JANGAN LU LAKUIN INI KE COWOK LAIN!

3.1K 23 0
                                    

"Eh cantik amat, mau kemana Neng Gita?"

Gita hari ini ingin ke kampus. Dia memakai dress selutut dengan renda-renda yang menghiasi pakaiannya itu. Warnanya coklat muda, lengannya mencapai siku, dan tentunya sangat pas di badannya yang berisi. Tapi masalahnya, pakaian itu terlalu mencolok untuk dibawa ke kampus, apalagi nanti pasti dia akan ditandai para buaya cilik yang berasal dari mahasiswa yang hampir seumuran dengannya.

"Ke kampus Om, mau kemana lagi, kan mau pertemuan orang tua."

"Ganti! Gue nggak mau tau! Ganti!"

Jevi menarik Gita untuk kembali ke kamarnya itu. Dia bongkar isi lemari yang sudah tersusun rapi. Lalu mengeluarkan celana panjang kedodoran beserta satu buah kemeja kotak-kotak kebesaran di dalam lemari

"Pakai! Kampus bukan tempat kondangan Basagita Dewani. Lu hanya boleh pakai dress yang gue beliin itu bareng gue. Kalau lu hanya sendiri keluar rumah maka gue nggak izinin lu pakai pakaian itu!"

Bibir Gita mengerucut, mukanya sudah kecut. Jevi lalu keluar dari kamar pembantu. Menunggu Gita selesai berganti baju. Lalu laki-laki itu kembali terpukau dengan pembantunya itu.

Ah, dia masih memakai lipstik merah menyala yang dibelinya di pasar malam. Daya tariknya sangat kuat di bibirnya yang keriting, bisa bahaya jika para laki-laki berfantasi dengan bagian tersebut.

"Lu kenapa masih pakai lipstik ini sih, kan udah gue beliin dengan yang baru!"

"Bagus Om!"

Ya Jevi juga tau itu bagus, meskipun warnanya kayak lipstik biduan pantura, tapi jika Basagita yang memakainya, jadi lebih menantang dan menggoda saat dipandang mata.

Jevi melangkah dengan perlahan, menuju Basagita yang tiba terdiam sambil menatap lekat mata majikannya tersebut. Seperti terhipnotis untuk beberapa saat, lalu tak disadari jaraknya dan Jevi menjadi semakin dekat.

"Ada apa Om?" ucap Gita penasaran.

Bulu mata Jevi yang lebat terlihat bergerak-gerak. Lalu dia usap bibir Gita dengan telunjuknya yang panjang. Gita baru mengerti mengapa Om-om itu mendekati tubuhnya ini.

"Makasih Om, padahal Gita bisa sendiri!"

Gita naikkan tangannya untuk mengusap sisa lipstik yang masih melekat agar Jevi tak usah melakukan hal tersebut. Lagian dia jadi merasa anak manja saat melakukan hal mudah saja harus dibantu oleh Om-om itu.

Jevi menyingkirkan tangan Gita yang akan menyentuh bibirnya sendiri. Gadis itu memandang Jevi karena tak terima. Sedangkan jemari Jevi tetap mengusap dengan lembut sekali.

"Om kalau ngusapnya gitu mah, kapan mau kelar, biar sini sama Gita aja."

Jevi menarik pinggang Gita, jarak mereka bertambah dekat. Bibir Jevi sudah menempel ke gadis itu dan melumat. Gita yang awalnya sempat kaget, akhirnya juga membalas lumatan itu sehingga semakin panas. Tangan gita sudah dikalungkan ke pundak Jevi. Lalu tak lama Jevi mengangkat kaki gadis itu agar bertopang ke pinggangnya yang kokoh. Dan posisi Gita yang sekarang lebih tinggi, dan juga semakin nekat memagut bibir Jevi yang tipis dan bermain-main dengan lidah majikannya tersebut.

Rasanya seperti dibawa ke surga oleh majikannya tersebut setiap mereka melakukan sentuhan fisik seperti itu. Rasanya semakin lama tak pernah biasa dan selalu membuat Gita semakin ingin mencobanya lagi dan lagi. Selalu berhasil membuat dadanya bergejolak, tak pernah tidak, meskipun Gita tak bisa menerjemahkan apa yang ada di perasaanya. Namun, berbeda lagi dengan Jevi yang merasa separuh hatinya sudah diambil dengan wanita ini.

Jevi turunkan Basagita saat kakinya sudah lelah mengangkat gadis ini. Dia perhatikan wajah kecewa dari muka Gita yang cantik dan semakin menarik.

"Om, kok segitu doang?"

Jevi tersenyum dan berpikir jika Gita sudah kecanduan ciuman. Serba salah sebenarnya, tapi selama gadis ini hanya melakukan dengan dirinya seorang sih tak masalah. Namun, kalau bersama orang lain terlebih si Fares, entahlah, mungkin Gita sudah ditelanjangi habis-habisan.

"Gue nggak bisa lagi Gita sayang, ntar kalau lu rusak di tangan gue gimana? Bahaya kan?"

Gita sebenarnya bukan ingin dirusak, tapi dia hanya ingin dihisap di bagian leher dan dijilati daun telinganya sama seperti yang Jevi sering lakukan terhadapnya. Tapi itu tak mungkin dilakukan Jevi berhubung dia akan membawa Gita ke kampus hari ini.

"Ya udah deh, ayo Om, berangkat!"

Jevi tersenyum. Gita sepertinya lupa daratan, lupa akan dirinya, dan juga lupa apa yang harus dijaganya, karena semakin lama, gadis ini sudah menganggap Jevi sebagai zona nyamannya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Ada perasaan menyesal sebenarnya karena membuat Gita menjadi begini, tapi mau bagaimana lagi, wanita ini terlalu menggoda untuk tidak disentuh oleh seorang Jevi.

"Git, gue bilangin ke elu. Kalau sama orang lain jangan pernah lu coba melakukan itu. Cowok dijamin akan lebih mudah mencampakkan lu, karena mereka nggak bakal penasaran lagi sama lu."

Gita yang berjalan duluan jadi terganggu dengan sifat keposesifan Jevi. Tapi dia tetap mengiyakan agar tak ada perdebatan di pagi ini.

"Iya Om, bawel deh ah."

Jevi agak lega, lalu dia pegangi tangan Gita sampai ke depan pintu rumahnya itu.

***

Seperti biasa, Jevi akan selalu menggandeng Gita sampai ke tempat yang telah ditentukan untuk pertemuan ini. Banyak orang yang beranggapan jika dua manusia itu adalah sosok ayah dan anak yang akrap. Walaupun tidak mirip, Jevi yang memakai jas yang tak dikancingi, tetap saja terlihat seperti duda keren yang punya satu anak yang manis dan juga patuh.

Tentu saja berbeda dengan pandangan Fares yang sudah tau semuanya. Laki-laki itu bisa bilang jika Gita adalah sugar baby-nya Om-om yang tinggi itu. Lagian dugaan itu berdasar, Basagita yang tak punya hubungan keluarga dengan Jevi, dan tentunya mereka berdua mungkin saja melakukan hal yang lain setelah pengakuan dari Gita tentang Jevi pernah ngapain saja dengannya.

Fares melirik ke arah Basagita yang memasuki ruangan dengan Om nya itu. Gita lalu melirik Fares yang terlihat lebih tampan dibandingkan biasanya dengan tersenyum manis. Mereka curi-curi pandang di sepanjang acara, antara bangku kedua dari depan sebelah tengah dan bangku pertama yang letaknya dipojokan tempat para pejabat manajemen berdiam diri. Gita senyum-senyum sendiri saat melihat Fares yang rupawan berkedip ke arahnya, Jevi yang menyadari jika anak walinya ini sedang tebar pesona langsung mengerahkan tenaganya itu meremas tangan Gita tanpa aba-aba. Hampir saja gadis itu terpekik dibuatnya.

"Om, sakit!" keluh Gita seketika itu juga.

"Siapa suruh elu ngegoda duda itu! Gue nggak segan-segan ya Git, buat keluarin lu dari sini!"

Omongan Jevi itu pelan, tapi tajam seperti belati yang menembus sampai ke jantung. Gita luruskan duduknya untuk mendengar kata sambutan dari dekan. Gita sebenarnya sudah tak konsen karena pria oriental ini mengganggu fokus perhatiannya. Tapi dia bersabar sampai acara ini diselesaikan.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang