Laki-laki itu separuh berlari, dia tak akan bisa mendustai perasaannya. Meski sudah tidak bertemu lebih dari 10 tahun lamanya, tetap saja wanita itu masih terkenang dalam lubuk hati terdalam. Tak akan terganti, meski dia sudah tiga kali ganti istri.
Wanita itu Andira kurnia, seorang yang cantik dan menghabiskan hampir seperempat hidupnya dalam penjara dan rumah sakit jiwa. Kasusnya sih lumayan juga, percobaan pembunuhan. Pasal yang menjeratnya adalah 53 KUHP, ya meski masih tergolong pembunuhan yang tidak selesai, tapi tetap saja korbannya sudah luka-luka, sekarat, dan hampir mampus jika tak ditangani dengan segera.
Ah cinta memang bisa membuat manusia bertindak nekat. Dari yang awalnya hanya cemburu buta, akhirnya mata pisau bertindak cepat. Andira menyerang seseorang yang dia curigai sebagai penghancur hubungannya dengan Jevi, tapi sayangnya orang yang dicurigainya itu seratus persen tak ada hubungan serius dengan pria yang dicintainya. Anna sebagai korban kebrutalannya hanya seorang mahasiswa yang merangkap menjadi pengantar makanan, sering tanpa seragam, dan saat itu hanya berurusan dengan Jevi hanya sebagai pelanggan. Kebetulan Jevi sangat suka dengan cita rasa restauran tempat wanita itu bekerja.
Andira yang dipersakit oleh kecemburuannya sampai berbuat gila. Dia tusukkan pisau tajam ke perut Anna, seketika darah dari rongga abdomennya muncrat, tubuh tegap wanita itu tergolek di gang tempat biasanya dia lewati sebelum mencapai kos-kosannya, dan seketika wanita itu hampir tewas kehabisan darah. Jika tak ada tukang ojek pangkalan yang membantunya menghadapi keganasan Andira, maka bisa dipastikan Anna saat itu susah mati konyol saat itu juga.
Andira yang kalap sekaligus gelap mata tak akan bisa merencanakan pembunuhannya lebih rapi selain menyerang secara langsung. Yang ada di pikirannya saat itu, Andira rela dihukum mati asal dapat memastikan wanita yang dicurigainya itu berhenti bernapas di tangannya. Sampai segila itu ambisinya terhadap pria yang bernama Jevi.
Sedangkan Jevi, teman dari teman Andira yang baru datang tadi, tentunya tak peduli sama sekali. Laki-laki itu tetap berpetualang dengan banyak wanita, tak sekalipun mengacuhkan Andira yang terbawa perasaan. Sama sekali tidak, meski saat itu Demian sudah mengatakan jika Andira sangat menderita akibat kehilangan Jevi di hidupnya.
Sekarang Demian duduk di depan wanita itu. Setelah Andira sudah bebas dengan segala bentuk pelanggaran hukum yang menjeratnya dan penyakit kejiwaan yang akhir-akhir ini menjangkitinya. Depresi beratnya sudah sembuh, tapi belum tentu dengan dendamnya yang sudah terpupuk.
"Bagaimana Jevi?"
Pertanyaan pembuka itu membuat Demian menahan napasnya. Alih-alih Andira menanyakan kabarnya, malahan wanita itu menanyakan saingannya sendiri, dan sialnya saingannya itu adalah sahabatnya sendiri.
"Baik, dia mau nikah sekarang sama janda, bentar lagi kabarnya!"
Andira tersenyum miring, dia sudah menemui wanita yang dimaksud Demian tersebut. Di depan rumah Jevi, wanita itu sudah mengakui sendiri jika dia adalah calon istri dari laki-laki yang Andira cintai.
"Dia semakin tampan ya, aku tak sabar untuk bertemu dia lagi. Kamu bisa antarkan aku ke dia kan Yan?"
Demian mendengus, dia sebenarnya tak mau kejadian 11 tahun yang lalu terulang kembali. Gara-gara dulu Andira dikenalkan dengan Jevi, yang terjadi adalah gebetannya itu malah jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri.
"Ra, udah ya. Jevi itu sekarang lagi rumit. Hatinya sudah dimiliki orang lain. Kamu buka lembaran baru ya?" saran Demian dengan setulus hati.
"Dahlia?"
"Kok kamu tau Dahlia? Wanita yang dicintai Jevi bukan calon istrinya. Hati teman aku itu dimiliki wanita lain!"
'Sialan, wanita keparat sok cantik itu ternyata sudah membohonginya dengan mengaku-ngaku jika Jevi sudah jatuh ke kakinya,' rutuk Dahlia dalam hati.
"Jadi siapa kalau bukan dia?" tanya Andira penasaran.
"Cewek itu udah pindah sih sekarang ke luar kota. Tapi Jevi bucinnya kelewatan sama cewek itu. Aku tau Ra, kalau Jevi sudah bertemu dengan cinta sejatinya. Kamu move on ya?"
Andira menghentakkan kakinya ke lantai, dia kembali seperti orang yang kehilangan akal sehat. Mukanya berubah mengerikan dan penuh dendam kesumat.
"Dimana dia? Siapa namanya? Dan apa haknya mendekati Jevi!"
Demian seperti ditampar. Jevi dalam keadaan bahaya. Andira pasti belum sembuh sepenuhnya. Wanita itu bisa saja menghabisi satu-satu dari mereka semua.
***
Satu paket datang, diambil seorang wanita yang sedang menimang anaknya yang masih batita. Dia masukkan paket itu segera ke rumahnya. Pikirannya kini bertanya-tanya tentang siapa gerangan yang mengirimkan paket itu padanya. Akhir-akhir ini dia tak berbelanja online, hari spesialnya juga masih jauh, dan juga tak mungkin juga teman-temannya tiba-tiba mengirimkannya hadiah karena sejak pernikahannya kedua Dahlia sudah memutuskan hidup menyendiri agar tak terpengaruh dengan pandangan sebelah mata dari orang-orang yang selalu mencapnya sebagai orang ketiga.
Pengantar paket ini sih agen resminya. Tapi nama pengirimnya hanya nama Rima yang tertera. Wanita itu berpikir berkali-kali Rima mana yang dikenalnya selama ini.
Rima tok, tak ada kepanjangan. Dia letakkan anaknya di kereta bayi. Untunglah, anak itu tak rewel ketika tak terlalu dekat dari jangkauannya. Dia ingin membuka kotak itu secepatnya, dan tadaaaaaa, satu kain berlumuran darah menyambutnya, beserta satu kalimat ancaman yang ditulis dalam secarik kertas.
KEMBALIKAN JEVI, KAMU WANITA SIALAN, JANGAN MENGAKU-NGAKU MENJADI ORANG YANG DICINTAINYA.
Dahlia terkekeh, dia tak takut dengan gertakan tersebut. Tak akan pernah menciut hanya karena satu gertakan murahan yang seperti ini. Ternyata Andira yang tak sengaja ditemuinya di depan rumah Jevi beberapa minggu lalu sudah mulai menabuh genderang perang. Hadapi saja, siapa takut!
Sesama manusia nekat tak ada kata menyerah meskipun nanti akan ada pertumpahan darah. Bagi Dahlia, Andira tak akan ada apa-apanya dibandingkan dia yang sudah melangkah jauh sampai dia dan lelaki itu sebentar lagi akan menikah. Lah Andira siapa, hanya seorang wanita yang sangat terobsesi dengan Jevi tanpa bisa memiliki sepenuhnya.
***
Hari berjalan cepat, Gita yang awalnya bertekat resign dari tempat pria blasteran itu, mulai terbiasa dengan beberapa tantangan yang ada.
Tak terasa, sudah seminggu berlalu meski hidupnya dipenuhi dengan peluh mengurus anak balita itu disertai dengan ketusnya majikannya yang blasteran itu. Tapi Gita masih beruntung karena di dalam rumah, dia dan Bi Minah menjadi teramat dekat, hubungan mereka sudah seperti Ibu dan Anak walaupun tanpa hubungan darah yang menyertai keduanya. Wanita itu sering sekali mewanti-wanti Gita dengan bahasa yang sangat enak untuk masuk ke telinga dan tentunya saat dimarahi Keenanpun Gita selalu merasa ada penyerta, tempat dia mengadu dan menghempaskan semua beban yang ada selama jadi pekerja.
Sore ini, Alvaro sudah bisa memanggilnya dengan sebutan Gita, dari sebelumnya dia memanggil pengasuhnya itu dengan sebutan 'anda' dengan hati yang tinggi; Meniru Keenan yang semena-mana. Tapi Gita tetap bahagia, dia optimis jika anak tersebut sudah membuka hatinya.Kerja kerasnya sedikit terbayarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romance"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...