut Jevi lemas, dia rasa hatinya sekarang ditubruk rongsokan ratusan ton. Berat dan luka-luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romansa"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...