DEPAN BELAKANG MENONJOL!

1.3K 9 0
                                    

Paha ada, dada juga ada, hanya kurang sayap, sorry-sorry ini bukan restoran ayam goreng cepat saji. Ini sebuah club bergengsi di ibukota yang sekarang dipenuhi pengunjung yang berwara-wiri.

Jevi perhatikan wanita-wanita yang meliuk-liuk seksi dengan balutan pakaian minim di depannya kini. Ah, kenapa lagi ini si kecil dalam celana tak bisa berdiri, kedut juga kagak, apa impoten kali ya karena faktor usia.

Oh, kebanyakan merokok pasti ini, kan di bungkus rokok ada peringatan jika benda ini dapat menyebabkan impotensi. Ya, ya, bisa jadi!

Jevi mulai berimajinasi setelah dua gelas minuman keras diminumnya tandas tak bersisa. Dia memikirkan, bagaimana anak walinya itu sekarang berada di tempat ini dengan balutan pakaian seksi. Tapi ntah setan mana yang membisiki imajinasinya itu dengan hadirnya orang ketiga, tiba-tiba dia membayangkan Azhar memeluk Gita sambil berjoget dengan riangnya. Pemikiran buruk seperti apa ini ya Tuhan sebenarnya!

Hanya Jevi yang stuck dengan pemikirannya sendiri. Padahal teman-temannya sudah mulai lirik-lirik dan melakukan cat calling dengan tujuan menarik perhatian lawan jenis. Lumayanlah kalau ada yang terjerat, bisa main malam ini tanpa perlu bayar lubang dan hanya butuh bayar ruangan, kalau pengen untung lagi, cewek-cewek ini berinisiatif untuk bawa prianya ke kosan atau apartemennya sendiri, udah itu mah, itu sudah seperti kayak dapat nomor undian gratis di jalan, terus dicocokkan ternyata menang.

Huft, Demian sudah mulai bangkit dari sofa dan mulai menjemput bola. Ini nih yang dimaksud dengan menjemput bola, wanita dengan perawakan sedang, depan menonjol dan bagian belakang juga kayak benjol, wajah cantik tapi kayak kebanyakan operasi plastik, akhirnya ditarik Demian ke sofa ini. Memang tipe wanita idaman dari laki-laki jangkung itu kayak gini, yang heboh dan bisa mengekspresikan diri. Makanya belum semenit saja dia di sini, wanita ini sudah sok akrab memulai pembicaraan dengan orang yang dia temui.

"Hai, aku Alin", "Aku Alin", "Aku Aliiinnnnnnn."

Dia menyalami tiga pria itu bergiliran. Pas giliran Jevi yang disalami, wanita itu sengaja memanjang-manjangkan suku katanya. Niatnya sih, agar dapat lama-lama dapat menggenggam tangan pria tampan tersebut.

Ah sampai segini saja, Demian sudah tau jika wanita yang dibawanya itu tertarik ke siapa. Apalagi Alin dengan tak punya otaknya, sekarang pindah ke dekat Jevi tanpa tau balas budi siapa yang mengajaknya ke meja.

"Hai Jev, aku boleh duduk di sini?"

Jevi tak tertarik, dia tak mengiyakan ataupun menidakkan. Sekarang laki-laki itu hanya duduk dengan menikmati isi gelasnya sambil mendengarkan musik yang berdentum.

Wanita ini benar-benar tak tau malu, masih berusaha keras menarik perhatian Jevi meski Demian sudah terlihat tidak senang. Sedangkan Tama hanya jadi saksi apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa ada pengaruh diuntungkan maupun dirugikan.

"Jev, aku isiin minumannya ya?"

Alin berusaha mengeraskan suaranya agar didengarkan oleh Jevi, tapi laki-laki itu langsung menyingkirkan botol minuman itu dari jangkauan wanita tersebut.

Melihat penolakan Jevi tersebut, Demian akhirnya tersenyum jahat. Rasain, makanya jangan sok-sok berinisiatif ingin dapat yang lebih baik tanpa liat situasi. Sudah tau laki-laki itu sedang galau karena cinta, malah didekati.

Jevi sekarang benar-benar tak senang disentuh, tapi Alin terlalu agresif menyandarkan dirinya di lengan Jevi yang kekar. Laki-laki itu tak nyaman dan langsung mendorong Alin agar menjauh.

"Bisa jaga jarak nggak sih, gue nggak mau lu dekat-dekat! Sana pergi, murahan!"

Gila sekali Jevi saat sekarang ini, sepertinya kemarahannya yang sudah tertanam berjam-jam dalam perasaannya itu menjadi muntah begitu saja.

Temannya hanya geleng-geleng kepala masih tak bisa memaklumi. Tak ada sejarahnya laki-laki ini menolak wanita seksi yang datang padanya untuk pertama kali. Kecuali wanita itu sudah membosankan karena dia pakai berkali-kali.

Alin segera bangkit dari sofa, sambil menyiramkan minumannya ke kepala Jevi. Mandi, mandi dah tuh laki-laki, tapi masalahnya Jevi juga tak tinggal diam, dia tumpahkan minuman di tangannya ke gaun pendek wanita tersebut. Skor saat ini satu lawan satu, imbang, dan Alin lalu pergi setelah menyumpahi Jevi.

"Sialan ya lo, dasar sok kegantengan lo!"

Alin berteriak tak terima, tapi Jevi memberikan serangan balasan, "Emang gue ganteng, mau apa lu? Murahan! Muka plastik!"

Jevi benar-benar nyari perkara. Seperti sudah siap diserang rombongan Alin yang sudah menunggu temannya untuk mengadukan perbuatan yang tak sopan dari bujang lapuk tersebut.

"Sialan, lu Jev. Anjir, ternyata dia punya atasan ani-ani cuy, kita musti kabur ini mah. Gue nggak mau pulang-pulang kita diamuk body guard manajemen tempat dia jual diri. Buruan Jev kita harus angkat kaki!"

Tama menarik Jevi yang sudah dipengaruhi minuman keras. Tapi laki-laki itu enggan berpindah dan malah meracau seakan semuanya mudah diatasi.

"Tak ada masalah di dunia ini yang tak bisa di atasi seorang Jevi, kalian ngerti nggak sih!"

Jevi bersikukuh untuk duduk di sofa. Demian sudah merasa ada yang tidak beres ketika rombongan yang menatap ke meja mereka tersebut sudah kedatangan pria bertato, badan seperti binaraga, dan sekarang sedang menggerak-gerakkan otot dadanya siap menjalankan perintah untuk memusnahkan orang yang mengganggu anak didik majikannya.

"Jev buruan!" Demian dan Tama kini sama-sama menarik tubuh Jevi agar menjauhi tempat ini. Sempat rusuh karena mereka sempat diincar dan dikuti jalannya oleh bodyguard tersebut. Namun, untunglah Tama berinsiatif meminta pertolongan dari penjaga keamanan club tersebut untuk menemani mereka sampai ke parkiran. Meski satupun tak ada yang dapat memastikan dapat menyetir dengan aman.

"Anjir, kali-kali ini gue punya masalah di club malam, ya karena gara-gara si bangke ini lah!"

Demian merasa menyesal punya ide ajojing saat mereka di kedai kopi amerika tadi. Apalagi sekarang yang terjadi adalah mereka kebingungan dengan kemana mereka setelah ini. Sedangkan Jevi sudah tepar dan tidur di belakang tanpa berkata-kata apa-apa lagi.

"Gue pesan supir dulu kali ya cuy, huft, mohon dimaklumi. Jatuh cinta bagi teman kita itu barang langka Bro, ya wajar dia kayak gitu!"

Tama membela Jevi, lalu dia menghubungi supir yang biasanya dia percayai untuk menyetir. Dan Demian menunggu panggilan itu sampai berakhir.

"Ini mobil Jevi ditinggal di sini aja Tam?"

"Ya tenang lah, dia tak akan pusing kalau mobilnya tinggal satu di sini. Lah masih ada tiga lagi di garasi."

Demian mengerti, ternyata acara mabuk-mabuk malam ini tak sesuai dengan ekspektasi. Yang biasanya jadi raja party sekarang malah tak seseru biasanya, bujang lapuk itu benar-benar sudah kehilangan dunianya akibat seseorang pembantu di rumahnya. Benar-benar sulit untuk dipercaya, tetapi ini nyata adanya.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang