Makan pagi yang indah, lengkap dengan suara deburan ombak dan matahari yang bersinar dengan cerah. Sepasang manusia sudah duduk berhadap-hadapan dengan hidangan sarapan yang cukup lengkap untuk mereka makan. Memang tak sebanyak semalam, tapi satu piring besar nasi goreng, mie goreng, salad, beserta pelengkap seperti sosis, telur mata sapi, dan acar pun sudah membuat sarapan terasa lebih nikmat dibanding sebelum-sebelumnya.
"Hobi amat ya lu mencampur-campur makanan?" tanya Jevi penasaran ketika Gita mulai mengambil satu-satu hidangan itu dan dicampurkan ke piring ceper dihadapannya.
"Enak tau Om kalau kayak gini, rasanya extraordinary, emang Om mau nyoba?"
Jevi menggeleng tanda menolak tawaran dari pembantunya tersebut. Lalu dia kembali kembali fokus pada hidangan yang ada di depannya.
"Git, lu liat yang dijodohkan sama gue orangnya kayak gimana nggak kemaren?"
Gita menyatukan alisnya, fokus mengingat-ngingat orang yang ditemuinya kemaren di rumah mewah tersebut.
"Om dijodohin?"
"Iya, makanya gue kabur ke sini!"
Gita yang baru tau apa tujuan Jevi pergi dari rumah, kini langsung mengangguk-angguk tanda mengerti. Sebelumnya Gita kira yang datang itu adalah saudara dari majikannya yang berniat bersilaturahmi.
"Bentar Gita ingat-ingat dulu, yang perempuan waktu itu cuman ada Gita, Mami Om, Ibu-Ibu satu lagi yang Gita nggak tau, anak kecil yang sepertinya berumur 3 tahun, dan oh ya, ada lagi Mbak-mbak yang cantik pakai kerudung ungu. Kayaknya itu yang akan dijodohin sama Om," jawab Gita sambil mempertemukan alisnya yang tebal.
"Kerudung?"
"Iya, kerudungan Om, lumayan panjang kerudungnya, ukhti-ukhti solehah sepertinya."
Jevi mulai tertarik, bayangan wanita itu spontan mengingatkannya pada sosok Aluna; mantan pacarnya.
"Oh gitu, ya udah deh!"
"Om jadi pengen dijodohin ya?" tanya Gita penasaran.
"Gue sebenarnya pengen tau aja dia kayak apa, itu doang!"
Gita menekur lalu kembali memutar-mutar mie gorengnya dengan garpu, ada perasaan mengganjal yang menyusup, tapi dia tak bisa menerjemahkan apa itu.
Makan pagi kembali diam, hanya ada suara dentingan antara piring, sendok, dan garpu. Keduanya sibuk dengan santapannya masing-masing, bahkan Gita masih sempat-sempatnya nambah padahal dia sudah ngegadoin makanannya sampai dua piring.
---
"Om, Gita udah mandi, jangan siram-siram sih, Om!"
Gita merasa terusik karena Jevi terus mengganggunya saat duduk di kursi santai dekat kolam renang. Majalah yang sedang dibacanya menjadi basah, bahkan bajunya juga ikutan lembab, karena Jevi tak henti-hentinya memercikkan air ke arahnya.
"Om basahkan majalahnya. Belum selesai dibaca loh ini!"
Gita ngedumel karena Jevi terus-terusan mengganggunya. Menurutnya, Om-om ini sudah kelewatan karena sejak tadi diperingati tapi masih tak paham-paham.
"Alah lu baca majalah gosip doang tapi seriusnya kayak orang mau ujian nasional. Padahal dengan baca itu, otak lu nggak bakal jalan cepat juga!"
Gita bangkit dari kursi santai, lalu menenteng majalah tersebut dan berniat pergi menjauh dari majikannya yang rese ini.
Tak semudah itu ternyata, karena Jevi sudah berenang ke tepian, lalu menaiki tangga kolam renang untuk mengejar wanita tersebut.
"Om, jangan pegang-pegang, badan Om basah semua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romance"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...