Jevi rasanya sudah tidak bisa bernapas, setelah baru saja dia pulang dan disidang di rumah Nabila. Pintu rumah dibukanya dengan tergesa-gesa, dalam otaknya sekarang dia harus bisa melepaskan semua masalah saat ini di ranjangnya yang hangat. Otaknya penat, perasaannya seperti dihantam benda berat, dan kesehatan mentalnya benar-benar sekarat. Tak ada jalan keluar untuk sekarang ini selain beristirahat.
"Om, udah pulang?"
Gita berdiri di hadapannya sambil mengambil beberapa camilan yang terletak di toples ruang tamu. Sepertinya, di jam sebelas ini, anak walinya itu masih disibukkan dengan tugas kuliah.
"Menurut lu siapa yang pulang sekarang? Setan?" ucap Jevi galak.
"Yeee, itu doang galak. Ntar lebih cepat tua, rasain!"
Gita yang kesal lalu berbalik menuju kamarnya untuk melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda. Jevi lalu menghempaskan tas beserta melemparkan sepatunya ke sembarangan arah.
Muka pria itu pias, kelakuannyapun sekarang buas, semua itu karena banyak hal di sidang keluarga tadi yang membuatnya tak bisa membela dirinya lepas. Ya, emang udah salah dari awal suka main wanita, sehingga ketika tanggal itu kembali dicocokan saat terakhir Jevi dan Dahlia bersua, ternyata pada tanggal itu sudah ada kesepakatan antara perjodohan Jevi dan Nabila.
Mencoreng arang di muka sendiri dan juga di muka orang tua. Sungguh terpuji sekali kelakuan bujang lapuk ini ternyata.
Jevi naik ke lantai dua setelah mengunci pintu utama. Dia ingin terlelap tanpa harus menanti dan memikirkan perseteruan yang terjadi di makan malam itu. Tapi benar-benar sialan, tubuhnya lelah, tapi otaknya yang penat itu masih bisa-bisanya memberikan asupan informasi tentang kejadian yang terjadi di rumah Nabila. Matanya terpejam, tapi tubuhnya selalu gelisah. Dia putar arah tidurnya, dia bolak-balik bantalnya, dia buka selimutnya, dan sejam berlalu, dia semakin tersiksa dengan pemikirannya sendiri.
Sudahlah, ini sudah hampir pukul 12 malam, besok dia juga harus berangkat lebih pagi ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda. Jevi akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah, mencari obat tidur di kotak obat di lemari, dan meminum segelas air dingin karena kerongkongannya kering.
Jika ingin menuju kulkas di dapur, itu artinya harus melewati kamar Gita yang kuncinya masih los sampai sekarang karena selalu lupa diperbaiki. Jevi sebenarnya setelah meminum air dingin dari kulkas tersebut, sangat penasaran dengan keadaan anak walinya di malam ini. Dia buka pintu kamar itu perlahan-lahan, dan suara dengkuran itu tak akan berdusta untuk menunjukkan jika Gita sekarang sudah terlelap dan tertidur nyenyak. Menarik juga rupanya, melihat gadis itu tidur tanpa beban, sepertinya keadaan ini berpotensi untuk menjadi stimulus agar Jevi menjadi mudah mengantuk.
Jevi baringkan dirinya di samping tubuh Gita meski sedikit sempit-sempitan. Gadis itu tak terganggu sama sekali meskipun tempat tidurnya baru saja dibajak oleh majikannya tersebut. Ya wajar saja dia tidak terganggu, Gita kalau tidur kayak mayat yang bisa bernapas, sadar enggak, tapi ngedengkur iya.
Ah, rasanya seperti menonton satisfying video saat melihat wajah yang kini tepat 5 cm dari muka Jevi tersebut. Begitu bikin mengantuk dan dapat mendorongnya untuk cepat terlelap. Sekarang jadi bertambah cara-cara menaklukkan stress di dunia ini versi Jevi; makan lolipop, bercinta, dan melihat Gita yang tertidur pulas.
Jevi reflek merangkuh gadis tersebut dengan hangat, seketika dia sudah dininabobokkan oleh mimpi-mimpi yang menanti, tidur yang nyenyak benar-benar sudah terjadi.
***
"Om, ngapain di kamar Gita? Woy, bangun!"
Gita menggoyang-goyangkan tubuh Jevi yang masih terlelap sampai pagi menjelang, tentunya setelah melepaskan rangkulan Jevi di punggungnya tersebut.
"Bentar lagi sih Git, gue capek banget nih!"
Gita perhatikan laki-laki yang di sampingnya itu. Sepertinya dia telat pulang semalam karena dalam kondisi tertekan.
Ya sudah dibiarkan saja, Gita akhirnya melompat dari ranjang untuk melaksanakan kewajibannya untuk beribadah di subuh ini.
Setelah ini dia akan tidur lagi. Lumayan nanti kuliahnya hanya diadakan siang. Tapi tetap saja musti pulang petang, karena ada les masak sampai jam 5 sore nanti.
Gita menurunkan spring bed yang bersandar di dinding. Lalu membaringkan tubuhnya di situ. Membungkus tubuhnya dengan selimut hangat, dan kembali menambah tidurnya sampai matahari naik jauh di pagi hari.
***
Jevi tergesa-gesa pagi ini. Di kamar Gita itu sepertinya ada jin spesialisasi yang membuat mata bisa terlelap lebih panjang. Sudah jam 8 dia baru berangkat dari rumah, boro-boro sarapan, bahkan mandipun dia lewatkan. Benar-benar sialan kadang-kadang, jika harus membuat banyak pekerjaan harus ditunda ke hari selanjutnya tapi malah tak bisa dikerjakan dengan alasan keterlambatan.
Meeting sudah dimulai dan Jevi baru datang untuk mengawasi juru bicara perusahaannya sedang presentasi. Untunglah, kali ini, orang yang ditunjuk kemaren dapat bertanggung jawab dengan maksimal tanpa ada hal yang malu-maluin yang keluar di mulutnya. Jevi lega meski masih ada lagi yang harus mendesak untuk dikerjakannya setelah ini.
***
"Git, mau pulang bareng nggak? Aku bawa mobil!"
Azhar mengejar langkah Gita yang berada beberapa meter di depannya. Gadis itu seketika menoleh saat itu juga.
"Har, aku bukannya mau pulang sekarang, tapi aku mau les masak, dan kebetulan aku juga udah pesan ojek online. Kapan-kapan aja ya?"
Sejak Gita les memasak memang senin sampai rabu, Azhar sulit sekali untuk mengajak gadis itu ketemuan. Paling jatah pertemuan mereka hanya kamis dan jumat saja. Dan saat-saat itu Azhar harus memanfaatkan waktu yang kalau ditotalkan hanya 6 jam untuk mengajak Gita berbicara dari hati ke hati.
"Nggak dibatalin aja ya Git pesan ojek onlinenya? Biar aku antar aja kamu ke sana!"
Gita menggeleng, "Kasihan Har, ntar drivernya malah diberi harapan palsu. Udah ya, kita ketemu lagi di kamis, itu drivernya udah datang. Dadah Azhar!"
Gita melambai lalu berlari menuju ojek yang sudah ditunggunya tersebut. Azhar hanya melihat Gita dari kejauhan sambil menelan kecewa di dalam hatinya.
***
Azhar: Git, aku mau berkunjung ke rumah Om kamu ya? Ada kan kamu di rumah?
Gita membaca rentetan kata-kata dari Azhar dengan seksama. Jevi belum pulang masalahnya, apa jadinya jika Gita nanti dimarahi jika membawa laki-laki ke rumah ini.
Gita: Om aku belum pulang Har, gimana kalau kita ke tempat yang lain aja?
Tak lama Azhar membalas pesan tersebut.
Azhar: Ke pasar malam yuk. Kayaknya seru deh kalau barengan sama kamu ke sana.
Mata Gita berbinar, itu kan tempat favoritnya, bagaimana bisa Azhar tau jika itu adalah tempat kesukaan gadis itu.
Gita: Boleh, Hayu, habis maghrib ya Har!
Azhar yang membaca chat itu melonjak kegirangan di kamarnya, ternyata tiba juga waktunya mereka berkencan dalam minggu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)
Storie d'amore"OM-OM BEJAT TAPI NIKMAT" itu adalah kalimat paling tepat dalam menggambarkan sosok Jevi bagi seorang Basagita Dewani. Alih-alih membantu kehidupan seorang gadis yatim piatu yang berprofesi sebagai pembantunya itu, Jevi malah menjadi laki-laki yang...