Jevi yang melihat Gita sudah melangkahkan kaki keluar, tak tahan untuk tidak menahannya. Untung saja otaknya sedang cepat bekerja dan teringat akan informasi penting yang belum dia sampaikan sebelumnya.
"Git, ke sini dulu, lu nggak mau lihat kalau udah ada pengumuman lu lulus masuk kuliah? Ini ada di email gue!"
Ucapan Jevi itu membuat Gita kembali duduk. Rasanya ingin tau apakah dewi fortuna masih berpihak padanya karena selama ujian beberapa minggu yang lalu Gita keluar pertama dan menjawab pertanyaan dengan asal-asalan.
"Serius Om? Mana buktinya?" ucap Gita antusias sekaligus deg-degan.
"Nih masuk ke email gue."
Gita memperhatikan tulisan yang terdapat pada email itu satu-satu. Mata gadis cantik itu membulat, Jevi yang duduk di sampingnya menatap pesona anak walinya itu lebih dekat. Kini laki-laki itu terasa sulit bernapas, terasa ada yang aneh di dalam dadanya sedang merayap. Diikuti oleh detak jantungnya yang sudah memberontak hebat.
"Om makasih, Gita lulus! Om Gita lulus Om!"
Tulisan kapital yang dibaca Gita dengan pelan-pelan itu membuatnya reflek memeluk Jevi cepat-cepat. Hampir saja laptop itu jatuh ke lantai karena laki-laki itu tiba-tiba tak bertenaga. Ya tuhan rasa aneh itu semakin mendera, kalau ini pertanda cinta kenapa dia harus jatuh cinta dengan Basagita? Bukankah wanita itu masih terlalu muda untuk seorang Jevi yang sudah lama dewasa?
"Om, Untung aja laptopnya nggak jatuh."
Gita menangkap benda yang meluncur turun dari paha Jevi dengan kedua tangannya. Lalu melipat dan meletakkan laptop itu di tepat di sampingnya.
"Om, kesambet setan ya?".
Gita melambai-lambai ke muka Jevi yang mendadak datar dan tak berkedip sama sekali. Gawat juga kalau sudah begini. Bisa-bisa harus bawa orang pintar untuk mengatasi kesembetnya Jevi.
"Om?" Gita kembali memanggil majikannya itu untuk memastikan apa yang terjadi.
"Lu lupa satu hal Git?"
"Apa Om?"
Gita baru ingat dengan perjanjian 'dilarang pelukan mendadak' saat Jevi sudah meraih tekuknya dengan kasar. Wajah mereka menjadi sangat dekat dan dengan cepat bibir laki-laki itu sudah mulai melumat dan memagut. Aroma napas Jevi yang berbau mint itu bisa membuat Gita gila seketika. Belum lagi pergerakan bibir laki-laki itu yang sensual dan tau titik-titik kelemahan Gita sehingga membuat sentuhan fisik tersebut menjadi lebih bergairah. Tangan laki-laki itu juga tak diam, meraba-raba bagian sensitifnya, sehingga mau tak mau Gitapun sesekali mendesah nikmat. Rasanya sekarang Gita seperti sedang menyesap candu yang susah sekali untuk dia berhentikan dengan cepat. Dan semua inderanya itu kini sedang terperangkap dan bilang seolah-olah mereka hanya menginginkan Jevi seorang.
Oh Tuhan, Gita sampai tak sadar jika semuanya terlewat intim sampai mereka sudah berubah posisi dengan begitu saja. Jevi melepaskan baju kaos yang dipakainya itu saat mereka berdua bertindih-tindihan dengan terlewat mesra. Melumat dan meraba, sudah seperti pasangan yang saling mencinta saja, padahal tak ada hubungan apa-apa di antara keduanya.
Gita merasa sedang dibawa ke surga dunia, dia seperti susu yang sekarang bertemu soda, kebahagiaan yang dikendalikan nafsunya itu sedang berbuih-buih. Jevi apalagi, rasanya dia ingin segera menelanjangi tapi dalam 10 menit pergulatan mereka berdua, dia langsung mengingat sosok Mbak Sumi yang memaksanya untuk sadarkan diri.
"Git, apa yang lu rasain saat begini bareng gue?"
Gita tatap mata Jevi yang berada di atasnya saat menyadari jika sentuhan dari laki-laki itu tiba-tiba berhenti. Kesadarannya yang tadi lumpuh karena mau-maunya disentuh, perlahan-lahan pulih seperti sedia kala.
"Geli Om!" ucap Gita lugu sambil mengumpulkan kembali udara untuk memenuhi paru-parunya yang terasa sempit akibat terlalu sering mendesah.
"Itu doang?"
Gita mengangguk. Jevi kini harus menundukkan nafsunya agar tak lagi menyentuh. Berseteru dengan kemauannya demi menjaga kehormatan gadis itu. Dia rapikan baju Gita yang sedikit terbuka oleh tangan bejatnya sebentar ini. Lalu dia baringkan diri di samping pembantunya tersebut sambil mengatur napasnya agar normal kembali.
"Jantung gue bergetar di dekat lu Git!"
Gita memutar badannya ke samping agar dapat melihat majikannya tersebut. Dia merasa penasaran dengan apa maksud dari perkatan Jevi barusan.
"Maksud om?" tanya Gita penasaran.
"Nggak tau, gue juga nggak paham!"
Gita mengernyitkan keningnya, aneh sekali kedengarannya. Mana ada akibat tanpa ada sebab. Ada-ada saja Om-om ini.
"Kalau Gita liat Om kayak gini, Om juga jantungan nggak?"
Gita menatap Jevi dengan mata membulat, lalu Jevi raih tangan Gita dan mengarahkan tangan hangat tersebut ke dadanya yang bidang. Di sana Gita tau jika ada degupan yang teramat kencang di dalam sana.
"Om sakit jantung kali Om. Atau hipertensi juga, ya mungkin saja sih. Soalnya Gita dengar penyakit jantung itu dapat diturunkan dari orang tua ke anak, apalagi Papi Om juga sakit jantung kan?"
Jevi menghembuskan napasnya lelah. Dia tak bisa menerjemahkan apa-apa yang menjadi penyebabnya. Semuanya seperti terjadi begitu saja.
"Kalau gue jatuh cinta ke elu gimana Git?"
Ntah kenapa kalimat tersebut terdengat sangat horror di telinga Gita. Apakah Om-om yang usianya pun lebih 2 kali dari umur Gita ini sedang berbicara cinta kepadanya? Tak bisa dipercaya!
"Om, jangan becanda!"
Gita mencubit perut Jevi yang terbuka. Lalu dia menyusuri otot-otot pada perut majikannya tersebut dengan jemarinya yang kurus dan lentik. Bagus sekali bentuk otot-otot perut itu menurutnya, seperti roti sobek yang warnanya menunjukkan tingkat kematangan yang pas. Sedangkan Jevi hanya memperhatikan ulah pembantunya itu dengan menahan napas dan sangat prihatin akan masa depannya.
"Lu tau nggak, kalau ulah lu sekarang itu bisa bikin gue semakin ingin menyentuh lu lagi?"
Gita menghentikan pergerakan jemarinya di tubuh pria tersebut.
"Gita cuman penasaran Om, pegang otot-otot yang dimiliki pria," jelas Gita.
"Gue juga penasaran megang lekuk-lekuk lu makanya gue berusaha bisa menguasai semua yang ada di tubuh lu itu!"
"Mesum!"
Gita meluruskan tubuhnya, menatap langit-langit yang terdapat di kamar Jevi dengan hati yang berkecamuk.
"Lah, waktu lu yang pegang punya gue, gue nggak bilang lu mesum tuh! Kagak adil lu memperlakukan gue kayak gitu!"
"Biarin! Gita mau ke bawah dulu ah, mau nyiapin perlengkapan buat besok pagi." Gita mulai bangkit dari posisinya yang sedang berbaring dan sesegera melompat ke lantai. Lalu dia langkahkan kakinya ke arah pintu kamar Jevi
"Tidur di sini aja kali, Git! Si Cika itu biarin sesekali nikmati enaknya tidur di spring bed sendirian. Ntar besok gue beliin juga tuh springbed buat si Amri, yang sebesar kasur bujangan. Biar waktu dia libur dari asrama bisa tidur di sini dengan nyaman!"
"Om suka modus, aku ke bawah ya Om? Dahhhh!"
Jevi kecewa, tapi berusaha memberikan petuah terakhirnya, "Itu merah di leher lu jangan lupa di kompres dulu, ntar dikira di rumah gue ada serangga langka lagi!"
"Iya, aman Om!"
Wanita itu akhirnya turun tangga, Jevi tak lama jadi semakin bertanya-tanya tentang perasaan apa yang menderanya barusan.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Romansa"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...