Oh, shit, kenapa Gita harus berdandan seperti itu, sehingga membuat pikiran Jevi yang pagi ini masih suci jadi ternodai.
Masih mending kalau mereka hanya berdua di rumah, tapi ini ada Dahlia yang sedang duduk berdekatan dengan tuan rumah. Kalau ingin menghukum kenakalan Gita, maka Jevi harus tahan diri terlebih dahulu, jangan sampai kecerobohannya berbuah petaka sehingga membuat calon istrinya itu murka dan malah memperpanjang perkara.
Jevi mulai gelisah, Dahlia resah, dan Gita tanpa ada sedikitpun dosa di mukanya meletakkan jus kemasan yang diambilnya dari karton dalam nakas ke depan mereka berdua. Tentunya Gita melakukan itu dengan percaya diri yang penuh, tanpa satupun bentuk ketidaknyamanan dari pakaiannya yang hampir separuhnya terbuka .
"Diminum jus nya Om, Kak Dahlia, Gita ke belakang dulu ya!"
Oh aduhai, saat Gita agak membungkuk, dua gumpal daging itu rasanya akan tersembul, terusan bawahnya yang sudah pendek itu terangkat sehingga celana dalam yang dipakainya mengintip sedikit, dan hal itu sukses membuat Jevi sesak napas sampai jakunnya naik turun tak beraturan.
Wanita itu pergi dengan begitu saja, dengan menghujamkan seribu satu kecemasan dalam perasaan Dahlia.
"Dia mainan kamu itu kan Jev?"
"Iya, sama kayak kamu dulu lah! Kalian tak ada bedanya sebenarnya."
Dahlia memandang Jevi tajam, dia sudah siap dengan kalimat ancaman.
"Kamu berani nyelingkuhi aku Jev sama dia, ntar aku bikin kamu malu loh ya!"
"Masa kamu tega gitu sih sayang, kamu rela aku nggak jadi nikahi kamu? Aku udah niat loh ini, besok kan kita mau fitting gaun pengantin buat kamu? Masa nggak jadi!"
Dahlia mulai termakan rayuan Jevi, tapi Gita yang mendengarkan percakapan mereka berdua di kamar samping ruang tamu ini menjadi lebih sakit hati. Mainan Jevi? Iya, dia mainan majikannya yang siap membuat hubungan Jevi dan dahlia porak poranda.
Gita akhirnya melangkahkan kaki kembali ke ruang tamu itu dengan niat yang lebih sadis daripada yang sebelumnya.
"Boleh Gita duduk Om? Gita takut sendirian di kamar. Ada nyi kunti!"
Gita merengek ke Jevi, cobaan laki-laki itu belum berakhir sepenuhnya. Sekarang dia membiarkan Gita untuk duduk di sofa single di hadapannya.
"Gita, kalau saya nikah sama Jevi, kamu nggak boleh barengan suami saya lagi ya. Saya soalnya ingin hidup normal dengan dia!" ucap Dahlia memperingatkan Gita.
"Nggak bisa, saya suka main-main sama dia Kak, saya senang bisa tiap malam tidur sama dia. Saya ketagihan tubuh calon suami Kakak itu."
Jevi menggigit bibirnya, dia berimajinasi liar dengan pernyataan Gita tersebut. Walaupun dia tau semua itu bohong, tapi penghayatan Gita tak bisa dipandang sebelah mata. Sikap gadis itu nakal luar biasa dan akibatnya ekspresi Dahlia benar-benar berubah karena percaya semuanya.
"Kamu jangan terlalu murahan sama calon suami saya dong. Saya ini calon istrinya."
Gita tertawa dan menyilangkan kakinya sehingga terusan bagian bawahnya semakin terangkat. Profesional sekali dia berperan menjadi wanita murahan dengan gaya yang paling menjijikkan.
"Calon suami kakak itu terus-terusan menggoda saya. Saya hanya menjalani saja dan tentunya menikmatinya karena dia memberikan saya semuanya!"
Dahlia ingin menjambak rambut Gita saking kesalnya perasaannya. Dia ingin acak-acak wanita yang menurutnya sangat kegatalan dengan calon suaminya itu.
"Sabar-sabar Lia, jangan sentuh Gita. Jangan pernah sentuh dia. Dia punya aku!"
Jevi menarik Dahlia agar kembali duduk pada posisinya semula. Janda itu kesal dengan semuanya. Tak ada sejarahnya, dia berubah posisi menjadi orang yang terzolimi. Selama ini dia lah yang sering menyiksa wanita, bukan sebaliknya.
"Om, ntar malam jadi kan? Gita udah nggak bisa nahan Om!"
Jevi ntah kenapa menjadi sangat bergairah mendengar ajakan Gita yang sangat menggoda imannya. Sampai-sampai dia lupa jika itu hanyalah pelengkap drama yang dibuat Gita.
"Iya dong sayang, pastilah. Masa nggak! Mau pakai gaya apalagi nanti?" Jevi menanggapi dengan napas yang sulit diatur, di dalam celananya itu sudah mengeras dan tak sabaran ingin segera dibebaskan.
"Terserah Om aja deh, apapun Gita puas kok!" jawab Gita dengan tatapan menggoda.
Dahlia gatal-gatal saat semakin lama menghadapi wanita kegatalan seperti Gita. Dia minum kembali jus buahnya di meja. Dia habiskan tanpa tersisa. Lalu tak lama dia rasakan perutnya melilit tak bisa ditahankan.
"Jev, kamar mandi di mana? Ah, sialan, aku baru ingat alergi protein birch pollen dari jus apel ini. Kamu sih asal ngasih aja, Git? Gimana sih pembantu kamu ini Jev!"
Dahlia memegangi perutnya. Dia sendiri yang lupa akan alerginya tapi Gita yang disalahkan tanpa berkaca dengan kesalahannya sendiri.
"Di belakang ya sayang, dekat dapur. Lama-lama ya, aku mau barengan sama sugar baby ku dulu."
"Sialan kamu Jev, tapi ...."
Dahlia segera berlari. Dia langsung mencari tempat untuk membuang hajat, sedangkan Gita sekarang berniat pergi daripada meladeni Jevi seorang diri.
***
"Sini aja sih, lu kalau mau ngehancurin orang jangan setengah-setengah Git. Nggak sayang tuh lu udah ngumbar aurat segitunya tapi gagal gitu aja. Sini lu duduk di samping gue."
Gita segera berpindah ke samping Jevi. Lalu menjangkau sebuah bantal sofa untuk menutupi pahanya yang hampir terekspos sepenuhnya.
"Nggak usah, akting lu bagus loh tadi, masa bakal lu gagalin segampang itu sih. Lu liat aja calon bini gue udah kepanasan gitu, sampai salah minum jus!"
Jevi melemparkan bantal sofa yang menghalangi pandangannya ke paha Gita. Gadis itu menarik ujung dressnya karena tak nyaman oleh tatapan Jevi pada bagian tersebut.
"Om, jangan pandangin Gita kayak gitu. Gita risih!"
"Cantik banget sih lu, udah siap nih untuk nanti malam?" goda Jevi.
"Idih, boongan juga, jangan dianggap serius kali!"
"Serius juga nggak apa-apa kok Git, gue dengan senang hati loh ngelayanin elu. Sampai lu lemes dan basah-basah bakal gue usahain dah. Sumpah!"
Gita risih melihat tatapan nakal Jevi ke tubuhnya. Dia merasa dilecehkan secara tidak langsung. Lebih baik dia beranjak dari ruang tamu ini baru kembali lagi setelah Dahlia selesai dari urusannya dari kamar mandi.
"Sayang, ada tissue wajah nggak?"
Suara Dahlia menggema di sebelah ruangan ini, Gita langsung menghambur ke tubuh Jevi, lalu melumat bibir majikannya tersebut tanpa berpikir panjang.
Jevi yang merasa dapat rejeki nomplok tentu saja tak akan melewatkan kesempatan itu karena dia benar-benar menginginkan hal tersebut. Mereka berbalas lumatan meski mereka sadar jika Dahlia sekarang menatap keduanya dengan ekspresi terkejut dan murka. Wanita itu segera menarik rambut Gita dengan kalap, Gita hampir terjungkal di pelukan Jevi, sumpah serapah lalu dilontarkan oleh Dahlia tanpa sedikitpun filter dari mulutnya itu. Gita mundur setelah mengusap saliva yang masih menempel di bibirnya, dia menang karena Jevi akhirnya dihujani pukulan dari tas yang dikenakan Dahlia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romance"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...