SINI OM HIBUR!

937 9 0
                                    

"Gue udah bilang kan dari dulu, jangan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Lu aja sih yang ngeyelnya minta ampun. Ya ini nih yang gue takutin sama lu dari dulu. Lu nggak konsen ngapa-ngapain kalau kisah cinta lu berakhir. Kalau kayak gini, jadi nyesal gue kuliahin elu!" keluh Jevi pada anak walinya itu.

"Yang bikin berakhir siapa ya? Om juga kok, tapi malah nyalahin Gita."

Gita tak terima dengan kalimat yang menyudutkan dari Jevi. Sekarang dia lipat tangannya di bawah dada sembari menatap kesal ke arah majikannya tersebut.

"Ya, kan yang mau juga elu. Lu kok yang minta-minta disentuh sama gue kalau udah gue serang. Ya. Bukan salah gue dong. Gue kan jujur aja ngasih tau semuanya ke Azhar. Gue kasihan aja ke dia kalau dia dapat bekas gue. Jadi intinya, lu itu bukan orang yang tepat untuk dia, dan dia juga bukan orang yang tepat buat lu. Simpel kan?"

Gita bangkit dari kursi, kembali menyandang tasnya dan segera berlari keluar toko es krim ini. Jevi awalnya berusaha mengikuti arah langkah Gita, tapi sial gadis itu bisa lolos dari pengejaran majikannya tersebut. Gita lebih baik pulang untuk menenangkan diri, dibanding harus mendengarkan ocehan Jevi yang ingin menang sendiri.

***

Jevi memijit kepalanya karena pening. Lagi-lagi usahanya melunakkan hati Gita berbuah kegagalan. Dia longgarkan dasi yang terikat di kerah kemejanya. Otaknya mulai berpikir bagaimana caranya menaklukkan anak remaja yang beda generasi dengannya. Mengapa rasanya lebih sulit merayunya dibandingkan merayu investor untuk bisa menanam uang di perusahaannya. Dan yang paling tak masuk di akal, kenapa juga gadis yang disukainya itu tak tertarik sama sekali dengan apapun pemberiannya, wajahnya, maupun kemanisannya yang sudah diusahakan sampai overdosis. Jangankan tertarik, gadis itu malah keliatan jijik saat menanggapi Jevi yang sebenarnya sudah berusaha setengah mati.

Pintu tak diketuk, sebelum seorang wanita berumur 65 masuk ke ruangan tersebut. Wanita ini ternyata sudah mengganti warna rambutnya dengan kuning blonde, soft lensenya biru relaxa, bibirnya sepertinya baru selesai difiller agar lebih tebal, dan tentunya tak ketinggalan dengan eye lash extension nya sekarang yang seperti bulu mata unta karena saking panjangnya melekat di garis kelopak mata.

Jevi belum selesai dari keterkejutannya, tapi wanita itu sudah menghempaskan satu buah keping vcd ke atas meja. Keningnya sekarang berlipat ganda, menatap Jevi dengan tatapan menghina.

"Mami nggak tau lagi kamu musti bagaimana Jev. Wanita ini semalam datang nangis-nangis sekaligus mengancam Mami dan meminta kamu menikahi dia."

Jevi mengambil keping vcd tersebut, otaknya langsung terkoneksi dengan masalahnya dengan Dahlia.

"Kamu nggak ada kapok-kapoknya ya bikin masalah dengan banyak wanita. Kamu tau kan siapa wanita ini, orang yang mengambil Fiqi dari Nabila. Wanita parasit yang bikin semua laki-laki yang didekatinya menderita dan hartanya habis. Kamu salah mencari lawan Nak, sekarang Mami tak yakin bisa membantu kamu lagi!"

Oke Dahlia. Manusia yang pernah ditemuinya 1 tahun yang lalu dengan manis dan sekarang manusia tersebut siap membuat hidup Jevi berakhir tragis.

"Mami malu loh Jev sama kenakalan kamu itu. Belum selesai malu Mami sama orang tuanya Nabila, sekarang Mami harus siap malu sama orang se-indonesia. Oh Tuhan, mau diletakkin kemana muka Mami. Gini loh Jev, malunya itu sampai anak cucumu loh nanti, jejak digital itu kejam. Tau nggak, kalau Papimu sampai kumat lagi saat mendengarkan kabar tersebut. Kita udah berusaha ngasih sogokan tapi dia tetap tak mau Jev, dia ingin kamu menikahinya. Itu saja!"

Jevi rasanya seperti ingin mati saat mendengar keluhan orang terdekatnya itu. Sepertinya masalah ini tak bisa dibilang hisapan jempol belaka, karena ini nyata berbahaya. Dan lebih parahnya lagi keluarga Nugraha tak bisa menyogok Dahlia dengan harta benda.

"Mi, Jevi mohon maaf, karena Jevi udah ngecewain Mami! Tapi Jevi bakal berusaha agar masalah ini kelar kok Mi, Jevi jamin Dahlia tak akan bisa menyebarkan rekaman VCS itu dan mempermalukan kita semua!"

Jevi berusaha menenangkan Tresna yang hampir murka. Jevi tau Maminya ini pasti kecewa atas semua tingkah nakalnya dengan banyak wanita. Tresna akhirnya pergi begitu saja tanpa adanya salam perpisahan. Mami Jevi itu seperti orang yang menyerah, ingin marah sudah percuma. Tak mungkin lagi anak umur segitu diatur-atur karena seharusnya di usia segitu Jevi sudah dewasa.

***

Jevi pulang terlalu larut, jangankan mengajarkan Gita belajar, dirinya sendiri sudah kewalahan dengan kelelahan yang mendera. Dia baringkan dirinya di sofa ruang tamu dengan segera. Dia akan beristirahat di sini untuk sementara, sebelum menuju lantai dua dan terlelap di sana.

Ya ampun, ini sudah hampir jam dua. Tapi sepertinya Gita belum terlelap juga. Sebuah suara isakan tipis terdengar sampai ke ruang tamu tempat Jevi berada. Laki-laki itu terpaksa kembali mengangkat tubuhnya untuk menemui Gita di kamarnya.

"Git, lu belum tidur?"

Jevi mengetuk pintu kamar tersebut dengan terburu-buru, tiba-tiba suara isakan tersebut tak lagi terdengar.

"Gita, boleh gue masuk? Lu jangan bersedih sendiri ya sayang. Sini Om hibur!"

Gita menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut hangat, pura-pura sudah terlelap, agar Jevi tak lagi bisa memaksa masuk ke dalam kamar.

Tak lama Jevi pergi begitu saja setelah anak walinya itu tak juga menjawab. Sudahlah, mungkin ini adalah saat untuknya beristirahat dan menuju lantai dua dan bersidekap dengan lelap.

"Om .... "

Jevi menghentikan langkahnya saat menaiki anak tangga. Gita dengan mata bengkak sudah ada di bawah tangga.

"Kenapa Git?"

"Gita diputusin Azhar karena Om, Om musti tanggung jawab!"

Jevi menghela napasnya lelah. Jangan sampai ini jadi tambahan masalah. Sudah cukup rasanya dengan semua masalah manajemen kantor, maupun masalahnya Dahlia yang harus ditangani secepatnya.

"Git, gue capek banget hari ini nyari uang buat kita bersama. Gue minta maaf ya atas semuanya."

Jevi menuruni tangga dan menghampiri Gita yang kembali terisak. Ya Tuhan, dari semua keegoisan yang Jevi perbuat akhirnya dia mulai tersadar dengan akibat semua perbuatannya tersebut. Gita benar-benar menggenaskan sekali kelihatannya.

Pakaian Gita yang dipakai sewaktu ujian tadi tidak berganti, bibirnya pucat pasi, rambutnya seperti permen kapas, matanya seperti mata kunti sembab dan hitam di bagian bawahnya, sekarang gadis ini menghampiri Jevi lalu memukul-mukul majikannya itu bertubi-tubi. Namun Jevi mencoba menahan rasa sakitnya, sampai kemarahan Gita berakhir padanya.

"Om, ngehancurin hidup Gita, harapan Gita, semuanya!"

Jevi menerima pukulan itu meski badannya terasa sakit menggerunyam. Namun Gita sepertinya sudah pantang mengakhiri serangan tersebut begitu saja.

"Udah Git?" kata Jevi sambil menahan perih yang terasa meletup-letup.

"Belum!"

"Ya udah lanjutin aja, sekalian lu ambil tuh pisau di dapur. Lu bunuh aja gue sekalian, kan lu nganggap gue lebih nggak ada artinya di hidup lu dibanding Azhar yang baru lu kenal itu!"

Gita berhenti. Jevi langsung terjerembab jatuh ke lantai. Laki-laki itu terdiam, hancur, dan Gita langsung memeluknya dengan tangis yang semakin terisak.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang