CEPAT HAMIL YA LU!

1.5K 13 0
                                    

Ini seperti bulan madu untuk Jevi dan Gita. Pasangan yang belum menikah tersebut menghabiskan waktu mereka layaknya pasangan yang sah. Ruangan 4 kali 5 ini menjadi saksinya. Dari kamar tidur sampai kamar mandi sudah mereka jelajahi dengan birahi yang membuncah. Jevi seperti menemukan partner mendesah yang hebat saat bersama Gita. Wanita itu dapat diajari dengan mudah, bahkan dia mampu berinisiatif sendiri untuk membuat Jevi semakin bergairah. Bagi mereka berdua, hari ini terlalu indah, tentunya sebelum Gita menyalakan kembali telepon selular jadulnya untuk mengetahui nasib adik-adiknya di rumah.

"Om, Gita kayaknya harus pulang. Adik Gita nungguin Gita di rumah!"

Gita memeluk Jevi yang sedang merokok di bibir ranjang. Rambut mereka masih sama-sama basah setelah mandi bersama tadi sembari bercinta.

"Git, di sini aja ya untuk malam ini. Please! Esok pagi gue udah balik lagi loh Git. Dan gue nggak bisa mastiin kapan kita ketemu lagi."

Gita menghela napas panjang. Kini Jevi menoleh ke arahnya dengan tatapan yang memelas, wanita itu semakin tak bisa membuat keputusan tegas.

"Om, Gita takut kalau nanti diintrogasi Amri lagi. Emang Om ada solusi lain?"

"Bilang aja lu tidur bareng gue dan kita akan segera menikah!" jawab Jevi pasti.

"Om, itu bukan solusi, yang ada Amri nanti akan marah."

"Lah terus mau solusi gimana Gita, lu mau gue menyusup ke rumah lu saat lu pulang? Gue yakin bakal roboh tuh rumah, kalau kita sama-sama lagi kepengen. Kan lu tau kalau kita sama-sama heboh Git, dan kita ini bukan pemain yang tenang pada aktivitas ranjang. Iya kan?"

Muka Gita memerah. Tatapan Jevi kini terlalu menghipnotis. Ntah kenapa saat menatap laki-laki yang dua kali umurnya itu, Gita sekarang merasa Jevi adalah miliknya seorang.

Jevi bangkit untuk menyodokkan puntung rokoknya ke asbak di meja, lalu menghambur ke hadapan Gita yang menunggu di sudut ranjang. Bibir mereka kembali beradu, pakaian mereka kembali tanggal, berserakan tak tau arah, dan sekali lagi mereka merasa dunia hanya milik berdua. Bulir keringat kembali membasahi tubuh, cairan cinta membuat basah, stress terkuras sudah, dan mereka kembali susah untuk kembali berpisah.

***

"Git lu bawa barang-barang ini pulang Git, gue udah bawa ini susah-susah dari Jakarta loh ya, dan lu malah seenaknya nyuruh gue bawa lagi ke rumah, tega lu!"

Gita kembali mengecek sekardus barang yang disodorkan Jevi di depannya itu. Di sana ada barang berupa rapor, sertifikat fisik, baju-baju, dan alat tulis milik Gita, Amri dan Cika.

"Om, Gita takut, ntar kalau Amri marah gimana. Keberadaan kardus ini bisa bikin dia menyimpulkan Gita sama siapa kemaren malam sehingga tak pulang ke rumah."

Jevi memegangi kepalanya sendiri, dia pusing karena sebelum mereka berpisah masih ada perdebatan yang bersumber dari penghalang hubungan mereka ke depannya. Jevi memang bisa memiliki Gita di ranjang, tapi tetap saja urusan restu untuk ke depannya masih panjang.

"Git, ya udah gini aja, lu kirim ini ke ekspedisi, tulisin nama gue dan alamat tujuannya ke rumah elu. Ternyata gini ya susahnya hubungan yang ditentang salah satu keluarga. Cepat hamil ya lu, kita udah ngelakuinnya 5 kali loh dari kemaren. Kalau lu hamil gue bisa bawa lu ke kota dan kita bisa hidup bahagia."

Gita merona saat mendengar ekor kalimat Jevi, wanita itu segera anggukkan kepalanya. Lalu menatap wajah tunangannya yang sekarang kelihatan lebih mempesona. Gita baru menyadari jika Jevi terlalu tampan adanya.

"Perjanjian tertulis bermaterai itu sudah tidak berlaku kan, gue udah nggak bakal lu denda atau lu laporin ke polisi lagi kan? Kayaknya gue yang musti laporin lu ke KUA deh, karena dengan keganasan lu di ranjang, lu yang sebenarnya yang sudah memperkosa gue bulat-bulat."

Gita tersipu lalu menggeleng. Tas Jevi sudah siap untuk disandang. Mereka sudah harus berpisah tanpa tau kapan lagi akan bertemu pandang.

"Git, ini atm lu pegang ya, kalau lu merasa kesulitan buat biayai adik-adik lu, lu bisa pakai uang ini. Di dalam ini ada lima puluh juta yang siap lu pakai. Dan pinnya tanggal lahir lu. Tenang, gue bakal isi terus kalau uang di dalamnya udah mulai habis."

"Om, Gita bisa nyari uang sendiri. Gita yakin gita masih sanggup dan bisa. Om jangan kuatir!"

Gita menolak pemberian Jevi. Dia tak bisa menerima pemberian tunangannya itu dengan cuma-cuma.

"Git, gue nggak tega jika tunangan gue musti kerja jadi babu dapur kayak gitu. Lu resign dan gunain ini uang buat kebutuhan kalian. Lu itu ratu gue Git, jangan bikin gue selalu menyesali diri gue sendiri karena gue nggak berguna dan nggak bisa bikin hidup lu lebih sejahtera. Ingat Git, selama gue di kota nanti, kita akan terpisah dan gue nggak bisa mastiin lu baik-baik saja dengan mata kepala gue sendiri."

"Om, Gita nggak apa-apa, ya udah Gita bawa aja kardus yang ini ya Om untuk kirim ke ekspedisi, untuk atmnya bisa Om simpan. Tenang Gita akan kabarin Om, kan nomor Hp Om udah ada di Gita, dan nomor Hp Gita juga ada di Om kan?"

Jevi mengacak-ngacak rambut Gita. Laki-laki itu kesal karena Gita selalu menunjukkan dirinya tak perlu dibantu, padahal Jevi tau betapa susahnya hidup dia beserta adik-adiknya.

"Git, gue pernah bilang kan, kalau suatu saat gue ngambil harta di tubuh lu yang paling berharga, maka gue akan ngasih satu mobil gue di garasi, gue hapusin utang-utang lu, gue beliin lu satu sawah di kampung, dan rumah satu lantai untuk lu tinggal. Hutang lu udah gue hapus, ini ATM anggap aja angsuran penebus dari semua itu. Makasih ya untuk menjadi wanita idaman gue di atas ranjang. Birahi lu luar biasa Git, sifat alamiah lu nggak perlu gue ragukan lagi, benar-benar mengguncang, sayangnya gue nggak bisa bawa lu ke kota. Andai aja kalau bisa, gue akan minta lu nemenin gue tiap saat. Tapi lu musti ingat, lu hanya boleh bertindak seperti lacur hanya bareng gue, bukan buat laki-laki lain. Paham?" beber Jevi panjang lebar yang membuat Gita semakin tersipu malu.

"Tapi Om, masa Gita harus dihargai dengan semua harta benda yang Om punya. Gita ngelakuinnya karena Gita suka sama Om, bukan karena harta benda."

"Lu benar-benar udah cinta gue Git?"

Gita berpikir keras. Dia perhatikan wajah Jevi sekali lagi yang terlihat begitu memikat.

"Gita tergila-gila sama Om, Om berhasil merebut semuanya hanya dalam waktu semalam. Hati Gita dan kesucian Gita semuanya buat Om Jevi!"

Jevi mulai goyah. Dia butuh sekali lagi membuat ranjang yang didudukinya ini bergoyang-goyang sebelum kepergiannya dalam waktu yang lama. Dia goda Gita dan digigitnya bibir bawah wanita itu dengan seketika. Ah, sangat mudah membuat semua pakaian mereka berdua terbuka sempurna, ranjang kembali memanas, dan keduanya melemah setelah menyelesaikan puncak-puncak bercinta.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang